Bab 11. Pernikahan

6.1K 300 0
                                    

Kediaman sederhana Absani yang di hiasi dekorasi pengantin kosong tanpa adanya seorang pun, semua orang bergerak ke gedung hotel yang telah di siapkan oleh Trakif.

Wanita yang biasa berbalut kesedihan dan ketabahan itu kini berbalut gaun pengantin yang sangat indah. Tak hentinya Absani menatap pantulan dirinya di depan cermin, mengagumi diri sendiri yang melakoni salah satu impian nya.

Mata yang memakai riasan itu hampir-hampir menjatuhkan air mata bahagia.

"Tidak, ini hari bahagia ku, aku tidak akan menangis untuk saat ini dan seterusnya" gumam nya menengadah menahan genangan air yang tak bisa di ajak kompromi, selalu saja ingin terjatuh tat kala mengingat penderitaan nya selama ini.

"Buk,. Sebentar lagi ijab qobul" seru orang suruhan Trakif di depan pintu.

Dengan di iringi beberapa wanita muda keluarganya, Absani bak seorang putri berharga dengan pengawalan. Bahkan beberapa dari mereka berebut ingin menyentuh sisa gaun yang di biarkan menjuntai dan di seret di atas karpet.

Pintu terbuka, semua mata tamu menyoroti tak lepas dari memandangi nya beserta rasa kagum dan pujian yang mengiringi langkah nya menghampiri calon suaminya yang tersenyum sumringah dengan setelah jas yang lebih rapih dari biasanya.
Ia berhenti pada anak tangga teratas menunggu calon suami nya yang mendekat.

"Cantik sekali" puji Trakif tak sungkan-sungkan ia lontarkan membuat pipi yang memerah karena perona bertambah merah bersemu-semu.

"Anda juga gagah sekali" balas Absani sungguh mengagumi pria dewasa yang akan menikahinya.

Setelah sesi puji memuji tersebut, mereka mengambil posisi di depan penghulu yang telah menunggu. Di mana semua tamu-tamu yang hadir tak sabar menunggu kata-kata mantap dari Trafik Fatur mengikat Absani Shania menjadi istri nya.

Semua tamu yang semula riuh tak sabar, seketika diam mendengar ijab qobul berlangsung.

Hanya dengan satu kali pengucapan tanpa jeda dan keraguan, Trakif resmi mengikat Absani menjadi istri nya.

Keriuhan tamu yang hadir menjadi saksi juga merestui dua insan yang baru saja melepas masa lajang mereka.

Cahaya kamera yang menyilaukan mata pengantin yang sedang bersanding di atas pelaminan akan menjadi bukti yang akan tersebar pada sosial media masing-masing.

"Selamat bro, selamat,. Tidak sia-sia penungguan mu selama ini, kau mendapatkan yang terbaik" seru salah seorang tamu pada Trakif dari banyaknya tamu yang mengantri untuk bersalaman.

Dimana di bawah sana seorang ibu paruh baya sibuk memperkenalkan diri sebagai mertua dari seorang Trakif Fatur, dan dengan bangga mengakui wanita bergaun pengantin itu anaknya,. Hal yang langka bahkan nyaris tak pernah ia lakukan sebelum keluarga Fatur hadir.

"San...!" panggil Nami bersama dua pegawai dan beberapa tamu yang lain, mereka semua tamu-tamu Absani yang bisa di hitung.

"Ku pikir kalian tidak akan datang" sahut pengantin wanita memasang wajah cemberut.

"Siapa bilang, kami bahkan datang lebih awal"

"Kok tidak terlihat dari tadi"

"Kami mana terlihat diantara kerumunan tamu-tamu pak Kif"

Trakif menanggapi senyum ucapan tamu dari istrinya itu.

Kerabat Absani maupun teman-temannya di jamu dengan baik di sana, Trakif tak membeda-bedakan mereka dengan keluarga, teman, hingga rekan bisnis nya,. Kecuali kedua mertua nya. Bahkan hingga saat ini ia tak berencana menyebut mereka papah dan mamah.

Jika Trakif saja bisa sekecewa dan semarah itu pada pasutri tersebut, bagaimana dengan Absani yang dari kecil hingga saat ini mendapat perlakuan tak mengenakan dari kedua orang tuanya.

Abstrak WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang