Bab 14. Candu Suami, Acuh Mertua

8.9K 318 5
                                    

Sesuai permintaan Trakif pada sepupu nya yang membawa sang ibu tadi malam,. Buk Sarah telah pulang dengan di antar.

"Selamat siang nyonya besar," sapa ketiga art menyambut kedatangan beliau.

"Siang,. Kif kerja?" ketiga art yang di tanya malah tersenyum menggeleng. "Kenapa? Kif tidak enak badan?" khawatir beliau mungkin lupa jika anak paruh baya nya itu kini telah ada yang menemani.

"Tuan Kif dan nyonya muda belum bangun nyonya besar,. Mereka beristirahat baru beberapa jam yang lalu" terang art bernama Mura membuat yang lain cekikikan.

Buk Sarah paham karena mereka baru saja menikah, hanya beliau tak menyangka mereka baru beristirahat beberapa jam yang lalu. Entah mengapa beliau khawatir pada menantunya, mengingat tubuh kekar anaknya yang rajin berolahraga.

~Semoga anak itu tidak kenapa-kenapa~ batin buk Sarah bermaksud menantunya yang kini bergeming di pembaringan.

Bukannya meninggalkan tempat tidur, Absani masih berbaring menatap dinding bercat putih yang ada di hadapan nya, sembari meredam rasa nyeri pada area sensitif milik nya. Belum lagi tangan kekar Trakif yang memeluk nya, menambah penderitaan nya di pagi hari pertama ia menjadi seorang istri.

Dengan pelan ia melepaskan tangan yang terlihat nyaman itu, setelah sebelumnya hanya guling yang menemani.

Absani menurunkan kakinya, di mana ia masih duduk di tepian tempat tidur sembari menahan selimut agar tetap menutupi tubuh nya, lalu ia menoleh pada Trakif yang masih tertidur sangat lelap, hingga mendengkur kecil terlihat benar-benar kelelahan.

Meskipun suaminya telah berumur, bahkan beberapa helai rambut serta jambang nya telah berwarna putih, tapi tak membuat ketampanan seorang Trakif Fatur hilang. Dan bagi Absani perbedaan usia yang jauh antara mereka tak masalah, selama suaminya itu bertanggung jawab serta bersungguh-sungguh pada dirinya juga pada pernikahan mereka. Dan sebisa mungkin ia akan menghidupkan cinta di antara mereka.

Pandangan yang semula menatap wajah dewasa yang masih tertidur lelap itu, perlahan turun menatap tubuh kekar yang tadi malam menindihnya. Entah apa yang ia pikirkan hingga membuat sudut bibirnya tertarik menyeringai.

Tangannya menjalar pada selimut yang menutupi pinggang sang suami, ia mengangkat selimut itu mengintip sesuatu yang membuatnya kesakitan hingga saat ini, lalu matanya melotot seakan tercengang akan suatu hal.

"Masih mau?" suara bariton Trakif yang tiba-tiba membuat nya terkejut, segera Absani melepaskan selimut yang di pegangnya. Trakif malah tersenyum lalu bangun menatap istrinya yang terlihat gelagapan, lalu tangan kekarnya menggapai tangan istrinya itu. "Tidak usah malu kalau mau lagi, aku kasih kok" canda nya menggoda istrinya yang lagi-lagi melotot. Absani pun melepas tangan nya berdiri menatap suaminya malu.

Trakif bersiul menatap tubuh indah istrinya yang lupa tak memakai apapun.

Absani yang tersadar menutup tubuh nya dengan kedua tangannya, tapi tak berpengaruh, suaminya masih bisa melihat dengan jelas bagian-bagian yang menggugah selera nya.

"Pak Kif mau apa?"

Absani takut melihat suaminya turun dari tempat tidur tanpa sehelai benang pun, bahkan Absani terus mundur menghindari tubuh kekar yang kian mendekatinya hingga ia terpojok.

Bukannya menjaga jarak, Trakif justru makin gencar mengerjai istrinya yang terus berusaha menutup bagian sensitif tubuh nya, bahkan membuang pandangan karena malu.

"Kenapa malu, kan kita sudah menikah" ucap Trakif, kini kedua lengan berotot nya mengurung di kedua sisi kepala Absani yang terdiam mematung.

"Pak,."

Abstrak WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang