041

3.6K 125 5
                                    

Happy reading 😘

"Sayang,tolong keringin rambut Mas."pinta Adrian lalu menghampiri istrinya yang sedang duduk disofa.

Laras mengambil hairdryer lalu meminta Adrian untuk duduk di sampingnya,ia pun mulai mengeringkan rambut suaminya dan sesekali menyisirnya dengan jari,sementara Adrian hanya menunduk sambil mengelus perut Laras yang semakin membesar.

"Mas,aku mau jengukin Ayah,boleh?"tanya Laras lalu mematikan hairdryer karena rambut Adrian sudah kering.

"Hum,jam berapa?hari ini Mas ada kerjaan yang gak bisa ditinggal,besok aja gimana?"

Adrian ingin selalu menemani istrinya tapi hari ini ia sudah ada janji dengan Raka untuk membicarakan project baru.

"Mas pasti capek,aku pergi sama pak wira aja lagian gak sampai sore,habis makan siang bareng ayah aku langsung pulang,boleh ya Mas?anak kamu kangen sama kakeknya nih."bujuk Laras sambil memeluk lengan Adrian yang berotot.

Adrian menghela napasnya panjang,ia tak bisa berkata 'tidak' pada Laras apalagi jika sedang mode manja seperti ini membuat ia tak memiliki pendirian."ya udah tapi kamu jangan sampai kecapean,Mas gak mau kamu kenapa-napa."ucapnya.

"Hi hi hi,Makasih Mas."ucap Laras senang lalu mengecup seluruh wajah Adrian.

Setelah Adrian berpakaian rapi kini sepasang suami istri ini tengah menuruni anak tangga menuju meja makan untuk sarapan bersama Hanna.

"Hari ini Oma uda suruh pekerja buat benahi kamar di bawah."ucap Hanna saat melihat Laras agak sedikit kesusahan setiap kali menuruni anak tangga karena kandungannya sudah semakin besar.

"Buat apa Oma?"tanya Adrian.

"Kandungan Laras uda makin besar,jadi Oma gak mau Laras naik turun tangga jadi lebih baik kalian pindah kekamar bawah aja kalo udah selesai dibenahi."

Laras mengangguk setuju ia pun merasa tubuhnya sudah semakin sulit untuk bergerak.

"Sayang,minggu depan kamu cek kandungan kan,nanti sama Mas aja ya."pinta Adrian membuat Laras mengangguk.

Setelah menghabiskan sarapan kini Adrian segera beranjak dan bersiap untuk pergi ke kantor tapi sebelum itu."papa pergi kerja dulu,kamu jangan buat mama kesusahan ya."pamit Adrian pada calon anaknya yang di dalam kandungan istrinya."iya papa."sahut Laras.

"Padahal Mas sudah siaga buat kamu, kalo pengen sesuatu yang tiba-tiba ditengah malam tapi sampai hari ini Mas gak ngerasain apa yang di bilang Raka."ujar Adrian heran.

saat ia memberitahu Raka tentang kehamilan Laras,sahabatnya itu menceritakan tentang kesulitannya menghadapi wanita yang sedang hamil hal itu tentu saja membuat Adrian takut tapi sampai hari ini Laras tak pernah meminta apapun Saat tengah malam,bahkan tidak mengalami morning sickness sampai hari ini.

"Iya ya Mas,aku cuma pengen makan asinan buatan tante Lian selebihnya gak ada,mudah-mudahan nanti dia jadi anak yang baik dan penurut ya Mas."

"Aamiin,ya udah kalo gitu Mas berangkat kerja dulu dan kamu jangan lupa kabarin Mas kalo udah sampai dirumah ayah,oh ya salam buat ayah ya,maaf mas belum bisa jengukin."ujar Adrian lalu mencium kening dan perut Laras.

"iya Mas." ucap Laras,dirinya sangat bersyukur Adrian bukan hanya menyayangi dirinya tapi juga ayahnya.

Setelah Adrian pergi kini Laras tengah bersiap-siap untuk pergi kerumah Arief tapi sebelum itu ia berpamitan dahulu dengan Hanna,walaupun awalnya Hanna tak memberi izin karena khawatir tapi Hanna akhirnya mengizinkan setelah Laras meyakinkan Omanya kalo dirinya akan baik-baik saja.

Ditengah perjalanan Laras tak lupa mampir ke sebuah toko untuk membeli kue kesukaan Arief terlebih dahulu.

"Laras."panggil Santi saat melihat adiknya memasuki toko milik Arief.

semenjak Rahma meninggal,Arief dan Santi memutuskan untuk pindah rumah agar lebih dekat dengan toko dan tentu saja Adrian yang membeli rumah yang berada disamping toko Arief.

"kamu sendirian?waah Ponakan kakak bentar lagi kayaknya udah mau keluar ya."ucap Santi senang melihat kandungan adiknya yang sudah membesar.

"Iya kak,doain ya semoga semuanya lancar. Ayah mana kak?"

Santi mengangguk lalu tersenyum."ayah lagi dibelakang lagi nyirami tanaman."ucapnya.

Dengan segera Laras menghampiri Arief yang ada dibelakang rumah."Ayah,lagi apa?"

Arief sedikit terkejut lalu menghampiri putrinya yang tengah hamil besar."kamu kapan datang,kan ayah udah bilang kamu jangan kemana-mana."ucapnya lalu menuntun Laras untuk duduk di kursi taman.

"Laras kangen sama ayah,lagian Laras juga baik-baik aja yah,ayah jangan khawatir."ucap Laras tersenyum lalu memeluknya ayahnya dari samping,Arief hanya tersenyum lalu mengusap tangan Laras yang tengahh memeluknya.

Laras sangat bersyukur masih diberikan kesempatan untuk bisa memeluknya ayahnya lagi setelah apa yang ia lewati beberapa bulan lalu yang membuatnya benar-benar hancur,Laras tak bisa membayangkan jika Arief pergi dari hidupnya.

Setelah makan siang bersama ayah dan kakaknya,kini Laras bersiap untuk pulang karena sudah hampir sore lagipula ia sudah berjanji pada Adrian untuk tidak pulang malam.

Sampainya dirumah Laras langsung membersihkan diri setelah itu menuju dapur untuk menyiapkan makan malam dan tentu saja diiringi dengan ocehan Omanya untuk melarang ini dan itu.

"Iya Oma,ini uda kelar kok."ucap Laras lalu berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan.

Sudah jam 7 lewat tapi Adrian belum pulang jadi Hanna mengajak Laras untuk makan malam dahulu tanpa menunggu Adrian."kok Mas belum pulang ya Oma,gak biasanya?!"tanya Laras yang tak berselera makan.

"Mungkin lagi banyak kerjaan,kata Arya lagi ngerjain project baru."ucap Hanna mencoba menenangkan Laras.

Setelah makan malam selesai,kini Hanna menuntun Laras ke kamar untuk istirahat."udah malam sayang,kamu tidur ya!nanti oma coba tanya Om Arya,kamu jangan mikir macem-macem kasian cicit Oma."ucap Hanna sambil mengelus kandungan Laras.

Sementara di apartement Adrian,seseorang sedang duduk meringuk memeluk kedua kakinya dan terus memohon maaf karena baru saja ketahuan memakai barang haram."apa Raka tau,lo pake barang beginian?"tanya Adrian sambil memegang bukusan kecil berisi bubuk putih.

Rania menggeleng samar."gak ada yang tau!"cicitnya pelan.

"Lo kenapa harus kayak gini Ran?Lo gak kasihan sama orangtua lo?mereka cuma punya satu anak dan harapan mereka itu cuma lo!"

"Justru itu alasannya, mereka lah yang buat aku pakai ini!mereka selalu memaksakan kehendak mereka,menentukan sesuatu yang aku gak suka bahkan setelah sampai di titik ini mereka tetap saja berkata aku gak bisa apa-apa!aku capek Yan,capek."ujar Rania sambil berurai airmata.

Mendengar semua itu tentu saja membuat Adrian tesentak ia diam sesaat lalu menghampiri Rania dan memeluknya.

Bagi Adrian,Rania sudah seperti adiknya sendiri dahulu ia juga sering menjemput Rania pulang sekolah saat Raka tak bisa, sampai akhirnya orang tua Rania memutuskan untuk mengirimnya ke luar negeri agar bisa belajar dengan lebih baik, tapi siapa yang tau ternyata dibalik kehidupan Rania yang tertata sempurna menyimpan tekanan yang luar biasa.

"Tenang ya ada gue disini,gue juga kakak lo sama kayak Raka."ucap Adrian sambil mengelus lengan Rania."Apapun yang gak mau lo ceritain sama Raka,lo bisa cerita sama gue."ucapnya lagi.

Rania membalas pelukan Adrian,walaupun hatinya tak terima karena hanya dianggap sebagai adik,tapi setidaknya ia sudah mendapatkan perhatian Adrian.

Adrian menuntun Rania untuk merebahkan diri ke kasur menyuruh wanita itu untuk istirahat."lo istirahat ya,gue mau pulang dulu."ucapnya lalu melangkahkan kaki meninggalkan Rania.

setelah mendengar suara pintu tertutup,dengan segera Rania mengambil semua peralatan barang haram tadi lalu membuangnya kedalam tong sampah,sebenarnya ia bukanlah pemakai!apa yang barusan terjadi tadi semata hanya untuk mendapatkan perhatian Adrian.

"Mission succes."

Tbc...





Gaun Milik LARASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang