Untuk pertama kalinya Absani mengunjungi mereka yang pernah ia anggap keluarga setelah mereka hancur. Sekaligus menjadi terakhir kalinya. Dan kekeluargaan mereka benar-benar telah ia putuskan. Bagi Absani yang memang yatim piatu, ia tak memiliki ayah serta ibu angkat,. Semua itu terkubur saat ia menjual rumah warisan orang tua nya.
"Buk Absani tunggu,." panggil Amelia berlarian di samping mobil yang di kemudikan pak Gani.
Seseorang yang terpanggil itu tak langsung menurunkan kaca mobil nya apa lagi membuka pintu, ia berpikir sejenak sebelum melakukan nya.
"Ada apa?" tanya Absani dari dalam mobil.
"Terima kasih buk, anda sekali lagi menunjukkan kebaikan pada saya, terima kasih telah membuat suami saya sadar, terima kasih sekali,." air mata Amelia bercucuran mengatakan hal tersebut, ia benar-benar terharu dan berterima kasih. Di antara banyaknya kebaikan yang sering Absani lakukan dulu, ia akhirnya menyadarinya seseorang yang telah ia sakiti berulang kali memang seorang kakak yang bertanggung jawab.
"Iya" hanya itu yang Absani katakan dan kembali menutup kaca jendela mobil nya. "Jalan pak" titahnya tetap duduk tegak meninggalkan seseorang yang tersenyum bahagia padanya seraya melambaikan tangan.
"Terima kasih kak San,. Maafkan semua kesalahanku kak. Jika di kehidupan selanjutnya kita di takdirkan menjadi keluarga, aku ingin tetap menjadi adikmu, dan aku akan berbakti padamu kak" gumam nya menatap mobil yang membawa seseorang yang pernah menganggap nya adik.
Ia pun berbalik, seketika nafasnya tercekat melihat suaminya di ambang pintu menatap nya datar, ia mendekat dengan menundukkan pandangan.
"Hei tante, perempuan tadi itu siapa?" tanya anak sulung dari suami nya.
"Dia wanita terhormat yang baik hati"
"Ku pikir kalian keluarga, tapi sepertinya tidak, kalian berbeda jauh sekali" hardik anak berusia belasan tahun tersebut membuat seorang wanita dewasa yang seharusnya ia panggil ibu tertunduk.
"Jangan berbicara seperti itu! Ubah cara berbicara kalian jika berbicara pada seseorang yang lebih tua! Terutama pada ibu kalian!" tegur Lucky membuat anaknya mengangguk takut, dan wanita di hadapannya yang ia bela menatapnya seakan tak percaya. "Pergilah ke rumah nenek dulu, banyak yang ingin ayah bahas dengan ibu kalian" titah nya. Kedua anaknya pun menurut. Lalu Lucky mengulurkan tangan pada Amelia yang mundur selangkah tampak sangat takut padanya.
"Aku minta maaf atas semua sikap ku, aku benar-benar minta maaf,. Buk Absani benar, ini semua salah ku juga, ini salah kita. Mau kah kau memaafkan ku dan memulai semuanya dari awal?"
Amelia menatap suaminya haru, air matanya lagi-lagi terjatuh, hal itu memang ia harapkan, ia ingin berbakti dan melakukan peran nya sebagai seorang istri.
"Jangan memukuli ku lagi" pinta Amelia memohon Lucky mengangguki, matanya berkaca-kaca melihat ketakutan di wajah seseorang yang ia nikahi karena balas dendam. Setelah ia berdamai dengan dendam nya, ia menyadari banyak hal.
Wajah seseorang yang membuatnya tergoda kini berwarna merah akan bekas tangannya, juga beberapa memar di tubuhnya.
"Aku janji tidak akan lagi melakukan hal itu" ujarnya masih mengulurkan tangan, sepersekian detik Amelia menorehkan senyum dan menyambut uluran tangan itu. Mereka bersama memasuki kediaman sederhana mereka dengan perasaan baru yang lebih bahagia.
Sementara itu wanita baik hati yang sekali lagi membantu orang-orang yang telah menyakitinya tersenyum bisa berdamai dengan dirinya sendiri, ia bahagia bisa melawan keinginan jahat di dalam dirinya untuk membalas mereka hingga hancur.
"Nyonya benar-benar baik" seru pak Gani memuji.
"Tidak pak, saya hanya tidak ingin terus memiliki kebencian setelah memutuskan hubungan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Abstrak Wedding
RomanceTrakif Fatur atau yang akrab di panggil pak Kif, pria bujang pemilik pusat perbelanjaan yang masih betah melajang di usianya yang sudah menginjak 45 tahun. Sang ibu pun tak hentinya mendesak anaknya untuk segera menikah, beliau ingin segera menimang...