Bab 46. Menunggu Pembalasan

3.4K 186 17
                                    

Selebaran foto Absani sebagai orang hilang tertempel hampir di mana-mana,. Telpon ramai keluar masuk ponsel Trakif dari orang-orang yang tak sengaja melihat Absani di suatu tempat. Setiap kali mendapat kabar tersebut, Trakif segera mengirim orangnya untuk menyisir setiap seluk beluk tempat yang di maksud.

Sedangkan orang yang di cari-cari kini telah membaik, juga ia kini telah menjadi Absani yang biasa bersama keluarga barunya.

"Tak terasa yah sudah seminggu kita di sini, besok kita akan pulang" seru Anya di anggukkan Absani.

"Nak, kamu jangan bingung mau kemana, ada kami keluarga mu, tinggal lah jika kamu mau" ujar buk Fatin Absani mengangguk.

Karena hari ini menjadi hari terakhir mereka di desa itu, mereka menghabiskan waktu bersama sembari berjalan-jalan sebelum pulang besok.

Absani tak hentinya tersenyum bahagia telah memiliki tujuan kini, ia berencana akan tinggal menetap bersama Anya dan ibunya, pun mencari pekerjaan di kampung itu.

Buk Fatin yang ia anggap seperti ibunya sendiri kini sembuh, berbanding terbalik dengan keadaan buk Sarah ibu mertuanya,. Semenjak Absani meninggalkan rumah, beliau tak hentinya risau tak tenang memikirkan menantu nya hingga berdampak pada kesehatan nya yang kini drop tapi menolak di bawa ke rumah sakit, hanya dokter pribadi yang di minta datang.

Trakif yang tak pernah meninggalkan sisi ibunya hanya bisa bersedih tak tahu harus bagaimana, dua kesedihan menerpanya sebelum kesedihan yang dulu menghilang. Ia telah kehilangan istri nya, dan kini sang ibu terbaring lemas.

"Tuan, tidak makan dulu" seru bik Mura

"Saya tidak lapar bik"

"Maaf tuan, tapi anda harus makan sedikit saja, kalau tuan sampai kenapa-kenapa bagaimana dengan nyonya besar juga nyonya muda, tuan harus tetap sehat untuk mereka"

Trakif mengangguk lesu, dan makanan pun tiba. Bukannya segera menikmati makanannya, ia justru terdiam menatap nasi beserta laik pauk dalam satu piring di hadapannya, pikiran nya ada pada istrinya, tapi sebisa mungkin ia tetap berpikir positif jika istri nya tetap aman, ia yakin sikap istri nya yang baik hati pasti akan membuat nya aman bersama seseorang yang tepat.

"Kamu di mana Sanyang?" batin nya menatap makanan yang hendak ia sendok kedalam mulutnya.

"Kif..." panggil buk Sarah dengan suara parau, segera Trakif meletakkan kembali makanannya, juga semua yang ada di dalam kamar mendekat khawatir akan keadaan nyonya besar mereka.

"Iya mah, mamah butuh sesuatu?"

"Sudah ada kabar tentang anak mamah San?"

Bahkan yang pertama beliau tanyakan bukanlah keadaan nya, melainkan menantunya.

"Belum mah" sahut Trakif lesu.

"Lakukan apa saja untuk menemukan anak mamah Kif"

"Iya mah, tapi mamah juga harus sehat yah"

Trakif membiarkan sang ibu di periksa oleh dokter.

Di lain tempat, di sebuah desa,
Absani bersama Anya beserta sang ibu bersiap kembali pulang ke kampung halaman setelah pengobatan selesai.

Baru beberapa menit meninggalkan tempat, Absani mengeluh mabuk perjalanan, dan untungnya bukan hanya dirinya saja, ada beberapa penumpang juga, terpaksa mobil di tepikan membiarkan penumpang yang mual bisa segera turun.

"Kamu tidak apa-apa San?" tanya Anya dari dalam bus, hanya kepalanya yang terlihat Absani membalas anggukkan kembali ia memuntahkan apa yang telah ia nikmati sebelum berangkat, di mana ada dua orang sejajar dengan nya juga sama seperti dirinya.

Abstrak WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang