Bab 43. Keadilan Untuk Absani

3.7K 188 6
                                    

Kediaman Trakif Fatur kini hening bak kehilangan semangat karena kehilangan nyonya muda.

Trakif menuruni anak tangga setelah membersihkan diri, ia menghampiri sang ibu yang duduk di meja makan dengan wajah muram.

"Pagi mah" sapanya lesu

"Pagi nak, sudah ada kabar?"

Trakif menggeleng lesu. "Aku akan lebih giat lagi mencari istri ku mah" ia kembali berdiri dari duduknya beberapa detik yang lalu.

"Makan dulu nak"

"Bagaimana aku bisa makan mah, aku tidak tahu apa istri ku saat ini sudah makan apa belum, entah bagaimana keadaan nya sekarang" semua orang terdiam sedih mendengarkan ucapan menyedihkan itu. "Aku pergi dulu mah" pamitnya di anggukan sang ibu.

Kembali Trakif berkeliling tanpa tujuan mencari-cari istri nya, hingga menyebarkan selebaran foto sang istri dengan hadiah puluhan juta rupiah.

Dari pagi ia pergi hingga sore menjelang, ia belum menerima satupun kabar dari orang suruhannya.

Di tengah kebingungan juga sedih yang berkecamuk, Trakif justru mendapati Farid sekeluarga baru saja meninggalkan sebuah restoran dengan berbagi tawa, kembali kemarahannya memuncak melihat ketiga orang penghancur rumah tangganya, juga penyebab derita istri nya selama ini tertawa riang.

Ia tak perduli lagi mereka kedua orang tua juga adik dari istrinya, yang ingin ia lakukan membalas apa yang istrinya terima. Trakif akan membalas kan penderitaan Absani dengan caranya.

Ia meraih ponsel nya menghubungi seseorang.

"Saya butuh puluhan ekor tikus liar saat ini juga" pinta Trakif entah pada siapa dan untuk apa. Ia pun melajukan mobilnya meninggalkan ketiga target nya. Kembali ia pulang ke rumah menyusun rencana.

Ia turun dari mobil nya dengan langkah lesu juga wajah muram bak seseorang yang kehilangan semangat hidup, langkahnya gontai hingga ke lantai atas kamarnya, tak mengindahkan sapaan para pegawainya.

Cklet..

"Pakyang...!"

Trakif mengangkat pandangan, lalu kedua keningnya bertaut hebat, matanya berkaca-kaca dan bibirnya bergetar melihat istrinya yang ia rindukan kembali. Segera ia mengikis jarak mendekati sang istri yang sangat ia rindukan. Ia memeluknya erat hingga wanitanya terangkat.

"Aku merindukan mu, aku sangat merindukanmu" cicit Trakif mengeratkan pelukan.

"Aku juga Pakyang, aku sangat merindukan Pakyang"

"Maafkan aku, maafkan aku, maafkan kan ucapanku yang sangat keterlaluan, kau boleh memukul, menamparku atau apapun itu sebagai balasan, asal jangan meninggalkan ku"

Plak!

Telapak tangan dari wanita yang di gendongan nya pun melayang ke salah satu pipi nya, membuat pria itu terdiam menatap memelas. Bukannya marah Trakif kembali memejamkan mata siap menerima apapun balasan dari istrinya.

"Tidak apa Sanyang, pukul aku sepuas mu, lakukan saja, tampar aku lagi"

Trakif kembali menutup mata erat-erat, bersiap menerima balasan dari istrinya itu.

Cup

Sebuah kecupan di pipi yang sama menerima tamparan sebagai balasan dari Absani, membuat bibir pria paruh baya itu bergetar hebat.

"Aku merindukan mu" lagi cicit Trakif

"Aku juga merindukan Pakyang" balas Absani, lalu mempertemukan bibir mereka dalam ciuman rakus.

Abstrak WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang