049

3.4K 128 2
                                    

Happy reading 😘

Sampai pagi ini Adrian masih mendiami istrinya,rasa kesal dalam hatinya sangat sulit sekali dihilangkan terlebih lagi saat pria yang bersama Laras semalam sepertinya begitu akrab dan dekat,apalagi saat melihat istrinya dipegang oleh seorang pria selain dirinya membuat Adrian ingin memukul orang tersebut.

Sepanjang malam Adrian tak bisa tidur,walaupun Laras sudah berkata itu adalah kakak dari Nila,tetap saja rasa kesal masih dominan dalam dirinya apalagi saat mengingat pria itu mengusap rambut istrinya.

"Mas gak kekantor?"tanya Laras.

Adrian menautkan aliasnya."kenapa?pengen banget Mas tinggal!"sahutnya ketus.

Laras terdiam sesaat mencerna kalimat suaminya,pagi ini ia baik-baik saja tidak muntah ataupun mual dan tubuhnya juga tak merasakan pegal jadi ia pikir tak apa jika ditinggal."bukan gitu Mas,biasa kan Mas kerja dirumah kalo aku kurang baik keadaannya tapi hari ini aku baik-baik."

"kalo mas ngantor takutnya kamu malah pergi sama nano-nano itu!"Adrian mulai terpancing karena Laras menyuruhnya pergi.

"Bang Nino,palingan juga ngobrol sambil ngeteh."ucap Laras santai sambil meminum susunya.

Adrian menggeram menahan emosinya."jadi,kamu beneran mau pergi sama tu orang!kalo Mas pergi."

Laras langsung menggeleng cepat entah kesurupan apa suaminya ini,pagi-pagi udah mulai ngeselin."Mas kenapa sih?kalo pun aku pergi pasti sama Mas,gak mungkin aku pergi sama pria lain saat aku udah punya suami dan sedang hamil."Laras beranjak dari kasurnya lalu keluar kamar menuju kamar Maura,bicara dengan Adrian pagi ini entah mengapa membuat moodnya berantakan.

Adrian berdecak."ck,ngeselin banget sih tu nano nano."gumamnya saat Laras sudah pergi meninggalkannya.

Adrian meminta Raja untuk mengirimkan beberapa berkas kerumahnya,ia pun meminta kopi pada bi Minah dan menyuruhnya untuk mengantarkan keruang kerjanya.

"Tutu,Mo mau es kerim."pinta Maura pada Hanna saat ia sedang berada didapur,Tutu adalah panggilan Maura pada Hanna,Hanna sendiri yang meminta seperti itu.

Hanna mengambilkan satu mangkuk kecil es krim lalu memberikan pada Maura yang berada diruang tengah."pelan-pelan makannya,sayang."ucap Hanna sambil mengelus rambut panjang Maura."maaci Tutu."

Laras menghampiri putrinya dengan raut wajah lesu,perdebatannya tadi padi dengan Adrian membuat moodnya memburuk."sayang,kamu kenapa?"tanya Hanna.

Laras menghela napasnya berat."Mas Adrian oma,ngeselin banget!"

"emangnya kenapa?"tanya Hanna lagi.

Laras menceritakan apa yang terjadi di mall semalam lalu menceritakan hubungan dengan Nino yang sudah ia anggap abang sendiri,dahulu Nino banyak membantunya bahkan pria itu sempat membantu membayar hutang Randa,saat para anak buah bandar judi mengejarnya meminta uang.

saat sekolah Nino juga sering mengantar jemputnya,berbarengan bersama Nila jadi mana mungkin ia punya hubungan lebih,walaupun dahulu ia sempat baper tapi perasaan itu hilang ketika Nino memutuskan untuk menikah dengan kekasihnya.

"jadi sekarang Adrian mana?"

Laras duduk menyadarkan tubuhnya di sofa."diruang kerja oma."

"Sayang,Adrian merasa kamu adalah kehidupannya, jadi saat ada pria lain yang mendekati ia takut kehidupannya diambil,cucu oma terlalu cinta sama kamu."ujar Hanna sedikit memberi nasihat pada cucunya.

"tapi Oma,Laras udah jelasin sama Mas."

Hanna mengangguk lalu mengusap perut cucunya itu."sayang,terkadang rasa takut tak bisa dijelaskan,Oma percaya kamu gak akan mungkin macem-macem,Oma pikir Adrian cuma takut aja makanya dia kayak gitu."

Gaun Milik LARASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang