Bab 34. Kelicikan Mario & Amelia

2.5K 157 5
                                    

Trakif tak mau mempermasalahkan foto yang ia lihat tadi siang, ia tak mau foto itu akan membuat hubungan nya dengan sang istri rusak karena curiga, ia akan menganggap itu bagian dari pekerjaan istri nya.

"Pakyang kenapa?" tanya Absani melihat suaminya melamun di balkon kamar dengan bertelanjang dada menikmati angin malam. Segera Trakif menoleh mengukir senyum lalu mengulurkan tangannya meminta Absani mendekat. "Pakyang memikirkan apa?" lagi Absani bertanya seraya memeluk suaminya dari depan.

"Aku cuma pusing saja, ada masalah dengan mall di bandung" kilahnya membalas pelukan.

"Masalah apa?"

"Sudah jangan di bahas, aku tidak mau kamu jadi kepikiran,. Oh iya kira-kira kapan temanmu bisa mengelola butik nya kembali?"

"Kenapa?"

Trakif sebenarnya benar-benar khawatir jika istri nya lebih lama bekerja di butik, Mario akan mendekati istri nya lagi. Terlebih lagi jarak dari butik dan cafe Mario hanya berjarak seratus meter.

"Tidak, aku hanya tidak mau kamu kecapean Sanyang," seraya menautkan rambut Absani ke daun telinga nya.

Absani tersenyum manis makin mengeratkan pelukannya hingga menengadah menatap suaminya yang tinggi.

"Tidak kok,. Tapi kalau Pakyang ingin aku berhenti akan ku katakan pada teman ku"

Trakif khawatir jika istri nya merasa di curigai. Sebenarnya bukan itu maksudnya, ia hanya tak ingin mantan kekasih istrinya mencoba mendekati istri nya lagi.

"Aku pusing Sanyang karena berpikir" keluhnya terdengar manja.

"Mau ku obati capek nya" tawar Absani menggoda mengelus lembut kedua dada bidang suaminya, membuat Trakif seketika lupa akan pikirannya. Tanpa aba-aba ia menggendong di depan Absani, membawanya ke kamar melakukan rutinitas malam mereka.

Kembali lagi pagi hari. Absani dan Trakif  berpisah ke tujuan masing-masing. Meski begitu mereka tak lupa saling mengabari juga saling mengingatkan untuk istirahat juga makan siang.

"San.." panggil Rossa membuat Absani mengangkat pandangan.

"Kenapa Ros?"

"Mario datang"

Absani mengendarakan pandangan ke arah dinding kaca di hadapan nya mengikuti gerakan bibir Rossa.

"Pagi,." sapa Mario sembari membuka pintu.

"Pagi,." sahut Absani dan Rossa.

"Ada apa Rio?" tanya Absani. Mario mendekat duduk di hadapan nya.

"Mamah ku suka pilihan mu" sahutnya

"Oh, syukurlah"

"Mamahku juga mengucapkan terima kasih"

"Sama-sama,. Kamu ke mari hanya untuk mengatakan itu?"

"Iya,. Tapi kalau kamu mau kamu bisa  mampir ke cafe, aku pasti akan senang sekali"

Absani menoleh pada temannya. Yang mana Rossa mengerut kan kening merasa aneh dengan tawaran Mario.

"Mungkin lain kali bersama pak Trakif suamiku" tolak Absani ramah menerangkan ia telah menikah, perlahan senyum di bibir Mario pudar, tapi kembali ia mencoba mengukir senyum.

"Jika tidak ada hal lain lagi, mungkin kamu bisa kembali, aku sama Rossa masih banyak kesibukan" sambung Absani terdengar seperti sebuah pengusiran.

Mau tak mau Mario menuruti ucapan mantan pacarnya, lalu pamit pergi dengan perasaan hampa.

Setelah kepergian Mario, Absani meninggalkan meja bersama Rossa mamajang beberapa model baru. Saat akan mengambil model lain, Absani melihat sebuah ponsel tertinggal di atas kursi yang tadi di duduki Mario, ia menggapai ponsel itu dan menghidupkan layar nya,.

Abstrak WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang