Calon pasangan itu masih saling memandang, tak ada satupun yang menarik tatapan ataupun memulai percakapan.
Di mata Trakif wanita yang membuat nya penasaran seharian ini karena tak melihat paras nya, akhirnya terjawab sudah rasa penasarannya akan wajah yang tadi pagi tertutup masker.
Tak bisa di bandingkan dengan wanita pertama di lihat nya yang memang lebih unggul dari segi paras juga tampilan tak lain Amelia, tapi kecantikan wanita di hadapannya saat ini alami meski tanpa riasan wajah, bahkan tak jemu-jemu mata memandang.
Dan entah mengapa wanita berpenampilan sederhana tanpa riasan wajah yang telah terhapus air hujan itu menggetarkan jiwa nya. Ia tahu itu bukalah cinta pada pandangan pertama, tapi ada rasa teduh juga tenang menatap wajah yang saat ini berdiri kedinginan di hadapannya.
"Ma-maaf, apa benar ini rumah buk Sarah" ujar Absani dengan suara bergetar di balas anggukkan sang pemilik rumah, masih tatapan Trakif terpaku pada wanita yang berdiri di hadapannya itu. "Saya Absani anak pak Farid dan buk Reta" sambungnya.
Seketika tatapan Trakif berganti marah menatap nyalang wanita bernama Absani itu, anak dari pemilik rumah yang ibunya kunjungi. Ia marah dan menuduh keluarga itu penyebab ibunya datang dengan keadaan mengkhawatirkan.
"MAU APA KAMU KE SINI HAH!!?"
Bentakan pria itu membuat Absani melonjak terkejut, ia bingung apa kesalahannya, ia hanya ingin mengantarkan tas yang tertinggal di rumah nya.
"Saya..
"GARA-GARA KELUARGA KAMU MAMAH SAYA SAMPAI KENAPA-KENAPA!!"
Absani tercengang di salah kan akan keadaan seseorang yang bahkan tak pernah ia temui, ia hanya bekerja dan beristirahat lalu terbangun mendapati tas itu,. Hanya itu ingatan yang ia miliki.
"Saya tidak tahu apa-apa pak, saya hanya ingin..
"INGIN APA KAMU HAH!!? PERGI KAMU DARI SINI!!"
Mendapat pengusiran seperti itu, tanpa berpikir panjang Absani memutar tubuh nya meninggal pria yang marah tak jelas itu. Ia mengomel sepanjang perjalanan meninggalkan halaman rumah tersebut.
"Apa salahku! Aku bahkan belum bertemu ayah dan adikku! Aku hanya ingin mengembalikan tas ini karena ada obat di dalamnya!" ceracau nya kesal di bawah guyuran hujan lebat. Lalu ia tersadar dengan tas yang masih berada di tangan nya berisikan obat belum sampai ke tangan pemiliknya. Kembali ia memutar tubuhnya ke gerbang yang telah terkunci.
"Pak..! Tolong buka gerbangnya..!" teriak nya di bawah guyuran hujan lebat. Segera keamanan menanggapi panggilan itu.
"Mau apa lagi mbak? Mbak kan sudah di usir oleh tuan Kif" sahut keamanan.
"Iya saya tahu pak, tapi saya kemari untuk membawa tas yang tertinggal di sofa ruang tamu saya, saya lihat di dalam ada obat, saya takut pemilik nya kenapa-napa tanpa obat nya, tolong di kasih yah pak"
Absani menyodorkan tas hitam tersebut melalui besi yang menghalangi sudah seperti seorang tahanan saja.
"Oh iya mbak, nyonya besar memang membutuhkan obat nya ini, terima kasih yah mbak,. Ngomong-ngomong mbak naik apa ke sini? Kok basah kuyup?"
"Naik ojek pak"
"Ya ampun kasihan sekali,. Tapi sekali lagi terima kasih yah mbak"
"Iya sama-sama, kalau begitu saya permisi"
"Iya mbak hati-hati"
Absani pun menyusul ojek yang tetap menunggunya, untung ojek itu tak lain temannya sendiri, sehingga ia mau mengantar meski hujan lebat sekali pun, bahkan sama-sama tak ada yang memiliki mantel.
Keamanan yang berjaga segera masuk kedalam rumah untuk memberikan obat yang Absani bawa pada tuan nya.
"Tuan.." panggil nya di depan pintu pada tuannya yang duduk di samping nyonya besar yang terlihat mengkhawatirkan karena kehilangan obat, bahkan dokter pribadi terjebak macet.
"Apa?" sahut Trakif seraya menoleh.
"Ini tas nyonya besar yang di dalamnya ada obat beliau"
Trakif menatap penuh bahagia tas tersebut, segera ia mengobrak abrik isinya dan menemukan obat yang membuat seisi rumah kelimpungan mencari.
"Kamu dapat di mana tas ini?"
"Mbak yang tadi yang membawa nya tuan"
"Absani?"
"Iya tuan, ternyata mbak Absani datang untuk membawa tas nyonya besar yang ketinggalan di rumahnya, bahkan mbak Absani hujan-hujanan untuk membawa obat nyonya besar ini"
Mata Trakif bergetar merasa sangat bersalah telah membentak seseorang yang hanya ingin berbuat baik pada ibunya, ia menyesal benar-benar sangat menyesal, terlebih lagi wanita itu rela menerobos lebatnya hujan untuk membawakan obat untuk ibunya.
"Semoga dia tidak sakit" batinnya.
Di tengah pergulatan perasaan Trakif di kediamannya, Absani yang baru saja tiba di depan kediamannya segera memutar gagang pintu ingin segera masuk menghangatkan tubuh nya yang menggigil, tapi pintu itu telah terkunci, juga lampu di semua ruangan telah redup.
Tok! Tok! Tok!
"MAH....!!!" teriaknya.
Tok! Tok! Tok!
"PAH....!!!" lagi teriaknya tapi tak ada siapapun yang menjawab, lagi ia melayangkan ketukan berkali-kali dengan kerasnya memanggil-manggil nama semua anggota keluarganya tapi hasilnya nihil, tak ada yang mendengar suaranya di tengah hujan lebat, dan sialnya ia meninggalkan ponsel nya di dalam kamar, juga ia hanya membawa uang pas untuk sewa ojek.
Ia pun memutuskan berbaring di atas kursi rotan yang terdapat di teras, sudah seperti seseorang yang tak memiliki sanak saudara, sedangkan di dalam sana orang tua juga adiknya berbaring di atas kasur yang empuk tak akan kedinginan di bawah selimut yang hangat.
Tanpa sadar air matanya terjatuh, ia merasa hidupnya sudah seperti seorang sebatang kara.
Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, ia memaksa memejamkan matanya, mengalihkan dari pusing luar biasa juga batuk dan flu yang kini menyerang.
"Tuhan,. Berikan aku pendamping terbaik darimu, kasihanilah aku,. Apa selamanya hidup ku selalu seperti ini? Usiaku sudah dewasa tapi kesedihan pun terus menemani dengan cara berbeda setiap harinya"
Tanpa bisa menahan, air matanya terjatuh begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abstrak Wedding
RomanceTrakif Fatur atau yang akrab di panggil pak Kif, pria bujang pemilik pusat perbelanjaan yang masih betah melajang di usianya yang sudah menginjak 45 tahun. Sang ibu pun tak hentinya mendesak anaknya untuk segera menikah, beliau ingin segera menimang...