Bab 9. Lamaran/Persiapan Pernikahan

5K 271 9
                                    

Trakif dan sang ibu kini berada di kediaman Farid untuk melakukan lamaran. Dan lamaran itu berjalan sukses

Mata Trakif tak pernah luput dari memandangi calon istri nya. Tak hentinya ia mengagumi paras calon nya itu yang membuat si pemandangan tak jemu-jemu. Terlebih lagi Absani tampil dengan kesiapan, dengan memakai riasan wajah, juga sebuah midi dress membuat tampilan nya anggun.

Beberapa kali mata calon pengantin itu bertemu dan saling melempar senyum malu-malu.

"Bukannya kalian ada dua orang anak?"

Pertanyaan buk Sarah membuat Absani mengerjap, kesedihan melanda tiba-tiba di dalam hatinya, calon mertuanya masih memikirkan calon menantunya di awal.

"Ah itu..

"Kenapa cari seseorang yang tidak ada mah, sedangkan calon menantu mamah ada di depan mata" sela Trakif memotong ucapan buk Reta, membuat calon istrinya tersenyum manis, untuk pertama kalinya ada seseorang yang menegaskan ia lebih baik dari adiknya.

"Cuma tanya nak, kan ini lamaran, lebih baik di hadiri semua anggota keluarga" balas buk Sarah yang tadinya hanya ingin berbasa-basi.

"Anak saya ada kesibukan, dia akan pindah kerja ke luar kota"

"Kenapa?"

"Dia di tawari, sekalian dia ingin mencari pengalaman"

"Mandiri sekali yah"

Lagi Absani bersedih mendengar calon mertuanya terdengar mengangumi Amelia.

Setelah lamaran tersebut, hari dan tanggal telah di tetapkan, kurang dari empat minggu kedua insan itu akan segera melepas masa lajang. Dan besok mereka akan memulai semua persiapan dari fitting baju pengantin, cetak undangan bahkan pemilihan gedung. Tapi di antara banyaknya deretan perencanaan, semuanya bawahan Trakif yang mengurus, hanya dua hal yang ia lakukan bersama calon istrinya, yah itu fitting baju pengantin dan melakukan beberapa sesi foto.

Cring...!!!

Absani mengernyit bingung mendapati panggilan telepon dari nomor kontak yang tak ia kenal, ia ragu untuk menjawab, takut itu Amelia yang masih tak terima akan meledek.

Karena panggilannya tak kunjung di angkat, si penelepon mengirim pesan.

"Jangan biasakan begitu, kalau calon suami mu menelpon harus segera kamu angkat"

Bisa di simpulkan pesan itu dari Trakif. Tak ingin membuat calon suaminya kesal hingga berpikir yang tidak-tidak, Absani segera menghubungi kembali.

"Maaf pak, saya baru selesai mandi"

"Ooh, kamu mau kemana hari ini?"

"Ke butik tempat saya bekerja pak, saya ingin memberi tahukan pada teman-teman saya tentang pernikahan kita yang tidak akan lama lagi"

"Sebaiknya besok saja"

"Kenapa?"

"Karena undangan selesai nanti sore, kalau kamu memberi tahu mereka tanpa undangan, nanti mereka lupa" Absani manggut-manggut setuju. "Kalau begitu bersiap-siap lah, kita harus fitting baju pengantin sekali lagi, harus benar-benar memastikan semuanya pas, juga kita mampir melihat gedung resepsi"

"Iya pak"

Begitu panggilan berakhir, Absani segera berpakaian lalu meninggalkan kamarnya menuruni anak tangga dengan langkah riang, begitupun senyumnya yang terus mengembang.

"Mau kemana San?" tanya buk Reta

"Mau ke butik dengan pak Kif mah"

"Ooh.. Tapi seharusnya Kif itu mengajak mamah membuat baju di butik pilihan nya juga dong, kan mamah ini calon mertuanya" merajuk buk Reta yang keinginannya di tolak, dan malah calon menantunya mengalihkan ke butik lain yang lebih sederhana.

Abstrak WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang