Pagi hari kedua pasutri baru itu terlihat jauh lebih bahagia dan makin lekat setelah mengetahui masa lalu masing-masing. Terbukti dari tangan Absani yang melingkar pada lengan Trakif sembari menuruni anak tangga.
"Pagi mah,." seru mereka pada buk Sarah yang duduk lebih dulu di meja makan. Beliau membalas dengan kata yang sama meski tatapannya hanya tertuju pada anaknya saja, tak mengindahkan menantu yang tersenyum manis padanya.
Sekali lagi Absani yang tak di anggap hanya bisa mengelus dada, dan akan lebih berusaha lagi mendapatkan hati mertuanya.
"Mah, aku ingin bicara sama mamah" ucap Trakif tiba-tiba membuat dua wanita di hadapan nya menatap bingung.
"Iya nak, mamah juga ingin bicara" sahut buk Sarah membuat Absani bertambah bingung hingga tak tenang di dudukan nya.
"Sebentar yah Sanyang"
Trakif meninggalkan nya mengikuti sang ibu ke dalam ruang kerja.
"Ada apa nak?" tanya buk Sarah tak sabar
"Mah, aku ingin bertanya.." buk Sarah merapihkan duduknya siap mendengarkan. "Mamah tidak menyukai istri ku?" kening buk Sarah mengernyit heran mendengar pertanyaan itu. "Aku bingung mengapa mamah bersikap seperti sekarang ini pada istri ku, bukan kah mamah yang sangat menginginkan perjodohan di antara kami, aku juga masih ingat betapa bersemangat nya mamah setiap kali membahas Absani, lalu mengapa sekarang mamah berubah bahkan acuh pada menantu pilihan mamah sendiri?"
Buk Sarah ingin sekali mengatakan jika sebenarnya ia kecewa pada keluarga menantunya, begitupun pada menantunya, beliau merasa mereka tak tetap pendirian atau bahkan beliau mungkin merasa malu lamaran nya pernah di tolak.
Tapi melihat sayang yang mungkin sebentar lagi membentuk cinta di mata anaknya, beliau tak tega mengutarakan itu semua, tak tega melihat anaknya yang kini jauh lebih baik setelah menikah, akan kembali seperti dulu pada kehidupannya yang bebas dan liar.
"Aku minta sama mamah mohon sayangi istri ku,. Andai mamah mau sebentar saja mendengar nya bercerita tentang dirinya, mamah akan menyayanginya bahkan ingin melindunginya,. Tapi jika mamah terus membuat jarak, maka mamah tidak akan pernah melihat nilai menantu pilihan mamah sendiri" timpal Trakif.
Buk Sarah terdiam, tampak nya beliau pun sadar tak seharusnya menyalahkan seseorang yang menolak karena memiliki kekasih, tapi tetap kata menolak dan bujuk masih mengganjal di hati nya.
"Oh iya, mamah mau bilang apa?" tanya Trakif memberi waktu pada ibunya.
"Mamah cuma mau bilang, beberapa hari lagi mamah akan ke luar kota untuk bertemu dengan tante mu" kilah nya, padahal beliau hendak mengatakan ketidak sukaannya pada istri anaknya. Tapi melihat kebahagiaan di wajah sang anak, beliau mengurung kan niat tak mau menghilangkan ke bahagian yang telah lama hilang.
"Ooh,. Aku pikir apa, boleh tapi bawa bibik yah supaya ada yang membantu mamah"
"Iya nak"
Saat pembicaraan di dalam ruang kerja berlangsung,. Di luar, tepatnya di meja makan ada seseorang yang tak tenang di dudukannya.
"Nyonya besar dengan tuan kemana nyonya?" tanya bik Kana menghampiri nyonya mudanya yang seorang diri di meja makan.
"Ke ruang kerja membicarakan sesuatu" jawab Absani
"Nyonya tidak ikut?" sela bik Mura ikut mendekat
"Mereka ingin berbicara berdua"
"Nyonya tidak penasaran?"
"Penasaran sih, tapi itu kan privasi mereka, tidak enak bik"
"Nyonya ini benar-benar baik orang nya" puji mereka. Lagi ketiga art itu tak habis pikir mengapa nyonya besar tak menyukai seseorang sebaik nyonya muda mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abstrak Wedding
RomanceTrakif Fatur atau yang akrab di panggil pak Kif, pria bujang pemilik pusat perbelanjaan yang masih betah melajang di usianya yang sudah menginjak 45 tahun. Sang ibu pun tak hentinya mendesak anaknya untuk segera menikah, beliau ingin segera menimang...