010

7.3K 251 1
                                    

Happy reading😘

Laras berjalan menuju Apartemen Adrian, pria itu mengiriminya pesan berisi alamat dan juga password pintu apartemennya."Nah akhirnya nemu juga."tunjuk Laras pada pintu apartemen Adrian.

Laras membawa masuk barang bawaannya yang tak terlalu banyak karena Adrian yang berpesan seperti itu pria itu berkata sisanya bisa diibeli nanti.

Saat Laras masuk kedalam dirinya  langsung disambut wangi khas Adrian. Laras pun mengitari setiap sudut ruangan dan juga memeriksa dapur, terutama isi kulkas memastikan ia tidak kelaparan.

"Waah si bapak rajin juga ngisi nih kulkas."puji Laras melihat isi kulkas yang penuh dan juga tersusun rapi juga tertata. Laras juga menemukan catatan kecil di pintu kulkas.'kamu bisa gunakan apapun yang ada di apartement' begitulah isi catatannya. Laras pun tersenyum itu artinya nanti malam bisa masak apapun disini.

Setelah puas berkeliling Laras memutuskan membersihkan diri terlebih dahulu setelah itu ia akan memasak untuk makan malam.

Laras kini sedang berada didapur sedang memasak untuk makan malam  karena sangat suka sekali dengan pasta jadi dirinya memasak itu untuk menu makan malamnya. Laras memang bukan orang mampu yang sering makan pasta di restoran mahal tapi saat mengikuti kelas memasak dulu. Pasta adalah salah satu masakan yang mendapatkan pujian dari gurunya maka dari  itu Laras suka sekali dengan pasta.

"Sudah siap,waktunya makan."ucapnya setelah menghidangkan pasta untuknya sendiri. Saat Laras menikmati makan malamnya tiba-tiba saja terdengar suara pintu terbuka lalu tertutup kembali. Laras bergedik ngeri takut-takut ada seseorang yang masuk dan menuduhnya maling.

Saat Laras bersiap untuk melihat tapi suara Adrian lebih dulu menyapanya.

"Kamu lagi ngapain?"tanya Adrian saat melihat Laras ingin beranjak dari meja makan.

"AAhhk...pak Adrian bikin kaget aja."pekik Laras.

"Ya kamu pikir siapa?maling?ya kali di apartemen mewah saya ada maling."

'Mulai ngeselin ne orang.' batin Laras."Bisa aja kekasih bapak gitu atau Oma."ucap Laras asal.

"Oma gak pernah kesini dan kekasih, saya gak punya!"sahut Adrian.

Laras menepuk bangku di sebelahnya menyuruh Adrian untuk duduk dan Adrian pun menurut."buka mulutnya." titah Laras.

Adrian membuka mulutnya lalu Laras memasukkan pasta buatannya. Adrian menguyahnya lalu tersenyum."Enak gak?" tanya Laras dan Adrian mengangguk.

Laras beranjak dari kursi lalu mengambilkan Pasta untuk Adrian dan juga minum, mereka pun menikmati makan malam dengan pasta."Kamu pinter juga masaknya." puji Adrian.

"Saya dulu pernah ikut kelas masak, karena uangnya gak cukup buat kuliah jadi saya putusin buat ikut kelas memasak selama 3 bulan."

"Terus kenapa gak kerja direstoran aja?kenapa harus kerja di Bar?"tanya Adrian penasaran.

"Keluarga saya terlilit hutang pak malah sekarang nambah lagi hutang saya sama bapak."ucap Laras. Ia tak akan lupa saat Santi dibawa kekantor polisi dan Adrian yang membebaskannya tentu saja dengan uang.

"Bapak tau sendiri kerja di restoran tak sebanding dengan pendapatan saya sebagai mucikari."lanjut Laras.

Adrian mengangguk paham,dirinya hanya mengetahui tentang masalah hutang yang dialami keluarga Laras, tapi tak pernah tau apa yang dirasakan oleh wanita ini, saat harus menjalani kehidupan dengan himpitan masalah ekonomi.

Setelah makan malam selesai Laras dan Adrian kini mulai membicarakan tentang perjanjian mereka setelah menikah nanti. Adrian mengeluarkan dua kertas dan dua pena untuk menulis masing-masing aturan yang akan mereka jalani saat menjadi sepasang suami istri nanti.

Setelah menghabiskan 30 menit untuk menulis kesepakatan dalam pernikahan mereka di secarik kertas, kini mereka saling bertukar kertas untuk membaca apa saja yang boleh dan tidak.

Laras pun mulai membaca, Laras membulatkan matanya saat mendapati kalimat mereka akan tidur seranjang. "Pak saya keberatan sama yang nomor lima. Kita kan cuma kontrak pak gak mungkin dong kita tidur seranjang?"tunjuk Laras pada tulisan Adrian.

"Emang kenapa kita kan sah dimata agama lagian kita akan tinggal bareng bersama oma kalo sampai oma tau kita tidur terpisah yang ada saya gak dapet warisan terus gak bisa bayar kamu. Kamu mau?"

"Tunggu! maksud bapak kita bakal Nikah beneran gitu?bukan cuma pura-pura kita nikah terus tinggal bareng Oma?" tanya Laras memastikan.

"Ya enggak dong!kita kan harus ijab qabul didepan keluarga saya baru mereka percaya kalo saya beneran nikah."tutur Adrian membuat tubuh Laras tiba-tiba saja diam membatu.

Laras benar-benar tak menyangka jika mereka harus menikah sungguhan dihadapan wali dan saksi, ia pikir pernikahan mereka hanya sebuah perjanjian di secarik kertas.

Laras mengacak-acak rambutnya tak habis pikir dengan nikah kontrak yang dimaksud Adrian berbeda dengan nikah kontrak yang ada dipikirannya.

"Ras kamu kenapa?"tanya Adrian sedikit khawatir melihat Laras yang tiba-tiba saja mengacak rambutnya lalu menggeram.

"Pak bagaimana mungkin kita nikah beneran?ayah saya gak tau saya kesini buat nikah kontrak sama bapak?!"ucap Laras dengan nada putus asa.

"Saya perlu wali untuh nikah?dan saya juga gak mungkin bilang sama ayah saya yang sebenarnya."Laras menatap Adrian  dengan tatapan yang sulit diartikan oleh pria itu.

Adrian menghela napas lalu mengambil tangan Laras untuk ia genggam."Soal wali kamu tenang aja, itu urusan saya yang terpenting itu adalah kamu harus mempersiapkan diri untuk bisa berakting sebagus mungkin sebagai istri saya."mata Adrian menatap lekat kedua manik hitam milik Laras mencoba meyakinkan semua akan baik-baik saja.

Laras pun mengangguk mencoba percaya apa yang Adrian ucapkan padanya. Dia sudah sejauh ini tak mungkin mundur begitu saja bahkan jika dia nekad untuk membatalkan semua ini, masalah baru akan mulai berdatangan termasuk harus mengembalikan uang Adrian dengan jumlah yang sangat besar.

Setelah selesai membicarakan kesepakatan dengan Laras, Arian pun berpamitan untuk pulang."Besok saya jemput ya,kita akan fitting baju untuk acara nanti."beritahu Adrian.

"Tapi bapak beneran bisa mastikan kita cuma akad aja kan?saya beneran gak mau ada resepsi."

"IYA LARAS!saya pastikan itu."Adrian menatap Laras geram. Pasalnya wanita itu sudah mengatakan berulang kali untuk tidak mengadakan resepsi.

Setelah Adrian pulang, Laras pun bersiap untuk tidur ia harus mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.

Sementara dirumah Laras, Arief sedang marah besar kepada Randa dan juga Santi pasalnya ia baru tau bahwa Laras yang membayar hutang dengan pak Malik dan juga membayar uang ganti rugi saat Santi dibawa ke kantor polisi.

"Kenapa ibu gak bilang? kenapa ibu gak pernah mikir darimana Laras dapat uang sebanyak itu untuk menyelesaikan masalah yang disebabkan mereka."Arief menatap dua orang didepannya sedang tertunduk.

"Ibu pikir Laras sudah cerita dengan ayah." jawab Rahma.

"Yang ibu pikirin hanya mereka, hanya karena mereka gagal? tapi ibu gak pernah mikirin gimana Laras, hanya karena Laras gak pernah ngeluh bukan berarti dia baik-baik aja bu."tutur Arief mencoba menyadarkan istrinya itu.

"Dan kalian!"tunjuk Arief kepada kedua anaknya. "Mulai sekarang urus hidup kalian sendiri dan jangan meminta apapun dari ibu kalian dan juga jangan pernah merepotkan adik kalian lagi!"tegas Arief lalu masuk kedalam kamar dan membanting pintu.

Arief memandang foto Laras waktu kecil yang terpajang dikamarnya. Padahal dulu dia dan Rahma tak berniat untuk punya anak lagi karena telah mendapatkan sepasang buah hati. Tapi tuhan berkata lain, mereka di karuniai lagi anak perempuan yang sekarang malah menjadi harapan satu-satunya untuk menyelamatkan keluarganya dari masalah Ekonomi.

Arief selalu mencoba untuk menjadi ayah yang baik untuk ketiga anaknya tapi tidak dengan istrinya yang selalu  memperhatikan Randa karena dia adalah anak lelaki satu-satunya. walaupun Laras tak pernah cemburu dengan perlakuan ibunya terhadap kakaknya tetap saja Arief merasa bersalah.

Arief ingin menghubungi Laras tapi melihat jam sudah pukul 10 malam. Arief pun mengurungkan niatnya mungkin ia akan menghubungi putri bungsunya besok pagi saja.

tbc...





Gaun Milik LARASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang