Segera Absani membuka pintu mendapati Trakif suaminya berkacak pinggang dengan membelakangi di depan jendela besar. Ia mendekat ragu-ragu melihat bahu tegap suaminya tampak tegang, seperti seseorang yang sedang marah.
"Pakyang kok kembali? Ada apa?" ia memberanikan diri bertanya seraya menutup pintu.
"Kenapa mamah mu ada di sini?" balas Trakif bertanya, masih memberi punggung.
"Seperti yang mamah bilang tadi, untuk melihat kita"
Trakif memutar tubuhnya menghadap Absani terlihat marah.
"Melihat kita pengantin baru! Sedangkan waktu kamu demam tinggi di tinggal!"
Kekesalan pria itu berubah marah jika menyangkut apapun yang berhubungan dengan orang tua istrinya.
"Sudah yah, jangan bahas itu lagi" bujuk Absani menoleh ke arah pintu khawatir kemarahan Trakif terdengar hingga keluar.
"Bagaimana aku tidak membahas! Aku masih ingat bagaimana keadaan mu saat kau membuka pintu! Kemana orang tua mu hah!!?"
Absani mendekati pria yang marah itu karena tak terima atas sesuatu yang terjadi padanya. Ia bersyukur karena suami nya se perduli itu pada dirinya, tapi ia menganggap itu hal yang sudah berlalu yang ingin ia lupakan.
"Pakyang,. Siapa tahu mamah ku sekarang sudah berubah, buktinya ucapan mamah ku sekarang lebih baik padaku" bujuk nya masih terus mencoba menenangkan suaminya.
"Mamah mu seperti itu karena cari muka pada keluarga ku,! dia hanya mencari simpati,! Tapi dia salah orang, keluarga ku tidak sebodoh itu tidak bisa melihat seperti apa rupa mamah mu itu!"
"Pakyang stop,! Biar bagaimana pun dia mamah ku. Se kecewa apapun, semarah apa pun Pakyang tapi beliau tetap mamahku, mamah yang telah berkorban nyawa melahirkan ku, bahkan lagi berkorban untuk ku"
Trakif terdiam mendengar perkataan itu, ia sadar tak seharusnya terbawa emosi dan malah melampiaskan pada istrinya.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud membentak mu apa lagi memarahi mu" sesal nya menarik Absani kedalam pelukannya.
"Aku tahu,. Pakyang kan sudah berjanji akan membahagiakan aku"
Absani menengadah menatap wajah suaminya yang semula tegang karena marah, kini perlahan memudar berganti mengukir senyum.
"Oh iya, Pakyang kok kembali? Ada yang tertinggal?"
"Iya"
"Apa?"
"Ciuman ku"
Absani tertawa terbahak-bahak mendengar bualan suaminya itu.
"Kan sudah tadi sebelum berangkat"
"Itu bukan ciuman, itu kecupan namanya"
"Haha... Serius ada apa Pakyang kembali pulang?"
"Karena ciuman"
Lagi Trakif menegaskan, membuat Absani keheranan sempat tak percaya, tapi melihat keseriusan di wajah suaminya akhirnya ia percaya suami nya itu benar-benar kembali untuk sebuah ciuman.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Trakif menarik Absani makin mendekat hingga tak ada celah antara mereka. Sedetik kemudian bunyi ecapan bibir beradu terdengar bergairah di hiasi lenguhan memenuhi kamar.
"Maaf, gincu mu rusak"
Trakif terkekeh seraya merapihkan gincu istrinya yang di rusak oleh bibirnya yang merindukan bibir candu wanita nya.
Setelah ecapan singkat tapi bergairah itu, mereka kembali turun.
"Ada apa Kif?" tanya buk Sarah
"Ada urusan sebentar mah dengan istri ku,. Aku kembali ke kantor yah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Abstrak Wedding
RomanceTrakif Fatur atau yang akrab di panggil pak Kif, pria bujang pemilik pusat perbelanjaan yang masih betah melajang di usianya yang sudah menginjak 45 tahun. Sang ibu pun tak hentinya mendesak anaknya untuk segera menikah, beliau ingin segera menimang...