006

7.3K 263 1
                                    

happy reading😘

Laras melangkahkan kakinya lesu menuju rumah Nila, Sepertinya bicara dengan Nila mungkin bisa membuat bebannya sedikit berkurang.

Setelah pulang dari butik bersama Adrian mencari gaun yang cocok untuk acara nanti malam, Laras memutuskan kerumah nila untuk curhat kepada sahabatnya itu karena jujur ia sangat kalut!otaknya berhenti berpikir, Membayangkan menikah saja tak pernah terlintas di kepalanya dan sekarang dirinya harus menjalani hal tersebut dengan orang yang baru beberapa hari dikenalnya.

Laras memang pernah membayangkan menikah dengan Reno, mantannya!tapi membayangkan akan menikah dengan Adrian membuat kepalanya seketika pusing dan bagaimana ia akan menjelaskan kepada ayahnya dan juga ibunya. Tiba-tiba akan menikah lalu setelah kontrak berakhir dirinya akan  bercerai, Laras tak mau menjadi janda seperti kakaknya."aarrgghhh."Laras menggeram bahkan menjambak rambutnya sendiri saat sudah berada di depan pintu rumah Nila.

"Mulai gila ya lo!"pekik Nila sedikit khawatir dengan sahabatnya yang mulai menjambak-jambak rambutnya sendiri.

"Mau mati aja gue La hari ini, gue capek!"keluh Laras lalu memejamkan matanya.

Nila pun menyuruh Laras masuk terlebih dahulu, karena Nila sudah menikah dan ini masih jam kerja jadi ia sendirian dirumah karena Suaminya masih bekerja.

"Lo kenapa Ras?"tanya Nila.

Laras mengambil minum dulu lalu merebahkan diri di sofa ruang tengah."Dafa mana?kok gak kelihatan?"bukan menjawab, Laras justru bertanya keberadaan anak Nila.

"Lagi di tempat neneknya!lo kenapa sih Ras?ditanya malah nanyak balik?"geram Nila karena Laras tak juga menjawab pertanyaannya.

"Gue di ajak nikah kontrak La sama pak Adrian yang uangnya gak bisa gue balikin gara-gara gue pake buat bayar utang bang Randa."jawab Laras sambil menatap kosong keatas.

"APA!lo yang bener Ras kalo ngomong."Nila memekik kaget mendengar kalimat yang keluar dari mulut sahabatnya itu.

Laras pun mendudukkan dirinya lalu mulai menceritakan apa yang menimpanya hari ini, Nila adalah satu-satunya teman yang ia miliki.walaupun sudah menikah Nila tetap tak pernah berubah bahkan suaminya juga baik kepadanya dan tak pernah memandang dirinya rendah seperti orang-orang. 

Nila hanya melongo mendengar cerita Laras, bagaimana mungkin sahabatnya bisa mengalami kesulitan yang seperti ini, Nila paham akan pekerjaan Laras ia juga percaya kepada sahabatnya itu.

Walaupun lingkungan kerja Laras tidak pantas dimata orang-orang tapi Nila selalu berpikir positif akan hal ini. Nila juga selalu berkata."orang lain gak pantes menilai kita karena mereka tak menjalani apa yang kita rasa."itulah kalimat yang selalu Laras pegang sebagai penguat untuk dirinya.

Laras benar-benar tak tau harus bagaimana, bercerita dengan Nila mungkin tidak menyelesaikan masalah tapi setidaknya bebannya berkurang sedikit.

"Terus ini apa?"tunjuk Nila pada paper bag yang Laras bawa saat datang tadi.

"Itu pakaian dan juga beberapa perhiasan sama sepatu buat gue pake entar malam ketemu keluarga tu bapak."jawab Laras.

Nila menghela napasnya lelah ia tak pernah membayangkan sahabatnya ini akan bernasib seperti ini,menikah atas dasar saling mencintai saja sulit apalagi harus nikah kontrak tanpa dasar perasaan.

"Tu bapak emangnya tua ya?usianya berapa?"karena Laras terus berkata pak pada pria yang mengajaknya nikah kontrak, Nila berpikiran pria itu adalah tua bangka.

Laras pun mengambil ponselnya lalu menunjukkan foto Adrian.

"waah!"Nila sedikit terkejut melihat wajah tampan Adrian."kalo ini sih gue gas Ras,lagian lo kenapa manggil pak mulu sih?gue jadi mikirnya tua bangka."

Laras menggelengkan kepalanya, bisa-bisanya Nila menyuruhnya untuk menerima tawaran Adrian tanpa mikir."Lo gila ya La'?"

"Sekarag gue tanya sama lo!"ucap Nila membuat Laras menatapnya seketika lalu menanti kalimat selanjutnya.

"Selama ini pekerjaan lo juga gak bener Ras tapi lo tetap bertahan,lo tetap kuat ngejalaninya walaupun beresiko tinggi!nah sekarang pak Adrian ngajak lo buat nikah selama 6 bulan aja habis itu dia ngasih semua apa yang lo minta, Lo gak perlu menghadapi para hidung belang, Lo juga gak perlu adu otot sama para jalang lo itu, Lo cuma perlu santai berlagak seperti istri soleha dengan segala kecukupan dan keluarga lo terjamin."Nila mencoba memberi saran dan mengambil hal positif dengan apa yang menimpa Laras.

Laras hanya diam,dirinya mencoba untuk memikirkan apa yang dikatakan Nila,memang iya selama ini pekerjaannya jauh dari kata baik tapi ia terpaksa demi keluarganya terutama ibunya yang sakit.

"6 bulan itu bentar Ras, setelah itu lo bisa buka toko kue sesuai keinganan lo."ujar Nila lagi mencoba meyakini Laras, Sebenarnya Nila tak suka dengan pekerjaan Laras tapi apa boleh buat Nila juga tak bisa membantu banyak selain memberi Laras semangat dan mengingatkan Laras jika ia berbuat diluar batas."Lo pasti bisa Ras."

"Ya udah deh gue terima aja, kayaknya apa yang lo bilang ada benernya juga La tapi kalo nanti gue kenapa-napa lo masih mau nampung gue kan?"tanya Laras untuk berjaga-jaga.

Nila mengangguk dengan cepat."Emang selama ini gue kemana pas lo butuh,HAH!" jawab Nila sedikit tak terima.

"Hehehe__ ya gak kemana-mana sih."

Setelah bercerita dengan Nila, Laras pun memutuskan untuk pulang terlebih dahulu untuk mengantar obat ibunya,ia akan kembali lagi kerumah Nila untuk mengambil bingkisan dari adrian tadi karena tak mungkin jika membawanya pulang. "gue titip ini dulu nanti gue ambil lagi." ucap Laras dan Nila mengangguk.

sampainya dirumah Laras memberikan obat untuk ibunya lalu pergi kekamar untuk bersiap-siap pergi kerumah nila. "kamu mau kemana lagi?" tanya Santi sedikit sewot melihat adiknya sudah bersiap akan pergi lagi.

"Mau kerja lah,emang bayar rumah sakit bisa pake apa?daun pisang!" jawab Laras kesal.

Santi yang merasa tersindir pun merasa tidak terima. "kamu nyindir kakak yang cuma numpang hidup sama ibu,kamu pikir aku mau punya takdir kayak gini aku juga capek kayak gini." keluh Santi.

"terus aja lo nyalahin takdir,jauh sebelum terjadi seharusnya lo mikir." sahut Laras kepada kakaknya,setiap bicara dengan Santi, Laras merasa melakukan hal yang sia-sia karena kakaknya akan selalu menyalahkan takdir.

"kamu pikir ka__

"SANTI!" panggil Arief membuat santi menghentikan kalimatnya.

"kamu mau pergi dek,hati-hati ya."ucap Arief lembut kepada Laras,Ia pun mengangguk lalu mencium punggung tangan ayahnya.

"Laras pergi dulu yah." pamit Laras lalu keluar dari rumah,bahkan jika dunia ini runtuh Laras akan tetap bertahan jika ada ayahnya.

setelah kembali kerumah Nila, Laras langsung bersiap dan sedikit merias diri karena akan bertemu dengan keluarga Adrian dirinya harus tampil sempurna walau hati tak suka, pakaian dan semua perlengkapan yang Adrian beli sungguh sangat pas.

"lo cantik banget Ras,heran gue kenapa gak ada cowok yang bener deketin lo." Nila takjub dengan penampilan Laras.

"ya karena gue mainnya di Bar,coba gue mainnya di masjid pasti dapetnya kaya Dude Herlino." sahut Laras asal.

Laras pun telah siap dengan penampilannya, Laras segera memesan taksi online untuk bertemu dengan Adrian karena tak mungkin juga jika harus bertemu dirumah Nila."saya turun sini aja pak." titah Laras saat sudah sampai ditempat dirinya dan Adrian berjanji tadi.

tepat saat Laras menutup pintu mobil seseorang berlari menghampirinya."saya kira kamu nolak tawaran saya." ucap Adrian basa-basi,tak mungkin juga jika Laras menolak tawarannya.

Laras merotasikan matanya malas mendengar ucapan Adrian. "emang saya punya pilihan?kan enggak!?"

Adrian terkekeh melihat Laras yang sepertinya kesal tapi ia tak perduli, Adrian pun membawa Laras menuju mobilnya yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

sepanjang menuju kediaman Adrian, pria itu terus memandangi wanita disampingnya, Laras begitu cantik dan pas dengan gaun merah  pilihannya.

Laras mulai menyadari Adrian yang terus memperhatikannya."biasa aja kali pak liatnya." ucap Laras.

"kamu cantik."

tbc....

Gaun Milik LARASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang