(25) Cemburu

1.1K 113 9
                                    

Setelah pulang sekolah, Zean sekali lagi mengunjungi rumah sakit dengan hati yang penuh kekhawatiran dan harapan. Langkahnya terhenti sejenak di depan pintu ruang rawat tempat Zein dirawat, di sana ia melihat Zein dikelilingi oleh keluarganya, yaitu eyang, opa, oma, dan papa. Mereka terlihat mencemaskan kondisi Zein yang baru saja menjalani prosedur pemasangan chest tube.

Zean pun merasa lega melihat Zein ternyata tidak sendirian, melainkan ditemani oleh keluarganya di dalam ruang rawat. Akan tetapi, kekhawatirannya tidak bisa hilang begitu saja. Hatinya bergetar saat melihat ekspresi cemas di wajah keluarganya. Mereka adalah satu-satunya keluarga yang dimilikinya, dan melihat mereka khawatir membuatnya merasa lebih bersalah karena tidak bisa memberikan dukungan lebih banyak lagi.

Namun, di tengah kekhawatiran itu, Zean juga membawa harapan untuk memperbaiki hubungannya dengan Zein. Belakangan ini, ada jarak yang terasa di antara mereka, dan Zean merasa penting untuk mengatasinya. Ia ingin kembali merasakan kedekatan dan kehangatan seperti dulu bersama Zein, saudara kembarnya.

Dengan langkah hati-hati, Zean mendekati brankar rawat Zein. Ia merasa tegang, tidak yakin apakah Zein akan bersedia bertemu dengannya. Tapi ia berharap, kali ini Zein akan memberinya kesempatan untuk memperbaiki segala permasalahan yang terjadi di antara mereka.

Dengan napas yang terengah-engah, Zean akhirnya mengucapkan salam kepada Zein dan keluarganya.

Lalu dengan hati yang terombang-ambing antara harapan dan ketidakpastian, Zean melangkah mendekati Zein yang terbaring rapuh di atas brankar. Tatapan Zein yang penuh misteri membuatnya merasa ragu, tapi cinta dan kerinduan yang mengalir di dalam dirinya terlalu kuat untuk ditahan.

Langkahnya terhenti di samping brankar, di samping sosok yang begitu dikenalnya namun terasa begitu jauh saat ini. Zean memandang wajah Zein dengan lembut, mencoba membaca setiap ekspresi yang muncul di sana. Namun ternyata, meski ia merupakan kembarannya sekalipun, rasanya sangat sulit untuk bisa memahami sepenuhnya apa arti dari tatapan yang Zein tunjukkan padanya itu.

Tanpa sepatah kata pun, Zean memeluk Zein dengan penuh kehati-hatian karena ia khawatir Zein akan merasa sakit saat ia peluk. Hal itu karena paru-paru Zein masih dipasang selang chest tube.

Zean merasakan getaran lemah dari tubuh Zein, tapi juga merasakan kehangatan yang begitu dikenalnya. Dengan hati yang penuh cinta, Zean mencium kening Zein dengan lembut, sebagai ungkapan dari kerinduan dan kepeduliannya yang mendalam.

Saat itu juga, Zean tersenyum ke arah Zein, tapi senyumnya terhalang oleh air mata yang tak terbendung lagi. Air mata itu adalah ekspresi dari perasaan sedih yang mendalam, melihat keadaan Zein yang terbaring lemah di hadapannya. Begitu banyak pertanyaan dan ketidakpastian yang menghantui pikiran Zean, tapi di saat yang sama, ada kekuatan besar yang mendorongnya untuk tetap kuat, untuk Zein, untuk dirinya sendiri, dan untuk hubungan persaudaraan mereka.

"Zein," bisik Zean dengan suara serak, mencoba menahan emosinya yang meluap-luap, "Kita bakal lewatin ini sama-sama, ya? Gue ada di sini buat lo, selalu." Kata-kata itu keluar begitu saja, tanpa dipikirkan terlebih dahulu, tapi membawa makna yang begitu dalam bagi Zean.

Dan di dalam pelukan itu,  Zean merasa seolah-olah mereka berdua membentuk suatu benteng, melindungi satu sama lain dari badai yang mengguncang mereka. Meskipun ada rasa takut dan ketidakpastian, tapi ada juga cinta yang mengalir, menguatkan, dan menghibur mereka dalam momen-momen sulit seperti ini.

Namun, diam yang terus-menerus Zein tunjukkan membuat Zean merasa semakin cemas dan bingung. Setiap usaha Zean dalam menyampaikan perasaannya, untuk mencari tahu kondisi Zein, tampaknya hanya bertemu dengan tembok diam dari kembarannya itu. Hatinya berdebar-debar dalam kegelisahan yang tak terkendali, ketika Zean akhirnya mengambil langkah lebih jauh dengan bertanya langsung pada Zein.

Aku, Si Perindu Papa ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang