Bab 10. Penyesalan Mantan

4.7K 256 10
                                    

Sekitar 50 undangan saja yang Absani ingin kan, dan akan mengantar nya sendiri pada teman terdekatnya yang sedari dulu selalu bersamanya. Terutama di butik tempat nya bekerja, di sana ada bos yang selama lima tahun baik padanya, juga ada dua pegawai temannya.

Ketiga tamu yang masuk dalam daftar tamu undangan malah termangu menatap undangan mewah nan berkelas yang ada di tangan mereka, dan tak hentinya mereka memuji keberuntungan Absani.

Kata beruntung itu seolah menjadi penyedap baru pada makanan Absani selama bertahun-tahun, ia menyetujui perkataan mereka itu, ia memang beruntung mendapatkan hadiah lamaran meski ulang tahun nya telah lewat.

Meskipun kata beruntung itu awalnya dari kata pengganti, tapi tak apa baginya, mungkin begitulah takdir jodoh nya datang.

"Jadi kamu tidak akan bekerja lagi dong di sini"

Sedih Nami temannya pemilik butik, begitu pun kedua teman nya yang lain, Anya dan Rossa. Bukan waktu sebentar mereka bersama, mereka sudah seperti keluarga.

"Mungkin begitu," sahut Absani

"Tidak apa-apa, kamu kan bisa mampir" ucapan Nami di anggukkan Anya dan Rossa yang masih bersedih. "Jangan karena calon suami mu pemilik pusat perbelanjaan, kamu jadi lupa butik kecil ini" sambungnya

"Haha.. Tidak akan"

"Btw satu undangan tersisa itu untuk siapa?"

Absani terdiam menatap nama yang ada di undangan tersebut. Mario, nama yang ada di sana. Mereka semua hening melihat nama itu, mereka semua pun tahu nama itu bukan seseorang yang biasa-biasa saja bagi Absani.

"Oh iya aku pamit yah, aku ingin mengantar undangan terakhir ini"

"Ok, bye"

Dengan berjalan kaki Absani ke cafe yang tak begitu jauh dari butik yang baru saja ia tuju.

"Siang bos Mario" seru Absani pada seorang pria bertubuh tinggi dengan setelan kemeja dan sebuah apron yang melekat di luar pakaian nya, ia pemilik cafe tersebut.

Segera pemilik cafe itu yang bernama Mario meninggalkan apa yang tengah ia kerjakan menghampiri Absani.

"Capek ku hilang melihat mu"

Bualan Mario di tanggapi Absani dengan senyum, karena hal seperti itu sudah sering Absani dengar dari Mario.

"Aku bingung dengan mu, kau pemilik cafe ini malah ikut bekerja juga"

"Bosan duduk terus, aku merasa seperti orang jompo saja haha.." mereka berbagi tawa seperti yang sudah-sudah, hanya Mario pria yang dekat dengan Absani, karena pertemanan mereka terjalin karena suatu hal. "Oh iya ada apa?" tanya Mario membuat Absani teringat tujuan nya, ia mengeluarkan undangan terakhir dari dalam tas milik nya.

"Datang yah"

Hanya itu yang Absani katakan dengan harap juga senyum yang tak luput dari wajahnya. Mario justru menatap sedih hingga air menggenang di pelupuk matanya.

Mario menerima undangan mewah berwarna hitam dan silver dengan tambahan aksen timbul menambah kemewahan undangan tersebut. Tangan nya bergetar menerima undangan yang bertuliskan nama Trakif Fatur dan Absani Shania.

"Ini karma luar biasa sakitnya" ucapnya sedih masih menundukkan pandangan pada undangan yang kini berpindah tangan.

"Rio, tolong jangan membahas hal yang sudah berlalu,. Lagi pula sekarang kita berteman, dan ku rasa pertemanan memang cocok di antara kita"

"Kemarin pun kita cocok sebagai pasangan,. Hanya aku yang tidak menghargai mu kemarin"

Penyesalan juga kesedihan makin tergambar jelas di wajah tampan Mario yang sekilas mirip aktor korea bernama Wi Ha-Joon, dan pria itu tak lain mantan kekasih terakhir Absani sebelum ia memutuskan sendiri selama lima tahun terakhir, bahkan karena pria itu pulalah kata trauma mengisi hatinya, dan berpacaran setelah menikah menjadi harapan nya.

Abstrak WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang