Bab 39. Penyesalan Trakif II

3.8K 205 20
                                    

Tak sedikitpun Trakif meninggalkan Absani yang kini tenang terlihat seperti sedang tertidur.

Ia mengusap rambut istri nya lembut, juga memberi kecupan berkali-kali pada dahi wanita yang sedang beristirahat setelah bersitegang dengan kata menyakitkan darinya.

Bayangan saat istrinya kenapa-kenapa berlari-larian di kepala nya, ia tak menyangka ucapan yang ia lontarkan karena kesal hampir membuat istrinya kenapa-kenapa.

"Maafkan aku Sanyang,. Aku janji aku tidak akan pernah lagi meragukan mu, maaf kan aku" sesalnya kembali mengecup dahi istrinya.

"Permisi tuan"

Trakif menoleh melihat bik Kana membawa segelas air putih untuk nyona mereka ketika sadar nanti.

"Apa nyonya tidak akan sadar?" pertanyaan bik Nini membuat Trakif kembali bersedih

"Nyonya akan kembali sadar setelah baikan tunggu saja" sahut bik Kana. Beberapa detik setelah ucapan beliau, Absani bergeming.

"Sanyang kamu tidak apa-apa?"

Begitu matanya terbuka, Absani menatap suaminya kecewa hingga membuat nya marah. Ia segera bangun menepis tangan Trakif, bahkan mendorongnya hingga Trakif terjatuh dari tempat tidur.

"PENGKHIANAT!! KAU SAMA SEPERTI ANDRI DAN MARIO YANG HANYA MEMENTINGKAN NAFSU!! KAU BRENGSEK!! KAU DAN MEREKA SEMUA SAMA MENYAKITI KU DEMI AMELIA!! LAGI AMELIA MEREBUT KEBAHAGIAAN KU!! LAGI DIA MEREBUT NYAAA!!"

Trakif tercengang mendengar Amelia telah tiga kali melakukan itu pada kakak nya sendiri. Lagi ia merasa bersalah telah membanding-bandingkan istri nya dengan seseorang se jahat Amelia.

Absani turun dari tempat tidur berlari kedalam kamar mandi membanting pintu dengan keras.

"Nyonya..

"JANGAN BIARKAN PENGKHIANAT ITU MASUK!!" titahnya

"Sanyang aku minta maaf, buka pintunya aku mohon" lirih Trakif menggedor-gedor pintu.

Bik Kana dan bik Nini membujuk tuan mereka tenang dan supaya membiarkan nyonya mereka sendiri dulu hingga tenang dengan sendirinya. Mau tak mau Trakif menuruti, tapi tetap ia berjaga di depan pintu kamar mandi hingga mondar mandir selama beberapa menit.

"Bagaimana jika dia melakukan sesuatu di dalam sana" kata Trakif khawatir.

"Tidak ada benda tajam di dalam tuan" sahut bik Mura

"Bagaimana jika nyonya menenggelamkan dirinya di dalam bak mandi" sela bik Nini membuat Trakif menoleh. Tak perduli lagi Trakif menggeledah laci mencari kunci kamar mandi dan segera masuk mendapati istrinya meringkuk memeluk tubuhnya di dalam bak mandi.

Air matanya terjatuh begitu saja, kemudian ia melipat kedua lututnya mengusap rambut istrinya yang sesegukan karena menangis, tubuhnya terlihat jelas terselak-selak meredam suara tangisnya.

"Maafkan aku Sanyang" hanya tiga kata itu yang sanggup ia ucapkan, mewakili sesal, sedih juga takut melihat istrinya seperti itu.

Absani segera bangun merasakan sentuhan pada kepalanya. "PERGI! PERGI SANA DENGAN AMELIA ITU KARENA DIA LEBIH BAIK DARIKU! PERGI SANA PENGKHIANAT!!" bentaknya lalu melayangkan beberapa prodak mandi yang ada di sekitar melempari suaminya yang tak menghindar ataupun menangkis lemparan-lemparan itu. Ia hanya terdiam di tempatnya menatap istrinya yang terlihat kacau meneriakinya pengkhianat berkali-kali.

"Nyonya tenang, nyonya mohon tenang yah" bujuk ke-dua art membantu menenangkan nyonya mereka. Tapi wanita yang sedang kacau itu terus meronta-ronta.

Sekali lagi Absani merasakan kebahagiaannya rusak oleh orang yang sama, dan kali ini lebih sakit baginya. Bukan hanya karena itu kekasih sahnya, tapi suaminya terang-terangan memuji dan membangga-banggakan wanita lain di hadapannya. Ia yang memang tak pernah merasa lebih baik dari adiknya kini merasa dirinya seakan tak berharga sedikitpun.

Abstrak WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang