Bab 53. Terakhir Kali

3.9K 190 7
                                    

Sebulan berlalu perut nyonya Trakif Fatur kini mulai membuncit, Trakif dan istri beserta buk Sarah dan semua art baru saja meninggalkan panti asuhan setelah mengadakan acara syukuran atas kehamilan menantu Fatur Raja yang lama di tunggu keluarga besar itu.

"Semoga Nyonya kecil atau aden kecil sehat dan menjadi anak yang berbakti, serta baik juga masih banyak lagi kebaikan seperti doa anak-anak di panti tadi" seru bik Nini di amin kan semua orang. Mereka pun kembali pulang.

Setibanya mereka ke kamar masing-masing.

"Sanyang,." ucap Trakif memeluk pinggang istrinya sembari menaiki anak tangga.

"Iya"

"Kamu kok tidak menginginkan sesuatu selama hamil?"

"Maksudnya ngidam?"

"Iya"

"Aku ngidam kok"

"Tapi kamu tidak pernah meminta sesuatu padaku"

"Sebelum sampai ke Pakyang, para bibik bahkan pak Gani akan segera memberikan apa yang ku mau, juga mamah kalau tahu cucu nya mau apa, harus ada dalam saat itu juga"

"Wah, anak papah banyak yang memperhatikan," seru Trakif mengusap perut buncit Absani. Ia lalu membukakan pintu kamar untuk istri nya. "Anak ku jika ingin sesuatu banyak yang menyediakan, padahal papahnya juga butuh sesuatu loh" canda Trakif menanggalkan pakaian nya bersiap untuk mandi.

"Papah nya anakku butuh apa?" sahut Absani membantu membuka kancing kemeja suaminya satu persatu.

"Yah butuh mamahnya anak ku, aku mana mau yang lain, juga tidak ingin yang lain" Trakif mencubit hidung istrinya itu.

"Nanti yah setelah kita mandi"

"Memang tidak apa Sanyang?"

"Pelan-pelan, jangan seperti yang sudah-sudah, tidak mau mendengar juga tidak mau berhenti, pokoknya sekarang Pakyang kalau mau juga harus memikirkan keadaan anak kita yah"

"Pasti Sanyang, aku tidak akan membuat kalian kenapa-kenapa"

Begitu pakaian terlepas dari tubuh mereka, Trakif menggendong istri nya bersama kedalam kamar mandi membersihkan diri bersama seperti yang sudah-sudah, lalu lanjut rutinitas ranjang mereka.

Semua terasa indah bagi Absani, ia memiliki suami yang sangat mencintai nya, ibu mertua yang memperlakukan ia seperti anaknya sendiri, ketiga art yang siap melayani nya, dan seorang anak di perut nya, ia merasa hidupnya seperti di sebuah dongeng yang bahagia.

Setelah sarapan bersama seperti biasa Absani mengantar suaminya ke mobil.

"Pakyang,."

"Iya, mau pesan sesuatu?"

Absani tersenyum lalu mendekat kan dirinya, menyentuh jas yang suaminya kenakan.

"Aku boleh mengunjungi om Farid dan tante Reta?"

Trakif mengernyit hebat mendengar pertanyaan istirnya yang masih ingin bertemu dengan keluarga kejam itu. Lalu ia teringat jika istrinya orang yang baik, ia pasti memikirkan nasib mereka yang pernah menjadi orang tua nya.

"Untuk apa Sanyang,?"

"Aku cuma ingin melihat bagaimana keadaan mereka itu saja"

"Dan berbuat baik, lalu memberikan mereka tempat tinggal, membiayai mereka hingga mereka kembali menjadi orang sombong" cecar Trakif kesal

"Pakyang kok pikiran nya seperti itu, tidak baik loh calon papah pikiran nya begitu, Pakyang harus menjadi contoh yang baik untuk anak kita nanti"

"Aku tahu Sanyang, kalaupun anak kita menanggap papah nya ini tidak baik, akan ku jelaskan jika kedua eh tidak tapi ketiga orang itu yang membuat hidup mamahnya menderita, maka anak kita akan bersikap sama seperti ku"

Abstrak WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang