Bab 15. Cerita Masa Lalu Trakif

7K 271 14
                                    

"Pantas pak Kif pesan kan saya pakaian, tenyata kita mau keluar,. Ngomong-ngomong kita akan kemana pak?" tanya Absani yang mana tangan nya di gandeng Trakif ke arah mobil.

"Absani, aku bukan bapak mu, aku suami mu" sahut Trakif ketus

"Yang bilang pak Kif bapak ku siapa?"

"Berhenti memanggilku pak paham,!"

"Kan menghormati pak,"

Trakif bersedekap dada menatap Absani jengkel yang terus saja menyebut nya pak, sedang kan ia ingin seperti teman-teman nya yang memiliki nama panggilan kesayangan.

"Selain pak" pinta Trakif

"Tuan"

"Kamu istri ku Absani Trakif, bukan pembantu ku,!" kesal nya menyentil pelan dahi istrinya yang bandel, kemudian melanjutkan. "Yang lain"

"Yang mulia" canda Absani lalu tertawa membuat Trakif tersenyum menatap wanita nya ternyata suka bercanda juga.

"Yang lain, itu akan menjadi panggilan kesayangan kita"

Absani berpikir keras cukup lama, kemudian berseru. "Pakyang" idenya justru di sambut Trakif dengan mimik keheranan.

"Pakyang?" dahi Trakif mengkerut hebat.

"Pak sayang," terang Absani membuat Trakif tertawa terbahak-bahak, antara pasrah tapi juga menyukai nama panggilan kesayangan mereka yang terdengar lucu nan menggelikan. "Lalu aku di panggil apa?" Absani pun menginginkan nama panggilan untuk dirinya. Dan tanpa berpikir lama Trakif berseru..

"Sanyang, San sayang"

Absani pun tak kalah tertawa terbahak-bahak mendengar nama panggilan kesayangan mereka yang terdengar konyol,. Lalu mereka berpindah ke kedalam mobil.

Kedua pasutri itu meski telah cukup akrab, juga telah saling berbagi, tapi tetap saja keduanya terkadang malu-malu jika diam tanpa pembahasan.

"Pakyang,."

"Iya"

"Aku masih boleh bekerja?"

Trakif menoleh menatap istrinya heran yang masih ingin bekerja di sebuah butik sederhana, sedangkan ia kini istri dari pemilik pusat perbelanjaan.

"Kamu menyinggung?" sahut nya

"Menyinggung apa? Tidak, aku kan cuma bertanya, boleh apa tidak?"

"Tidak boleh, kamu tanggung jawab ku, tugas mu hanya melayani ku" mendengar perintah tersebut Absani manggut-manggut tak ingin bertanya lagi, tak mau membuat suaminya kesal menganggap dirinya pembangkang. "Lagi pula kenapa kau masih ingin bekerja? Kebutuhan mu aku yang tanggung, luar dalam aku yang tanggung, hingga peganganmu itu tanggung jawab ku"

"Tidak, hanya aku suka berkumpul bersama teman-teman ku, hanya di butik itu bersama dengan mereka aku merasa di rumah"

Trakif mengedarkan pandangan pada istrinya yang baru saja mengatakan hal memilukan. Di mana Absani segera membuang pandangan ke luar jendela tersadar akan ucapannya yang tak ia sengaja.

Pria yang tengah mengemudi itu makin penasaran dengan kehidupan istrinya sebelum menikah. Wanita yang ia nikahi atas jalur perjodohan, wanita rapuh yang terus mencoba terlihat kuat itu tampak memendam banyak kesedihan yang tak mau ia beritahu.

"Kita mampir dulu yah ke cafe" seru Trakif tiba-tiba menepikan mobilnya ke pelataran parkiran sebuah cafe, dan lagi-lagi tanpa perencanaan.

"Masih lapar?" Absani heran melihat nafsu makan suaminya.

"Tidak, cuma ingin mampir"

Mereka pun turun memesan sebuah meja di bagian taman, bahkan tanpa sepengetahuan Absani, Trakif membooking seluruh meja yang ada di taman belakang untuk mengenal lebih dekat istri nya.

Abstrak WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang