Bab 21. Korban & Di Korbankan

4.6K 280 9
                                    

Buk Sarah cepat-cepat menaiki anak tangga menyusul menantunya yang menggantung penjelasan. Tanpa mengetuk beliau langsung membuka pintu lebar-lebar mendapati menantunya menangis di tepian tempat tidur.

Melihat kehadiran mertuanya, Absani segera mengeringkan air matanya lalu berdiri menghampiri beliau.

"Ada apa mah?" ia bertanya seperti biasa yang sopan dan pelan, meski hatinya pasti masih sakit akan sikap sang mertua.

"Apa maksud ucapan mu tadi?"

Buk Sarah tak sabar ingin segera mendengar jawaban yang sebelumnya ia tolak,. Di mana di depan pintu ke tiga art berdiri menatap khawatir, terutama pada istri tuan mereka, sebab mereka tahu nyonya besar tak menyukai nyonya muda.

"Bik, bisa tinggalkan kami berdua" pinta Absani, mau tak mau ke tiga art yang penuh rasa khawatir itu menuruti, dan merapatkan daun pintu. "Duduk dulu mah" masih ia menunjuk kan kesopanan, membawa mertuanya duduk di tepian tempat tidur.

"Katakan apa maksud mu tadi?" Beliau sudah tak sabar

"Perihal apa mah?"

"Yang tadi kamu katakan, kamu menggantikan Amelia, maksudnya apa?"

Dahi Absani mengkerut hebat, bingung melihat mimik wajah mertuanya yang tampak keheranan memandang gelisah.

"Iya mah, saya minta maaf sudah mengganti kan Amelia menjadi pendamping pak Kif, saya juga awal nya tidak mau mah karena saya tahu yang mamah inginkan bukan saya, tapi Amelia. Tapi meski begitu saya benar-benar ingin berbakti pada pak Kif juga mamah"

Penjelasan menantunya seketika membuat dada beliau sakit juga sesak nafas melanda.

"Mamah tidak apa-apa?"

"Katakan, katakan semuanya, katakan semua perihal perjodohan itu"

"Mamah saya meminta agar saya menggantikan Amelia menikah dengan pak Kif, karena Amelia menolak karena memilih kekasihnya"

Jika saja wanita yang berbicara itu seorang pembohong, tentu beliau tak akan percaya fakta mengejutkan seperti itu, tapi karena yang berucap itu wanita pilihan nya, beliau percaya sangat percaya menantunya berkata jujur.

"Tidak nak, yang ingin mamah lamar memang kamu, bukan Amelia, yang mamah inginkan memang kamu nak"

Absani tercengang mendengar fakta yang tak sesuai dengan perkataan ibunya, yang menerangkan berkali-kali jika adiknya akan di lamar oleh seseorang yang kini menjadi suaminya,. Bahkan ibunya tak sungkan-sungkan membanding-bandingkan keberuntungan adiknya dengan diri nya.

"Tapi mamah saya mengatakan mamah melamar Amelia untuk pak Kif, mamah sangat menyukai Amelia" air matanya berjatuhan tak habis pikir lagi dengan perbuatan ibunya.

"Mamah melamar mu, mamah mu tahu itu, tapi mamah mu mengatakan kamu memiliki kekasih, bahkan kamu tidak tertarik dengan Kif meski telah bertemu" terang buk Sarah

"Saya bahkan memutuskan tidak berpacaran sudah lama mah, sudah lima tahun, dan.. pertama kali bertemu dengan pak Kif itu mengantarkan tas mamah yang berisi obat"

Buk Sarah bertambah tercengang mengetahui fakta baru.

"Jadi kamu yang membawakan obat mamah?"

"Iya mah, saya menemukan tas mamah di ruang tamu, makanya saya bawa, dan si situ saya bertemu pertama kali dengan pak Kif, tapi saat itu pak Kif membentak-bentak saya, menyalahkan saya katanya mamah kenapa-kenapa karena saya"

Buk Sarah yang kini mengetahui fakta sebenarnya menangkup kedua pipi menantu nya yang sempat ia benci. Air mata beliau bercucuran menyesal telah membenci bahkan bersikap dingin pada seseorang yang tak salah apa-apa.

"Mamah sakit karena mamah kepikiran kamu menolak lamaran mamah" terangnya

"Bagaimana saya bisa menolak jika mamah tidak melamar saya"

"Mamah menerangkan pada mamah mu, jika yang ingin mamah lamar salah satu anak kesayangannya" lirihnya makin jadi, begitu pun air matanya terjatuh tak tertahankan merasa di bodohi oleh besannya,. Sedangkan sang menantu yang tak salah apa-apa tapi di korbankan menatap mertuanya sedih karena ia kini mengerti.

"Saya tahu mengapa mamah saya melakukan itu pada saya" cicit Absani, rasa-rasanya ia tak sanggup lagi berkata.

"Apa nak?"

"Mamah mengatakan melamar salah satu anak kesayangan mamah Reta?" buk Sarah mengangguk. "Mamah salah, anak kesayangan mamah saya cuma satu, ya itu adik saya" timpal nya, kesedihannya bertambah-tambah

"Kenapa begitu nak?"

"Andai mamah menyayangi saya, mamah akan bertanya yang mana karena anaknya ada dua, tapi mamah langsung membuat kesimpulan karena hanya satu anak kesayangan, yang selalu ia utamakan, dan lebih pantas untuk pernikahan itu menurut nya"

Wanita yang sudah terbiasa menangis itu, kali ini menangis hebat tak seperti biasanya, ia tak menyangka orang tua nya setega itu pada dirinya dengan merebut lamaran yang memang di tujukan untuk nya demi adik nya, lalu membuat kisah menjadikan dirinya pelarian.

"Kenapa mamah mu berbuat setega itu nak?" Tangan berkeriput buk Sarah kembali menangkup kedua pipi yang bersedih hebat itu.

"Karena kebahagiaan adik saya lebih utama dan penting mah"

Untuk pertama kali buk Sarah memeluk menantunya, hati beliau pun seakan ter iris-iris sakitnya mengetahui fakta perjodohan itu  ternyata di manipulasi oleh besannya, bahkan tega menyakiti perasaan anak sulung nya demi kebahagiaan anak bungsunya, lalu menjadikan posisi anak sulungnya seakan tak berharga karena ia di jadikan pengganti, sedangkan memang ia yang di inginkan.

"Mamah mu keterlaluan! Mamah tidak akan membiarkan hal ini! Ibu macam apa dia rela menyakiti perasaan anaknya demi anaknya yang lain!" marah buk Sarah tak terima.

"Apa salah mah jika saat ini saya membenci orang tua saya sendiri" lirih wanita malang itu sedari tadi menangis hingga sesegukan. Kembali buk Sarah menangkup kedua pipi menantunya yang tak pernah kering menjelaskan semua perbuatan orang tua nya.

"Tidak nak, sama sekali tidak, bahkan orang tuamu itu memang pantas untuk di benci,. Tidak apa jika orang tuamu tidak menyayangi mu, ada mamah yang akan melakukan nya,. Jangan anggap mamah mertua mu, tapi sebagai mamah mu, mamah akan menyaingi mu melebihi kasih sayang orang tua mu"

Ucapan bersungguh-sungguh seakan berjanji buk Sarah membuat menantunya tersenyum, ia terharu bahkan bersyukur berada pada keluarga yang tepat. Tapi masih ada yang mengganjal di hati beliau.

"Lalu bagaimana hubungan mu dengan Kif? Karena kamu di jadikan pengganti dan terpaksa menikah?"

Pikiran itu membebaninya, beliau takut jika menantunya hanya melakoni perintah mamah nya saja.

"Saya memang terpaksa mah menikah dengan pak Kif, tapi melihat bagaimana bertanggung jawab nya beliau, rasa terpaksa itu kini lenyap"

Pipi keriput buk Sarah bergerak mengukir senyum mendengar menantunya benar-benar serius melakoni pernikahan.

"Saya masih ingat betapa baik nya pak Kif, beliau membawa saya ke rumah sakit saat sakit,. Beliau tidak pernah meninggalkan saya hingga saya di perbolehkan pulang,. Dan mamah tahu?..." buk Sarah menggeleng pelan masih senyum nya mengembang. "Pak Kif melamar saya di rumah sakit, dan saat itu saya bertekad, meski saya hanya pengganti tapi saya akan membuat pernikahan kami nyata," sambung nya, lagi kebahagiaan terpancar di wajah tua sang mertua, sekali lagi ia bersyukur pilihannya tak salah memilih wanita malang yang tangguh itu menjadi pendamping anaknya.

"Perasaan mu ke Trakif bagaimana?" lagi tanya buk Sarah harap-harap cemas. Di mana yang bertanya tersenyum malu-malu hingga kedua pipinya memerah.

"Saya sayang sama pak Kif mah"

Buk Sarah mencubit pinggang menantu nya gemas dengan sikap malu-malu nya,.

Kini tak ada lagi ketegangan antara  mertua dan menantu itu, mereka bercakap-cakap saling mengenal lebih dekat lagi.

Abstrak WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang