Sepanjang perjalanan hanya keheningan dengan nuansa kesedihan yang ada. Trakif tak membuka suara apa lagi Absani yang di minta diam.
Bahkan saat mereka tiba, Trakif bergerak ke dalam rumah lebih dulu tak menunggu istrinya apa lagi merengkuhnya, ataupun menggandeng tangan nya seperti yang selalu ia lakukan.
Di belakangnya, wanita yang ia tinggalkan makin kebingungan berpikir keras atas kesalahan apa yang ia lakukan hingga di perlukan seperti itu.
"Sore nyonya"
"Sore,"
Absani tak menghentikan langkahnya menyusul Trakif ke lantai atas meninggalkan art yang tampak khawatir akan sikap diam tuannya yang berlalu begitu saja.
Absani menenangkan diri sebelum membuka pintu, hingga ia menarik nafas dalam-dalam sebelum menarik gagang pintu.
Cklet..
Absani mendapati Trakif duduk di tepian tempat tidur dengan menopang kedua sikutnya di atas lutut, kedua tangannya berkali-kali membentuk kepalan.
Tanpa bersuara Absani ikut duduk di samping Trakif lalu mendekap nya, menyandarkan dagunya pada lengan suaminya itu.
"Ada apa Pakyang? Pakyang kenapa?" tanya nya lembut.
"Kamu ada hubungan apa sama Mario?" Trakif tak menatap Absani.
"Tidak ada, dia hanya masa lalu,. Pakyang kan tahu itu"
Pelukan Absani makin erat pada tubuh suaminya yang masih marah.
"Lalu kenapa kalian bertemu?"
Absani ingat Mario mendatangi toko untuk berbelanja, lalu datang lagi untuk mengucapkan terima kasih.
"Pakyang kalau mau dengar aku cerita tanpa merasa marah, aku pasti cerita semuanya,. Aku tidak pernah menutupi apapun dari Pakyang apa saja yang ku lakukan seharian"
"Katakan apa yang kamu lakukan seharian ini? Apa ada hubungannya dengan Mario?"
"Ada" Trakif menoleh terkejut terlihat benar-benar marah menatap istrinya. Lalu Absani tersenyum membelai-belai pipi suaminya yang di hiasi jambang. "Tidak lebih dari pembeli dan penjual" sambung Absani membuat Trakif mengernyit bingung.
"Apa maksud mu?"
"Pakai Sanyang" tegur Absani mencubit pipi berjambang suaminya. Trakif yang semula berapi-api, perlahan dingin akan sikap lembut sang istri yang sabar membalas ucapannya.
"Katakan Sanyang, apa tujuan Mario datang menemui mu" kini nada bicaranya tak lagi tinggi, melainkan lembut seperti biasanya.
"Kemarin Mario datang ke butik mencari sebuah gamis untuk ibunya, aku membantu memilihkan juga mengemasnya lalu selesai. Lalu tadi siang dia datang mengatakan terima kasih karena ibunya suka dengan pakaian yang ku pilih kan, sudah, tidak ada apa-apa lagi,. Dia kembali ke cafe nya, aku kembali bekerja"
Trakif tahu Absani berkata jujur, ia bisa melihat itu dari mata nya. Tapi yang masih mengganggu pikirannya perihal video yang ia lihat,. Ia mulai berpikir jika Absani dan mantan nya belum sepenuhnya saling melupakan, dan diam-diam masih saling bertemu.
"Pakyang kenapa seperti ini? Ada yang mengganggu pikiran Pakyang? Katakan padaku apa itu,. Pakyang kan bilang kita harus saling jujur"
"Dan kau menyembunyikan sesuatu"
"Loh, aku tidak menyembunyikan apapun dari Pakyang"
"Benar kah?"
Trakif kembali menatap curiga, lalu mengeluarkan ponselnya memperlihatkan video yang mengganggu pikiran nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abstrak Wedding
Roman d'amourTrakif Fatur atau yang akrab di panggil pak Kif, pria bujang pemilik pusat perbelanjaan yang masih betah melajang di usianya yang sudah menginjak 45 tahun. Sang ibu pun tak hentinya mendesak anaknya untuk segera menikah, beliau ingin segera menimang...