Bab 8. Anak Sulung vs Anak Bungsu

5.3K 283 9
                                    

Trakif kembali pulang ke kediamannya dengan perasaan bahagia, ia makin yakin dengan pilihan ibunya tak salah memilih Absani di antara dua bersaudari.

"Mah..." panggil nya sembari mencari keberadaan sang ibu.

Mendengar panggilan anaknya yang tak seperti biasa, buk Sarah segera menanggapi.

"Ada apa nak? Kamu kenapa?" sahut beliau khawatir anak tunggal nya kenapa-kenapa, tapi melihat senyum mengembang di wajah anaknya, kekhawatiran beliau lenyap.

"Absani menerima lamaran ku mah" seru Trakif bahagia, senyumnya makin tercetak lebar, di mana sang ibu berusaha pula untuk tersenyum meski palsu agar tak mengecewakan anaknya. Ia tak menyangka perjodohan yang ingin ia batalkan justru anaknya wujudkan. "Aku ke kamar dulu mah ingin menghubungi orang-orang kepercayaan ku"

Trakif berlari menaiki anak tangga meninggalkan ibunya yang bergulat dengan perasaan nya.

"Apa aku tega menyakiti anak ku sendiri yang sangat mendambakan pernikahan nya" gumamnya.

Setelah sebelumnya anaknya selalu menunda-nunda bahkan mencari-cari alasan agar tak di jodohkan, ia sendiri yang melamar.

"Mah..." panggil Trakif kembali turun menghampiri.

"Iya nak"

Trakif duduk di samping ibunya, sekali lagi kebahagiaan terpancar di wajahnya.

"Kapan kita akan melamar mah?"

"Kapan kamu ada waktu?"

Buk Sarah kini mengenyampingkan perasaan nya, meski ia tak menaruh minat lagi pada apapun yang berhubungan dengan keluarga Farid, tapi ia akan memendamnya demi sang anak.

"Bagaimana kalau besok malam mah, lebih cepat lebih baik, orang-orang ku juga telah menemukan vendor wedding dengan cepat, bahkan merekomendasikan butik terbaik"

Buk Sarah tak menyangka anaknya sebahagia itu menyiapkan pernikahan nya, hal yang lama beliau inginkan sebentar lagi terjadi di depan mata.

"Jangan buru-buru juga nak, tidak apa pelan-pelan asal semua selesai dengan rapih, lagi pula kita harus menyiapkan semuanya dengan baik, mamah tidak mau ada kecacatan sedikitpun di pernikahanmu"

Meskipun beliau tak memiliki minat lagi akan pilihan anaknya, tapi beliau akan menerima demi anak semata wayangnya.

"Baiklah mah, mamah hubungi keluarga pak Farid yah, katakan besok malam jam 7 kita akan datang melamar"

Pesan Trakif di anggukkan sang ibu, ia pun kembali ke lantai atas meneruskan rencana-rencananya dalam menyiapkan pernikahan untuk dirinya.

Sedangkan di kediaman Farid, tepat nya di dalam kamar Absani, kedua orang tuanya berkumpul. Ia pun telah mengatakan lamaran Trakif pada dirinya, ia juga mengatakan telah menerima lamaran tersebut, bahkan Trakif mengatakan mereka akan menikah bulan ini, karena begitulah ancaman yang pernah ibu nya layangkan.

Tentu buk Reta kegirangan, kata berbesanan itu benar-benar akan terjadi di depan mata.

"Kif yang mengurus semuanya? Juga membuat resepsi besar-besaran?" tanya buk Reta memastikan apa yang barusan di dengar nya.

"Iya mah" sahut Absani

Lagi buk Reta tak hentinya tersenyum sumringah membayangkan hal itu.

"Baiklah, kamu istirahat saja, kamu harus baik-baik menuju pernikahan mu" seru beliau baru kali ini menunjukkan perhatian pada anak sulungnya.

Buk Reta dan sang suami pun meninggalkan anak sulung mereka untuk beristirahat agar lekas pulih, atau semua kebahagiaan nya akan berantakan jika anaknya sampai kenapa-kenapa sebelum pernikahan.

Abstrak WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang