بِسْـــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــمِ
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Hai apa kabar semua... Semoga pada sehat ya...
Sholawat dulu....
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa aali sayyidina Muhammad.
Jangan lupa vote dan komen....
Happy reading💕💕💕
♡ ♡ ♡
Tengah malam Raafiq menangis seperti malam-malam sebelumnya. Normal bagi bayi yang baru lahir saat merasa lapar atau tak nyaman.
Nayara tentu langsung terbangun saat itu. Ia meraih putranya dalam gendongannya.
"Raafiq bangun lagi sayang?" tanya Fadhil yang juga ikut terjaga. Pria itu duduk saat Nayara kembali duduk di kasur membawa serta Raafiq yang sedang menyusu.
"Raafiq lapar Mas," ungkap Nayara.
Sambil menahan kantuk, Nayara menatap bayi tampan dalam gendongannya. Ia tersenyum kecil. Tak pernah ia sangka jika ia bisa berada dalam posisi ini. Memiliki putranya sendiri yang lahir dari rahimnya.
Nayara menoleh saat merasakan pelukan di belakangnya. Menatap sang suami yang kini menyandarkan dagunya di bahu Nayara.
"Mas masih terkagum sayang. Kita punya bayi." Fadhil mengecup pipi istrinya.
Nayara tersenyum menanggapi suaminya. Beberapa hari ini, tepatnya setelah Raafiq lahir. Nayara sering sekali melihat suaminya itu tersenyum sendiri sambil menatap Raafiq dengan kagum. Sepertinya Fadhil begitu bahagia atas kelahiran putra pertama mereka. Wajar saja, Nayara juga kadang seperti itu.
"Mas bahagia?" tanya Nayara.
"Sangat, sayang. Makasih sudah mau jadi ibu dari anak-anak Mas," katanya tulus.
Nayara menanggapi Fadhil dengan sebuah senyuman. Lalu ia fokus pada Raafiq yang telah selesai menyusu. Namun kelihatannya pengerannya ini belum ingin tidur. Matanya masih terbuka.
"Raafiq belum mau tidur ya sayang?" tanya Nayara.
Fadhil ikut menatap putranya. Ia lekas melepas pelukannya dari Nayara. Turun dari ranjang untuk kemudian mengambil alih Raafiq dari gendongan Nayara.
"Biar Mas yang tidurkan. Kamu pasti lelah seharian ini mengurus Raafiq sendirian."
Nayara lekas menggeleng. Hari ini Fadhil sudah kembali ke kantor. Membuat Nayara harus mengurus Raafiq tanpa Fadhil. Tak seperti hari-hari sebelumnya dimana sang suami selalu ada membantunya.
Selama cuti Fadhil benar-benar menjadi ayah dan suami siaga. Selalu menjaga Raafiq dan tak membiarkan Nayara lelah.
"Nggak sendirian kok Mas, tadi ada Mama juga yang mampir ke sini bantu Aya," kata Nayara.
"Tetap saja, kamu pasti capek."
Nayara tersenyum melihat bagaimana suaminya itu begitu perhatian terhadapnya. Rasanya bahagia, tentu saja. Mendapat suami seperti Fadhil adalah takdir Allah yang paling Nayara syukuri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lantunan Surah Asy-Syams
Romance"Yayah! Mau kan jadi Yayah benelannya Aila?" tanya Aira dengan begitu gemas. Fadhil tersenyum lembut sambil mengusap puncak kepala gadis kecil di gendongannya. "Tanya Bunda kamu, mau apa tidak menikah dengan Yayah kamu ini?" Nayara yang berdiri tak...