Bab 44. Keadilan Kedua

3.7K 181 7
                                    

Tak sampai di situ dendam seorang Trakif pada orang-orang yang merusak pernikahan nya, ia masih mencari cara agar Farid, Reta dan Amelia itu hancur, dan jangan lupakan Mario, mereka semua masuk dalam daftar pembalasan Trakif.

"Mamah,! Mamah kenapa?" seru Amelia tiba di klinik tempat buk Reta di larikan.

"Toko kita hancur Mel" sahut buk Reta kembali menangis

"Hancur bagaimana maksud mamah?"

"Toko kita hancur karena tikus-tikus, semua jualan hancur tidak ada lagi yang bisa di jual, kita rugi, kita bangkrut" ceracau buk Reta meronta-ronta kecil menangis.

"Kok bisa? Kalian pasti lupa merapatkan pintunya kan?"

"Kurang ajar kamu menyalahkan orang tuamu! Seharusnya kamu membantu kami mengelola toko! Kamu tidak bekerja! Tidak mau juga kembali ke hotel! Tidak mau membantu di toko! Kamu mau jadi apa!? Jika saja ada Absani dia akan mau membantu mengurangi beban kami!" sela pak Farid geram, dan untuk kedua kalinya mengangkat suara akan karma kelakuan istri dan anaknya pada seseorang yang tak salah.

"Pak harap tenang, ini rumah sakit" sela seorang perawat menegur.

Tak perlu melakukan rawat inap, buk Reta telah di perbolehkan pulang, tapi sebelum itu mereka ke toko untuk melihat kondisi toko mereka yang benar-benar hancur, tak bisa lagi beroperasi.

Mereka memutuskan pulang saja, dan akan memikirkan langkah selanjutnya atas apa yang telah terjadi pada toko mereka.

Dan dari belakang mobil mereka, sebuah sepeda motor mengikuti. Mereka kedua orang suruhan Trakif, tampak nya pembalasan Trakif belum sampai di situ, ia belum ingin melepaskan keluarga Farid itu hingga mereka benar-benar hancur.

Cring....!!!

Ponsel Trakif berdering, panggilan dari salah satu orang suruhannya yang di tugaskan mencari Absani istri nya.

"Ada kabar tentang istri ku?" sahut nya segera.

"Istri pak Kif tiba pada sebuah kampung di mana saya berada saat ini"

Trakif berdiri dari duduknya benar-benar bahagia mendengar kabar yang ia harapkan.

"Tahan dia! Saya akan menyusul!" titah Trakif

"Maaf pak, tapi istri anda sudah pergi lagi, bahkan rumah yang ia tuju kosong tak ada seorang pun, saya bertanya pada tetangga tapi tidak ada di antara mereka yang tahu satu keluarga itu dengan buk Absani pergi ke mana"

Trakif kembali menjatuhkan dirinya duduk. "Telusuri seisi kampung itu, cari istri saya sampai dapat"

"Baik pak"

Ia pun menutup telpon dan menyandarkan tubuhnya menatap foto pernikahan mereka yang terpanjang di dinding.

"Kamu di mana Sanyang,? Kau tidak mencintaiku lagi? Kau tidak merindukan ku? Apa aku tidak pantas di beri kesempatan sekali lagi?"

Tangis pria paruh baya yang terlihat tak terurus itu makin berjatuhan tanpa suara memandang wajah sang istri yang sangat ia rindukan.

"Pakyang"

Seru tiba-tiba Absani teringat akan Trakif, ia menatap pemandangan di hadapan nya dengan tatapan kosong, sedang pikiran nya ada pada suaminya.

"San,." panggil Anya menghampiri

"I-iya"

"Kamu kenapa? Selama kita tiba di sini kamu sering melamun, bahkan pernah aku mendapati mu menangis, kamu kenapa?"

Absani hanya menggeleng, tapi genangan air yang memenuhi pelupuk matanya tak bisa berbohong. Ia tak baik-baik saja, ia hancur karena bergelut dengan dirinya sendiri.

Abstrak WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang