030

8K 228 1
                                        

Happy reading😘

Randa menyeka darah yang ada di ujung bibirnya, hari ini dirinya tidak bisa membayar hutang alhasil bandar judi memerintahkan anak  buahnya untuk memukulinya."ck,sial! gue harus segera bertemu sama Laras tapi gimana caranya?" tanyanya sendiri.setiap kali Randa menghubungi Laras, adiknya itu tak pernah sekalipun mengangkatnya dan ayahnya juga tak memberi tahu dimana keberadaan adiknya.

Sepertinya ia akan bertanya pada Santi,memaksa kakaknya itu untuk memberitahu dimana keberadaan adiknya tersebut, ia tak mau mati karena tak bisa bayar hutang pada bandar judi.

Randa melajukan motor untuk pulang kerumah tapi saat di tengah jalan ia melihat Laras baru keluar dari toko kue lalu masuk kedalam mobil, dengan cepat Randa pun segera mengikutinya, kali ini ia tak boleh kehilangan jejak Laras. adiknya itu adalah satu-satunya orang yang bisa menolongnya sekarang.

Randa terus mengikuti Laras dan ternyata adiknya itu berkunjung ketoko ayahnya, Randa terus memantau dari mulai Laras datang sampai akhirnya pulang, Randa terus mengikutinya tapi jejak Laras menghilang saat ia ketinggalan di lampu merah dan ia kehilangan jejak adiknya lagi.

Randa diam sejenak sepertinya ia  sudah tau akan membuat rencana apa untuk adiknya itu."awas aja Lo, Ras!" Gumamnya.

Di sore hari Laras sedang bersama Hanna dan juga adik sepupu Adrian,Anna.

"Gimana hari pertama kerja?" Tanya Laras pada Anna.

"Ya gitu deh Mbak,masih suka bingung tapi untung ada Mas Raja yang bantuin aku." curhat Anna yang hari ini mulai bekerja di perusahaan keluarga Adrian.

"Mbak." Panggil Anna membuat Laras menoleh.

Anna mendekatkan duduknya lalu mengelus perut Laras."belum ada ya mbak, aku pengen punya ponakan." ucap Anna tersenyum.

"Belum, doain ya semoga mbak cepat dikasih."ucap Laras tersenyum. Laras masih ragu untuk memiliki anak dari Adrian jadi dia menggunakan KB untuk menunda kehamilannya.

Anna mengangguk. "Pasti."

"Jangan ngomong gitu sama Mbak Laras nanti jadi kepikiran terus stress, malah makin susah dapetnya." Tegur Hanna pada Anna ia takut Laras berkecil hati karena belum di beri keturunan.

"Gak papa kok Oma." ucap Laras mengelus punggung tangan Hanna.

"Iya Oma, Maaf." cicit Anna merasa bersalah.

Selang beberapa saat, tak lama Adrian pulang ia mencari keberadaan istri  karena tak menemukan dimana pun, Adrian langsung menuju ke kebun bunga belakang dan benar saja tiga wanita sedang bergosip ria disana.

"Sayang."panggil Adrian menghampiri istrinya lalu mengecup pipinya.

"Dimana-mana bos dulu pulang baru karyawan."ucap Adrian menyindir  Anna karena lebih dulu sampai rumah.

"Diih, pulang uda dari 2 jam lalu!kakak tu yang kemana jam segini baru pulang."ucap Anna langsung membuat Laras menatap suaminya.

"Mas tadi ketempat Raka dulu sayang, Maaf mas gak bilang."ucap Adrian langsung memberi penjelasan pada Istrinya.

Setelah itu Adrian segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan Laras seperti biasa membuatkan minum dan membawanya kekamar.

"Sini Mas."ucap Laras yang sudah bersiap dengan handuk untuk mengeringkan rambut Adrian.

Adrian menghampiri istrinya dengan senang hati. Ia segera mendudukkan dirinya di karpet dan Laras duduk di sofa.

"Sayang."

Laras hanya berdehem menyahut ucapan suaminya. "Kita liburan yuk?"ajak Adrian tiba-tiba, hampir 4 bulan mereka menikah tak sekalipun Adrian mengajak Laras untuk pergi berlibur.

"Mau liburan kemana?"

Adrian membalikkan tubuh menghadap Laras lalu membenamkan wajahnya di perut istrinya. "Kamu maunya kemana?"

"Hemm, kemana ya, yang gak ramai orang?" Ucap Laras sambil terus menyisir rambut Adrian dengan jarinya.

"Temen mas punya resort dekat pantai, kamu mau kesitu?" tanya Adrian sambil mengangkat baju Laras keatas lalu menenggelamkan wajahnya di belahan dada istrinya.

"Terserah Mas deh, aku ikut kemana Mas pergi."jawab Laras mendekap kepala Adrian.

"Mmph Mas ssh, Mas  pengen punya anak gak?" Tanya Laras tiba-tiba.

Adrian menghentikan kegiatannya yang sedang memainkan dada istrinya. "Kenapa tanya gitu?"

"Ya pengen tau aja."

"Mas, mau kalo kamu mau, Mas terserah kamu, sayang." Ucap Adrian kini memeluk perut Laras. "Jujur, Mas pengen walaupun cuma satu, Mas pengen kita punya keluarga kecil yang lengkap tapi balik lagi tergantung dikasihnya."

"Mas, ngerasa anak jadi penghubung yang kuat antara kita nanti."ucap Adrian lagi.

"Sebenernya aku KB, Mas. Maaf aku gak bilang dulu."cicit Laras pelan.

Ucapan Laras tentu saja membuat Adrian kaget tapi sebisa mungkin ia menutupinya, apa yang Laras lakukan mungkin karena keyakinan yang belum sepenuhnya pada dirinya dan Adrian mencoba menerimanya, mungkin setelah ini ia akan berusaha lebih lagi untuk meyakinkan Laras pada dirinya.

Melihat Adrian tak bereaksi apapun membuat Laras jadi khawatir. "Mas, marah?" tanyanya.

Adrian menatap manik hitam milik istrinya, lalu menangkup pipi Laras dengan kedua tangannya. "Enggak, sayang." ucapnya lalu mengecup bibir Laras singkat. "Apa pun yang kamu pilih selama itu baik menurut kamu. Mas, gak akan marah."

Laras tersenyum menatap Adrian, sungguh keberutungan luar biasa memiliki Adrian di hidupnya, mungkin benar apa yang dikatakan Jhoni dulu perasaan bisa tumbuh berjalan seiringnya waktu.

"Makasih Mas."

Adrian mendudukkan dirinya disofa lalu menyatukan bibirnya dengan bibir Laras, melumatnya lembut menyalurkan perasaaan sayang. Dirinya begitu mencintai Laras, baginya apapun pilihan yang Laras pilih untuk hidupnya, ia akan selalu mendukung.

Laras mulai menikmati sentuhan Adrian, baginya Adrian adalah pria pertama yang memperlakukannya begitu lembut, kasih sayang yang Adrian tunjukkan selama ini padanya membuatnya jatuh begitu saja.

Napas sepasang manusia yang kini saling bertatapan, mengisyarakan menginginkan satu sama lain, Adrian merebahkan Laras di atas kasur dan mulai membuka pakaian Laras menjamah tubuh bagian atas istrinya.

Meremas dua bukit indah sambil menatap wajah sayu Laras adalah pemandangan indah baginya, Adrian beralih mengulumnya lalu menghisapnya membuat desahan Laras akhirnya keluar.

Adrian makin melancarkan aksinya dengan menelusupkan jarinya dibagian bawah milik Laras. "Mas ssh aaah."

Mendengar Laras mendesah membuat Adrian ingin segera memasukkan miliknya, ia pun segera mengungkung istrinya."Mas, masukin ya." ucapnya.

Laras mengangguk, ia pun sudah sangat ingin Adrian memasukinya karena sedari tadi Adrian terus memberikannya rangsangan tapi_

tok tok tok

"CK. siapa sih ganggu aja!"gumam Adrian emosi dirinya sudah sangat ingin tapi suara pintu di ketok membuatnya terhenti. "siapa?"teriak Adrian.

"Uda ditungguin, Oma! suruh turun buat makan malam." ucap Anna.

"Iya bentar lagi Mbak, turun."

Bukannya beranjak dari tubuh Laras, Adrian justru menenggelamkan wajahnya di curuk leher istrinya. Anna benar-benar menganggunya padahal ia sudah diujung tanduk.

Laras hanya terkekeh sambil mengelus rambut Adrian. "Turun yuk."ajaknya.

Adrian menggeleng dan terus merengek dirinya tak mau turun."Mas, gak mau turun, Anna ganggu banget!" ucapnya masih terus memeluk Laras.

"Selesai makan lanjut lagi."bujuk Laras.

Adrian berdecak walaupun ogah-ogahan tapi tetap menuruti istrinya. "Jangan gitu mukanya, iihhk." ucap Laras mengelus pipi suaminya. "Kalo masih cemberut juga, selesai makan langsung tidur aja gak usah dilanjut!"ujar Laras.

"Iya iya, nih uda senyum, nih."Adrian mencoba tersenyum walau terpaksa membuat Laras tertawa.

tbc...


Gaun Milik LARASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang