Bab 23. Rencana Honeymoon

5.9K 212 1
                                    

Absani membantu para art menghidangkan makan malam kesukaan suami dan mertua nya yang ia buat sendiri,. Sekali lagi ia merapihkan hidangan yang telah tersaji di atas meja makan.

"Wow!" seru Trakif tiba lebih dulu, bukannya menyicipi makanan yang telah terhidang, ia justru menyicipi pipi istrinya di depan para art.

"Pakyang, di lihatin bibik" tegur Absani malu menyentuh pipinya yang baru saja di kecup geli oleh wajah berjambang suaminya di depan para art yang langsung menundukkan pandangan.

"Kita tidak lihat kok nyonya, tidak apa-apa, di lanjut saja" sela bik Kana lalu pamit pergi bersama yang lain meninggalkan mereka.

"Pakyang aku masak makanan kesukaan Pakyang" seru Absani memperlihatkan beberapa masakan buatan nya.

"Kesukaan ku justru kamu" pipi yang tadinya baik-baik saja berubah bersemu merah.

"Pakyang sudah ah, Gombal terus"

Absani membawa suaminya duduk di kursi nya yang biasa untuk menikmati makan malam.

"Malam,." sapa buk Sarah mendekat

"Malam mah" sahut mereka. Absani berdiri dari duduknya menghampiri sang mertua, memeluk lengannya, membawa beliau ke meja makan dengan saling melempar senyum membuat Trakif heran melihat pemandangan indah itu.

"San masakin makanan kesukaan mamah" terang Absani di tanggapi senyum oleh mertuanya.

Absani melayani mereka dengan baik, memastikan masakan yang ia buat berada di piring mereka lalu ia pun kembali ke kursinya duduk berhadapan dengan sang mertua, di mana tatapan Trakif silih berganti menatap istri dan ibunya yang terlihat dekat, dahinya mengernyit heran melihat hal tersebut.

Di bawah meja kaki Trakif menyentuh kaki Absani untuk mendapatkan perhatian.

Absani mengangkat kedua alis seolah bertanya, di mana mata Trakif meliriknya lalu melirik sang ibu lalu mengendikkan kepala bertanya. Absani justru tersenyum sumringah memainkan kedua alisnya terlihat benar-benar bahagia.

Belum mendapatkan jawaban, Trakif kembali menikmati makanannya, ia akan bertanya di kamar nanti perihal apa saja yang ia lewatkan sehingga keduanya bisa sedekat itu.

"Oh iya Kif, San," seru buk Sarah selesai makan lebih dulu, yang si panggil segera menyahut. "Mamah ingin memberi kalian sesuatu" tambah nya

"Hadiah apa mah?" tanya mereka penasaran.

Buk Sarah justru pamit meninggalkan mereka berdua ke kamar untuk mengambil sesuatu yang telah beliau persiapkan.

Agar sang ibu tak jauh-jauh berjalan, Trakif dan Absani menyusul menunggu di ruang keluarga saja.

"Mamah mau memberi kita apa yah?" tanya Absani pada suaminya yang hanya mengendikkan bahu juga tak tahu. Tak lamanya buk Sarah keluar dengan dua kertas di tangan nya.

"Ini hadiah pernikahan untuk kalian, maaf mamah baru memberikan nya" ucap buk Sarah memberikan dua tiket pesawat tujuan, dua paspor, dan dua visa tujuan Prancis.

"Maksudnya mah?" tanya Trakif bingung

"Kamu liburan dulu yah nak, dari kalian menikah belum menikmati waktu berdua, mamah mau kalian memiliki waktu berkualitas" pungkas nya

"Maksud mamah, mamah menyuruh kami honeymoon?"

"Haha... Yah begitulah, bawa anak perempuan mamah jalan-jalan sepuasnya, lakukan apapun yang dia inginkan, pastikan dia bahagia" tandas nya, beliau mengelus pipi menantu nya yang tersenyum bahagia menerima perhatian itu.

"Jadi tiket yang ku pesan di batalkan saja" kata Trakif.

Sebenarnya ia juga menyiapkan hal serupa tujuan Maladewa, bahkan ia telah memesan tiket untuk berbulan madu, tapi ia merahasiakan karena ingin memberikan kejutan pada istrinya setelah ia selesai mengecek keadaan pusat perbelanjaan milik nya, tapi ternyata sang ibu lebih dulu memberi kejutan.

"Kamu sudah pesan tiket juga?" tanya buk Sarah terkejut

"Iya, tapi sudah lah, akan ku batalkan, tiket mamah ini lebih penting karena ada restu dan perhatian mamah, iya kan Sanyang?"

Absani mengangguk tak masalah, karena keduanya baik baginya karena ada keinginan untuk menyenangkan nya.

"Kok tiket nya cuma dua, mamah tidak ikut?" tanya Absani di balas gelengan pelan oleh buk Sarah.

"Sudah beberapa tahun ini mamah tidak pernah lagi mau naik pesawat, mamah kemana-mana cuma dengan mobil" terang Trakif membuat istrinya paham bila melihat kondisi mertuanya yang sudah tua, juga sakit-sakitan, mungkin itu alasannya.

Karena tak ada pembahasan lagi Trakif pamit bersama istrinya ke kamar, ada yang ingin ia bahas, perihal kedekatan sang ibu dan istri nya.

Ia bahagia melihat kedua wanita penting di hidup nya dekat seperti itu, tapi ia penasaran apa penyebabnya?.

"Pakyang capek yah hingga ingin tidur awal?" tanya Absani melihat suaminya mengunci pintu, tak seperti biasanya ia akan ke ruang kerjanya dulu atau berolahraga di salah satu ruangan yang tersedia, atau juga bermain golf di taman mini belakang rumah.

"Capek sih iya, tapi kalau tidur awal tidak" sahut Trakif mulai menanggalkan pakaian nya satu persatu.

"Kok buka baju?" tanya Absani yang tak mengerti gelagat suaminya yang tak tahan lagi akan dirinya.

"Kan mau minta jatah" sahutan Trakif gamblang tersenyum sumringah lalu menggerakkan kedua alisnya.

"Haha... Gosok gigi dulu"

"Nanti saja"

"Tidak,! Gosok gigi dulu"

"Nanti saja,!"

"Tidak,! Atau tidak ku kasih" ancaman Absani membuat Trakif membuang nafas berat harus menuruti. Absani pun menyusul menggosok gigi bersama.

Seorang Trakif tanpa menyentuh istri nya ketika berdua tentu tidak bisa,.
Tangan yang menganggur itu melingkar nyaman di perut sang istri, hingga menyelinap kan tangan nya menggelitiki.

"Bersih" seru Absani keluar lebih dulu,. Tak ingin membuat suaminya menunggu, ia menanggalkan seluruh pakaian nya lalu naik keatas tempat tidur menunggu.

"Sanyang.." panggil Trakif di depan pintu tanpa sehelai benangpun di tubuh nya, membuat mata Absani terbelalak. Ia tak tahu lagi harus memasang ekspresi seperti apa akan kelakuan-kelakuan suaminya yang selalu di luar pemikiran nya.

"Sanyang, kok bisa kamu sama mamah dekat begitu?" Trakif benar-benar penasaran akan perubahan sikap sang ibu yang membahagiakan.

"Seharian ini aku habiskan bersama mamah saling terbuka, dan jadilah mamah sekarang menerima ku, bahkan mamah mengatakan menganggap ku seperti anak mamah sendiri"

"Syukurlah" lalu dia mengerjap menyadari sesuatu. "Makanya kamu tidak mengangkat telpon ku?"

"Maaf, aku tinggal di kamar, saat aku ingin menghubungi Pakyang kembali, handphone ku padam"

"Aku pikir kau sengaja karena ingin mencari masalah dengan ku"

"Mana mungkin aku berani cari masalah sama Pakyang, tanpa masalah saja Pakyang membuatku tidak berkutik, apa lagi kalau ada masalah"

"Takut yah?"

"Hu umh"

Tenang pertanyaannya telah terjawab, tanpa membuang waktu lagi, Trakif segera mengukung istri nya melepas rindu.

Abstrak WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang