050

4.7K 160 0
                                    

Happy reading 😘

"ADRIAN!"

"Kamu apa-apaan sih!"Hanna memekik melihat tindakan cucunya. Ia pun membawa Nino masuk kerumah lagi lalu diikuti Adrian dan juga Laras

Adrian menatap tajam Nino. "Oma gak liat ni orang meluk istri Adrian!"

"Mas! Kamu kan bisa tanya baik-baik gak main pukul gitu!"pekik Laras lalu melihat bibir Nino yang sedikit terluka akibat pukulan Adrian.

"Kok kamu jadi belain dia sih!"ucap Adrian tak terima.

"Sudah-sudah, ini salah saya gak seharusnya saya bersikap seperti itu sama Laras. Maaf Adrian tujuan saya kemari cuma mau anter titipan Nila dan juga kasih undangan pernikahan saya ja_"

"Apa?! Un_undangan nikah?!"Adrian mencoba memastikan ucapan Nino.

"Iya, saya pulang kesini karena urusan pernikahan setelah itu saya akan kembali lagi ke sulawesi."

Adrian mencoba untuk bersikap tenang walau dalam hati malu setengah mati, ia mencoba menetralkan wajahnya lalu melirik Hanna dan juga istrinya yang tengah memandangnya dengan tatapan membunuh.

"Apa? masih mau marah lagi!" Hanna langsung menghardik cucunya yang mulai menyadari kesalahnnya.

"Gak pa-pa Oma ini salah saya juga, jika saya diposisi Adrian, mungkin saya juga melakukan hal yang sama." Nino merasa tak enak hati, salahnya juga masih menganggap Laras seperti dulu. Seperti adik kecil yang selalu ia jaga.

"Maaf."cicit Adrian pelan, walau dalam hati sedikit tak terima.

Laras yang mendengar permintaan maaf suaminya hanya memandangnya malas,ia tak habis pikir dengan Adrian akan langsung main tangan tanpa bertanya,didepan bayi mereka pula.

Setelah menjelaskan kepada Adrian tujuannya datang kesini,Nino pun segera pamit pergi karena ia sudah memiliki janji dengan calon istrinya. "Sekali lagi Oma minta maaf ya."ucap Hanna merasa bersalah.

Nino menggeleng lalu tersenyum. "Enggak Oma, saya yang harus minta maaf, kalo gitu saya pamit dulu."Nino beranjak dari duduknya."Ras, kamu sehat-sehat ya dan jangan paksaain datang ke acara nikahan abang."

Laras mencoba tersenyum sebisa mungkin. "Aku pasti datang bang, aku kan pengen liat istri abang."

Laras mengantar Nino sampai depan pintu, walaupun wajah Nino tak menampilkan perasaan tak suka ataupun dendam, tetap saja ia sangat merasa tak enak padahal tadi pagi ia sudah menjelaskan panjang lebar tentang hubungannya dengan Nino pada Adrian, tapi suaminya itu tetap saja emosian tingkat provinsi.

Setelah mengantar Nino keluar, Laras memanggil Maura mengajak putrinya itu mandi tanpa memperdulikan suaminya yang tengah memperhatikannya. "Ayo sayang, keburu maghrib."panggilnya lagi karena Maura tak kunjung datang.

Melihat Laras yang mengacuhkannya membuat Adrian merasa lesu, ia pun berjalan menuju kamar lalu mengambil handuk bersiap untuk mandi, sepertinya ia harus menyegarkan tubuhnya baru bisa bicara dengan kepala dingin.

Makan malam terasa hening tanpa pembicaraan, hanya ada celotehan Maura kepada Hanna yang bertanya ini itu, Laras dan Adrian tak ada yang memulai pembicaraan mereka saling diam.

Biasanya Laras akan selalu mengalah dan mencoba mengerti Adrian, karena dirinya yang tak suka berdiaman dengan suaminya ini, ia juga tak suka memendam masalah tapi entah kenapa kali ini ia tak perduli dengan Adrian yang mendiaminya, ia lebih memilih diam dan mengacuhkan Adrian.

Setelah makan malam selesai Maura meminta Adrian untuk membacakan dongeng dikamarnya, ia pun menuruti kesayangannya itu."Sayangnya papa, mau dibacain apa?"

Gaun Milik LARASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang