035

4.3K 156 0
                                    

Happy reading 😘

Duka kini tengah menghinggapi Laras dan Santi,Dokter menyatakan Rahma meninggal dunia di sebabkan serangan jantung mendadak.

Setelah pemakaman Rahma,para sanak saudara memutuskan untuk pulang  kerumah masing-masing membuat suasana rumah menjadi sepi,hanya ada Laras dan Santi sedangkan Adrian sedang berada dikantor polisi untuk mengurus Randa.

Dipemakaman Randa terus menyalahkan Laras bahkan sampai memaki dan juga menyumpahinya, hal itu tentu saja membuat Laras merasa bersalah ia juga terus menyalahkan dirinya sendiri atas kepergian Rahma,andai saja ia tak egois untuk memenjarakan Randa mungkin ibunya saat ini masih ada.

"Ras,kakak masuk ya."ucap Santi saat melihat pintu kamar Laras terbuka dan melihat adiknya duduk dilantai sambil memeluk lututnya.

Santi duduk disebelah Laras,mengusap rambut dan menepuk-nepuk punggung adiknya."yang terjadi sama ibu bukan salah kamu,semua uda takdir Ras."ucapnya meyakinkan Laras.

"Stop nyalahin diri kamu,apa yang kamu lakuin sama Randa adalah keputusan yang tepat,dia kriminal sudah seharusnya mendekam dipenjara."ujar santi lagi.

Laras terus menangis tanpa suara,dirinya hancur saat ibunya tak memberi restu dan sekarang dirinya tak memiliki kesempatan untuk meminta hal itu pada ibunya.

"Tapi kak,kalo aja aku gak egois buat masukin Randa kepenjara mungkin ibu masih ada."cicit Laras masih dengan tangisannya.

"Randa itu kriminal,dek. wajar kalo kamu penjarain dia! Sekarang kamu udah ada Adrian kamu juga harus pikirin dia, masih ada ayah yang harus kita pikirin juga, jangan terus nyalahin diri sendiri." ujar Santi.

Santi menghela napasnya berat,ia juga sangat kehilangan Rahma bahkan beberapa bulan terakhir ibunya sama sekali tak merasakan sakit apapun,setiap bulan dokter datang untuk mengecek kesehatan Rahma tapi ternyata tuhan berkehendak lain,ibunya pergi karena hal tak terduga.

"Udah ya kamu istirahat,jangan nangis terus." ucap Santi membantu adiknya untuk naik ketempat tidur setelah itu ia pun keluar dan menutup pintu.

Tak lama berselang Santi mendengar suara mobil di depan rumah ia pun segera membukakan pintu."Laras dikamar,masuk aja gih temenin dia."titah Santi pada Adrian.

"Makasih,kak."ucap Adrian lalu melangkah ke kamar Laras.

Adrian membuka pintu kamar dan terlihat Laras sedang duduk di lantai menghadap keluar jendela,ia pun masuk dan duduk di belakang Laras, menarik istrinya agar bersandar didada bidangnya lalu memeluk Laras dari belakang."kok belum tidur?"tanyanya.

Laras hanya menggeleng sambil mengelus punggung tangan Adrian yang ada diperutnya."Mas,kenapa kesini?kenapa gak pulang kerumah."

"Mas,dirumah gak bisa tidur."ucap Adrian lalu memiringkan kepalanya dan mengecup mata Laras yang sudah sangat bengkak.

Keadaan menjadi hening sesaat, sepasang suami istri kini sedang larut dalam pikiran masing-masing.sampai_

"Mas."

"Iya,sayang."sahut Adrian.

"Apa yang Mas rasain waktu kehilangan mama sama papa?"tanya Laras tiba-tiba.

Adrian diam sesaat mengingat apa yang terjadi padanya saat itu, kehilangan dua orang yang paling ia cintai dalam waktu bersamaan rasanya seperti dunia runtuh,hampa,gelap,kosong semua rasa  datang dalam satu waktu.

"Rasanya seperti tidak memiliki oksigen saat ingin bernapas."

Laras berbalik lalu menatap wajah Adrian,tatapan suaminya terlihat kosong.

"Tapi itu gak berlangsung lama,karena waktu itu om arya dan tante lian belum mempunyai Anna dan Luna,mereka selalu memberikan Mas kasih sayang sama seperti papa dan mama."ucapnya lalu balik menatap Laras.

"Sampai 8 bulan kemudian Anna lahir dan Mas punya Adik perempuan yang sangat cantik,walaupun sekarang ngeselin banget."ucap Adrian membuat Laras tersenyum samar.

Adrian memeluk Laras,mendekapnya menyalurkan perasaan sayang ia ingin Laras tak kehilangan kasih sayang walau ibunya telah tiada."Mas, percaya setiap yang allah ambil pasti akan ada yang allah ganti."ucapnya.

"Tapi, apa?"tanya Laras di telinga Adrian.

Adrian mengelus perut istrinya."disini mungkin."ucap Adrian asal.

Laras tak menyahut ucapan Adrian,walaupun ia sudah tak meminum pil KB tapi Laras tak merasakan gejala aneh dalam tubuhnya.

"Mas, gak akan ngelarang kamu nangis atau ngelarang kamu sedih karena Mas tau rasanya kehilangan orang yang paling kita sayangi, tapi Mas cuma mau bilang,kamu punya mas sampai kapanpun."ujar Adrian.

Laras masih berada didekapan suaminya,perkataan Adrian membuat hatinya sedikit tenang,ibunya telah pergi tapi disisi lain dirinya memiliki Adrian.

Adrian menggendong Laras lalu merebahkannya di tempat tidur."udah malam,sayang."ucapnya, Adrian membuka kemejanya lalu merebahkan diri di tempat tidur.

"Mas."

"Iya,sayang."sahut Adrian lalu menarik Laras kedalam pelukannya.

"Kalo seandainya aku gak dikasih keturunan,apa Mas bakal ninggalin aku?"tanya Laras lalu menatap lekat wajah suaminya.

Dengan yakin Adrian menggeleng."anak adalah pelengkap dalam rumah,kalo kita memang gak dikasih Mas gak masalah,terlalu bodoh untuk Mas,ninggalin kamu hanya karena kita gak dikasih keturunan."

Adrian tak mempermasalahkan keturunan di dalam ruamah tangganya bersama Laras, baginya itu adalah Rezeki yang tak semua orang diberi kesempatan untuk memilikinya,bisa diberi kesempatan untuk bisa hidup bersama Laras adalah keberuntungan untuk Adrian dan itu sudah cukup.

"Terima kasih,Mas."ucap Laras lalu mencium bibir Adrian singkat.

Adrian menghapus sisa airmata di wajah istrinya."Terima kasih buat apa?"tanyanya.

"Buat semuanya,terima kasih mas udah ngajak aku nikah biar dapet warisan,terima kasih udah  tolongin aku dari si brengsek farhat,terima kasih udah kasih dokter terbaik untuk ibu,terima kasih uda lunasi semua hutang keluarga aku,terima ka_"

Laras menghentikan kalimatnya saat telunjuk Adrian berada dibibirnya tapi Laras mengambil tangan Adrian lalu mencium punggung tangan suaminya."terima kasih karena Mas, sudah mencintaiku."ucapnya tersenyum lalu mencium pipi kanan suaminya.

"Yang ini."tunjuk Adrian pada pipi kirinya.

Cup

"Yang ini."tunjuk Adrian lagi pada keningnya.

Laras tersenyum lalu mengecup semua bagian wajah Adrian.

Adrian mencoba menghindar dari kecupan istrinya yang bertubi-tubi."Hi hi hi udah sayang,Mas geli,iihk."

Laras menghentikan kecupannya, tiba-tiba saja dia teringat sesuatu lalu_ "Mas,aku belum izin sama Oma buat tinggal disini dulu, tadi di pemakaman juga gak sempat ketemu."beritahu Laras.

Adrian mengangguk."udah, Oma bilang cepat pulang,dirumah Oma gak ada temennya."ucapnya

"Syukur deh,lusa aku pulang kerumah."ucap Laras.

"Kalo kamu masih pengen disini juga gak papa."ucap Adrian memberi waktu istrinya untuk lebih lama tinggal di rumah keluarganya.

Laras tersenyum jahil."ya udah,kalo gitu aku sebulan ya Mas,disini.

"JANGAN!"


tbc...




Gaun Milik LARASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang