Bab 6. Menikahlah Denganku

5.6K 308 7
                                    

Baru saja menikmati tidur sejam yang lalu, Absani kembali bangun mengingat ibunya mengatakan ada obat di lantai bawah, padahal jika sang ibu perduli, bisa saja beliau yang membawakan. Tapi sudahlah, Absani tak mau menambah kesedihannya dengan memikirkan sikap pilih kasih ibunya.

Ia pun turun ke lantai bawah, dan hampir saja tergelincir di tangga saat kakinya yang lemas di paksa berjalan, tapi sekuat tenaga ia tetap turun.

Tok! Tok! Tok!

Wanita malang yang bertambah lemas itu menghela nafas berat menerima kedatangan seorang tamu saat rumah nya kosong. Jangan kan untuk berbicara pada si tamu, matanya saja terasa sangat berat tak mampu melihat fokus objek apapun di hadapan nya.

Tok! Tok! Tok!

Mau tak mau ia menerima tamu, barangkali itu penting.

Cklet..

Begitu daun pintu terbuka, Absani menyembunyikan sebagian wajah nya dengan telapak tangan dari silau yang membias wajah pucat nya.

"Orang tua saya tidak ada di rumah" kata nya masih tak menurunkan tangan.

"Saya kemari untuk kamu" sahut si tamu membuat Absani bingung, ia juga merasa pernah mendengar suara tamu itu meski masih terdengar asing.

Tamu bertubuh tinggi tersebut menggeser tubuhnya, menghalangi Absani dari silau yang membatasi penglihatannya. Perlahan Absani menurunkan tangannya lalu menatap tamu itu tercengang.

Seseorang yang ibunya bahas berdiri di hadapannya, yang tadi malam membentak-bentak nya tak lain Trakif anak buk Sarah.

Ia bisa langsung mengenali pria itu sebagai calon suaminya?.

Absani pernah berjalan-jalan bersama teman-temannya ke pusat perbelanjaan milik keluarga Fatur Raja, dan temannya menunjuk Trakif yang kala itu ada melihat perkembangan usaha milik nya, temannya juga menjelaskan rincian pria itu.

Dan sekarang pria itu berdiri di hadapannya.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Trakif dengan suara bariton nya khawatir melihat wajah pucat seseorang yang akan di jodohkan dengan nya lebih pucat dari kemarin malam. Absani justru termangu. "Kamu tidak apa-apa?" lagi ia mengulang pertanyaan yang sama pada wanita yang termangu itu.

"Kepala saya pusing pak, badan saya lemas sekali, dahi saya panas tapi kaki saya dingin, juga tenggorakan saya sakit, dan hidung saya mampet"

Sederet keluhan Absani yang tak pernah sebelumnya ia seperti itu pada keluarganya sendiri, ia selalu menyembunyikan sakit nya dan melakukan penyembuhan seorang diri.

Tapi kali ini wanita rapuh yang terus berusaha kuat itu, seketika kerapuhannya mengalir keluar begitu saja dari mulutnya. Dirinya yang rapuh dan lemah ingin sekali saja merasakan seseorang mengkhawatirkan dirinya, dan mau menemani saat ia sedang tak baik-baik saja.

Tanpa meminta ijin Trakif mengangkat tangan nya menyentuh dahi wanita yang tengah menatap nya sayu. Betapa terkejutnya ia merasakan dahi wanita yang akan ia nikahi sangat panas, ia bisa menyimpulkan panas itu di atas 30 derajat celcius, hampir mungkin mendekati 40 derajat celcius.

"Dahimu panas sekali" ujar Trakif terkejut, kepanikan tak dapat ia sembunyikan dari wajahnya saat ini.
"Ayo ke rumah sakit"

"Saya tidak mampu jalan pak"

Keluhan Absani tak ia buat-buat untuk menarik simpati pria di hadapannya, tapi ia takut selangkah saja ia akan terjatuh. Dan dengan sikap gentleman nya yang tak mau berpikir panjang ataupun meminta ijin terlebih dahulu, Trakif membopong Absani ke mobil nya, di mana wanita yang ia gendong itu hanya terdiam menatap haru.

Abstrak WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang