Bab 54. Sesal Amelia

4.6K 199 7
                                    

Pertemuan dengan keluarga Farid Absani jadikan yang terakhir kali sesuai permintaan Trakif. Ia lega telah mengetahui keadaan mereka, juga telah membantu mereka sebelum benar-benar memutus hubungan yang memang tak ada di antara mereka. Ia kini memiliki keluarga yang nyata kasih sayang mereka.

"Pakyang, mah, aku mau keluar yah buat usg" ucap Absani seusai mereka menikmati sarapan bersama.

"Kenapa kamu tidak bilang tadi malam, kan aku bisa menemani" sahut Trakif

"Tidak apa-apa Pakyang, aku bisa pergi sendiri"

"Mamah temani yah" sela buk Sarah menawarkan diri.

"Hari ini kan dokter datang untuk mengecek keadaan mamah" balas Absani membuat buk Sarah teringat. "Tidak apa mah, Pakyang, aku bisa pergi sendiri"

Jadilah ia pergi dengan di supiri pak Gani. Begitu selesai melakukan pemeriksaan, ia mengirim foto hasil usg pada suaminya, Trakif pun mengunggah nya ke akun sosial media miliknya dan menandai sang istri dengan hastag Bulan ke tiga, kembali unggahan nya di serbu like juga beragam komentar positif yang memang menunggu-nunggu kabar dari pasutri itu.

Di jalan menuju pulang Absani mampir ke sebuah stand jualan buah pinggir jalan, ia membeli beberapa buah-buahan untuk ia buat rujak nanti.

"Kak San,." panggil seorang wanita ia  menoleh lalu tercengang melihat itu Amelia. Ia menatap nya dari atas hingga ke bawah seakan tak percaya.

Seseorang yang pernah ia anggap adik, hanya mengenakan sebuah celana kulot di bawah lutut beserta baju kaos lusuh tampak tak terawat, dan wajahnya sama sekali tak memakai make-up, tak seperti Amelia yang dulunya tak pernah lepas dari make-up dan skincare.

Wajahnya yang tak terawat menimbulkan jerawat, dan kulit tubuhnya agak gelap tak lagi putih.

"Kak San apa kabar?" tanya Amelia dengan suara bergetar, juga matanya berkaca-kaca.

"Jangan memanggilku kak, aku bukan kakak mu, dan kau tidak pernah menganggap ku kakak mu bukan"

Kening Amelia bertaut bersedih hebat mendengar hal semacam itu keluar dari mulut seseorang yang pernah menjadi kakak nya,. Ia benar-benar sadar kesalahannya sangat fatal hingga membuat seorang kakak berubah sedingin itu pada nya.

Tak ingin lebih lama lagi di sana, Absani mengangkat kaki hendak pergi.

"Buk tunggu" pinta Amelia menahan tangan Absani yang hendak pergi. Tapi Absani justru menarik tangan nya.

"Ada apa lagi?" sahut Absani datar

"Aku mau minta maaf atas semua yang pernah ku lakukan padamu dari dulu hingga saat ini. Aku benar-benar minta maaf"

Dengan keranjang belanja berisi sayuran di tangan nya Amelia tertunduk menangis benar-benar menyesal.

"Kau mengatakan kata maaf hanya sebanyak dua kali, sedangkan kesalahan mu padaku sudah berapa tahun, Apa kau pernah meminta maaf!?" Amelia lagi hanya bisa tertunduk diam. "Jika itu kamu, apa kau bisa memaafkan sikap seperti itu?" Amelia yang tertunduk menggeleng pelan. "Kau benar, tidak mungkin, bagus kalau kau sadar diri"

"Bila perlu aku akan berlutut di hadapan mu asal kau mau memaafkan ku" mohon Amelia lirih.

"Dan orang-orang yang melihat akan menganggap aku kejam dan kau  tersakiti,. Aku tahu Amelia itu taktik mu lagi kan, itu lah kau penuh tipu muslihat dan munafik!" hardik Absani makin meluruhkan air mata Amelia yang benar-benar hanya ingin meminta maaf itu, ia tak banyak bicara karena ia sadar dirinya sangat salah dan tak pantas di maafkan.

"Tunggu apa lagi, pergi lah, pulang lakukan kewajiban mu sebagai seorang istri, dan enyahlah dari hadapan ku"

Amelia perlahan memutar tubuhnya meninggalkan seseorang yang pernah menganggap nya adik dan menyayangi nya dengan tulus, sedang ia tak pernah menghormatinya apa lagi menganggapnya seorang kakak.

Abstrak WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang