Happy reading 😘
"Bisa-bisanya kalian lengah!"Adrian sebisa mungkin menahan emosinya kepada dua orang yang ia tugaskan menjaga Laras.
"Maaf tuan." Cicit bodyguard pelan.
Kedua orang yang ditugaskan untuk mengawasi Laras tak ikut masuk kedalam toko saat kejadian, karena mereka berpikir Laras menemui ayahnya.
Adrian segera menghubungi Albert, salah satu temannya yang bertugas di kepolisian untuk menangani apa yang terjadi pasa istrinya dan ayah mertuanya.
Yang Adrian bisa lakukan sekarang hanya menunggu kabar dari Albert untuk lebih jelas, ia juga tak tau apa motif para bajingan itu terhadap istrinya.
Adrian melajukan mobilnya saat menerima panggilan dari Wira memintanya untuk segera datang kerumah sakit.
Sementara dirumah sakit,Laras terduduk di lantai menunggu hasil dari dokter tentang keadaan Ayahnya, sudah hampir dua jam tapi dokter belum juga keluar dari ruang operasi. Dokter berkata Arief mengalami pendarahan yang cukup parah jadi pihak medis memutuskan untuk melakukan tindakan operasi secepatnya.
"LARAS."
Laras menoleh mendengar seseorang memanggil namanya. "Kak Santi, hikss." Laras menangis lagi saat melihat santi.
Santi langsung memeluk adiknya lalu mengecek seluruh tubuhnya,terdapat luka di dahi dan juga ujung bibir Laras. "Kamu gak papa?"ucapnya memastikan.
Laras menggeleng. "Ayah kak,ayah." ucapnya sambil berderai airmata.
Santi terus memeluk Laras memberikan ketenangan, padahal waktu Laras menghubunginya tak ada suara tangisan, tapi saat bertemu seolah Airmata yang sudah lama tertahan seakan mendapat celah untuk mengalir.
"Sabar ya, yang bisa kita lakukan hanya berdoa semoga allah kasih Ayah kesembuhan." Ucap Santi sambil terus memeluk dan mengusap punggung Laras.
Merasa adik sedikit lebih tenang Santi mulai bertanya apa terjadi sebenarnya. Laras menghapus airmatanya kasar mengingat apa yang dilakukan Randa kepdanya hingga ayahnya menjadi korban, kali ini ia akan memanfaatkan suaminya untuk memberi pelajaran untuk Abangnya itu.
"Lalu dimana si bangsat itu?!"tanya Santi. Dirinya menjadi sangat emosi mendengar cerita dari adiknya lalu menatap mata Laras yang sudah sangat bengkak karena menangis.
"Aku gak tau, kak. dia pergi setelah dapet duit dari tu bandar."
Santi mengepalkan tangannya kuat, mengingat Randa terus memintanya memberitahu dimana keberadaan Laras, ternyata adiknya itu tak pernah jera bahkan tega menukar Laras dengan uang.
Setelah menunggu dua jam lebih akhirnya Dokter keluar dari ruang operasi, dokter berkata Arief mengalami pendarahan yang cukup parah di bagian kepala, pukulan yang cukup keras juga mengakibatkan beberapa saraf putus, setelah operasi Arief juga belum sadarkan diri, dokter juga berkata tidak tau kapan Arief akan sadar, mengingat cederanya di kepala cukup fatal.
Mendengar pernyataan dari dokter tentu saja membuat Laras histeris, ia bahkan sampai memukul dinding, bagaimana ia akan menjalani hidup jika Ayah terbaring tak sadarkan diri seperti ini.
"Ras, Laras ."panggil Santi mencoba menyadarkan adiknya.
"Ini semua karena Randa,RANDA SIALAN!" Laras memekik mengingat semua yang terjadi adalah salah Randa.
Laras berjongkok lalu memeluk lututnya, hatinya hancur perasaan takut kehilangan ayahnya kini membayanginya. "Sayang." panggil Adrian yang kini ada dihadapannya.
"Mas."ucap Laras lirih lalu memeluk suaminya erat.
Adrian membalas pelukan istrinya, melihat baju penuh noda darah, wajah penuh luka dan matanya yang sudang sangat bengkak menggambarkaan Laras tak baik-baik saja. Ia tak bertanya apapun hanya memeluk erat, cuma itu yang bisa Adrian lakukan.
"Ras, kamu pulang gih."titah Santi tapi Laras menggeleng. "Kamu perlu istirahat, besok kesini lagi biar kakak aja yang jagain ayah."
"Iya, sayang. Kamu juga harus ganti baju, luka kamu juga harus segera di obati." ucap Adrian.
Laras diam sejenak, dirinya berat meninggalkan ayahnya dirumah sakit walau pun ada Santi, tetap saja ia khawatir tapi melihat keadaan dirinya juga tak memungkinkan berada disini.
"Besok, Mas anterin kamu kesini lagi, sekarang kita pulang dulu." bujuk Adrian lagi.
Laras mengangguk samar, Adrian pun langsung menggandeng tangan istrinya lalu berjalan menuju parkiran.
Sampainya dirumah, Adrian segera membersihkan tubuh Istrinya, memakaikan baju tidur lalu merebahkannya di kasur, dengan segera Adrian mengambil kotak p3k dan langsung mengobati beberapa luka di tubuh Laras.
"Mas."
"Iya, sayang." sahut Adrian lalu mengecup bibir Laras. "Kenapa?" tanyanya lembut.
"Bang Randa, yang buat semua ini Mas, dia menukar aku dengan uang dan ayah yang mau nolongin aku malah jadi korban, aku benci sama Randa. Mas bisa bantuin aku?" Ujar Laras membuat napas Adrian tercekat, beraninya lelaki itu menukar istrinya dengan uang.
Adrian menggenggam tangan istrinya. "Kamu mau Mas, ngapain?"
"Aku mau Mas, masukin dia ke penjara!" Ucap Laras dengan tatapan kosong.
"Mas, bakal lakuin apa aja untuk kamu! Sekarang tidur ya, besok pagi kita kerumah sakit."
Laras mengangguk lalu berbaring. "Mas, peluk."pintanya lalu merentangkan tangan. Saat ini pelukan Adrian adalah hal yang ia butuhkan, apa yang terjadi pada ayahnya hari ini mengingatkan Laras pada obrolan mereka waktu itu.
Adrian langsung mendekap dan menghujani Laras dengan ciuman, hari yang berat kini terjadi lagi pada istrinya membuat Adrian merasa bersalah.
"Mas, aku takut."cicit Laras pelan.
"Takut kenapa, sayang? semua akan baik-baik aja, Mas uda minta dokter terbaik buat nangani Ayah." ucap Adrian yang kini terus mengusap kepala istrinya.
Laras menggeleng lalu menangis tak dapat menjawab pertanyaan Adrian. Hal yang paling ia takuti hanyalah kehilangan ayahnya saat ini, mengingat perkataan dokter yang tak tau kapan Arief akan siuman membuatnya tak bisa berpikir. Perasaan sakit karena Randa menukarnya dengan uang tak sebanding dengan sakitnya melihat orang yang paling ia sayangi didunia ini terbaring dirumah sakit tak bergerak.
"Sayang, apapun yang terjadi didunia ini memang sudah takdirnya seperti itu." ucap Adrian lalu menunduk menatap istrinya."Mas, selalu disamping kamu apapun keadaannya, itu janji Mas sama ayah."
"Makasih, Mas."ucap Laras lalu mendekap kepelukan Adrian.
"Mas, yang makasih karena kamu mau menerima kesepakatan buat nikah sama Mas, walaupun sulit di awal tapi Mas berharap kedepannya kita lewati semua badai sama-sama."
Laras mengangguk mengiyakan pernyataan Adrian, apapun akhirnya ia berharap bisa terus bersama sampai takdir mengharuskan mereka berpisah.
"Udah ahk, tidur uda malam! good night sayang."ucap Adrian lalu mencium kening Laras lama.
tbc...

KAMU SEDANG MEMBACA
Gaun Milik LARAS
RomanceFollow sebelum membaca😎 #dewasa Awalnya laras harus mencarikan wanita untuk adrian,pria 35 tahun yang diancam oleh sang nenek tidak akan medapatkan warisan dari almarhum ayahnya jika tidak menikah. Adrian pun meminta laras untuk mencarikan wanita...