بِسْـــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــمِ
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....
Bagaimana kabarnya hari ini?
Alhamdulillah bisa update lagi...
Sebelum ke ceritanya baca shalawat dulu....
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa aali sayyidina Muhammad.
Malam jum'at jangan ketinggalan baca surah Al-Kahfi...
Jangan lupa vote dan komen....
Semoga suka...
Happy reading💕💕💕
♡ ♡ ♡
Nayara merapikan beberapa pakaian milik Fadhil ke dalam tas yang tak begitu besar. Tak lupa juga dengan keperluan pribadi suaminya. Besok adalah keberangkatan Fadhil ke kota Bandung. Tak begitu lama, katanya hanya satu hari satu malam. Lusa suaminya sudah pulang kembali.
Sambil mengajak bayinya bermain di atas kasur, Fadhil melirik sang istri yang baru saja selesai menyiapkan barang-barang.
"Keperluan kamu sama anak-anak untuk di rumah Mama sudah disiapkan juga? Mau Mas bantu sayang?" tanya Fadhil. Ia sebenarnya tak ingin merepotkan istrinya untuk merapikan barang-barangnya. Hanya saja sejak tadi Raafiq terus rewel dan hanya tenang bersamanya. Jadi seperti inilah jadinya, Nayara mengemas barangnya dan Fadhil menjaga putranya.
"Barang Aya sama anak-anak sudah siap kok Mas," balas Nayara sambil tersenyum ke arah Fadhil.
"Maaf Mas merepotkan kamu," kata Fadhil.
Nayara lekas menggelengkan kepalanya. Ia sama sekali tak merasa direpotkan oleh suaminya. "Mas tidak merepotkan sama sekali. Lagipula barangnya juga sedikit."
Ibu dua anak itu ikut bergabung di atas kasur. Duduk di sisi putranya, memandang Raafiq yang menggeliat tak diam sambil memainkan tangannya ke depan mulut. Nayara tersenyum melihat itu.
"Raafiq mau puas-puasin main sama Ayah ya sayang? Anteng banget main sama Ayah." Nayara mencolek pipi bulat putranya itu beberapa kali membuat Raafiq tiba-tiba tersenyum. Dan tentu saja hal itu membuat Nayara maupun Fadhil ikut terkekeh.
Merasa gemas dengan putranya, Fadhil menunduk menciumi wajah bayi itu hingga sang bayi terdengar mengeluarkan suara-suara kecil. Merasa senang.
"Masyaallah putranya Ayah ganteng sekali hm," ungkap Fadhil, ia membawa putranya ke dalam gendongannya.
"Sekarang mainnya sudah dulu ya, sudah malam. Raafiq harus tidur. Kakak Aira saja sudah tidur dari tadi," ungkap Fadhil. Pria itu menimang-nimang putranya, sambil sesekali menepuk pelan sisi tubuh Raafiq.
Tak butuh waktu lama, bayi kecil itu kini telah terlelap dalam pelukan ayahnya. Fadhil tersenyum, ia mengecup kening bayinya lalu menidurkannya di box bayi di samping ranjang.
"Kayanya Raafiq beneran mau habiskan waktu sama ayahnya sebelum ayahnya berangkat," kata Nayara saat sang suami kembali menaiki ranjang. Duduk di samping istrinya.
Fadhil tersenyum, ia menarik Nayara mendekat. Menuntun sang istri untuk berbaring tepat di sampingnya. Dalam pelukannya.
"Iya, sekarang giliran sama ibunya. Mas mau peluk kamu semalaman sayang. Mas pasti kangen kamu selama di sana." Fadhil memeluk erat tubuh istrinya. Menenggelamkan wajahnya di lipatan leher sang istri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lantunan Surah Asy-Syams
Romansa"Yayah! Mau kan jadi Yayah benelannya Aila?" tanya Aira dengan begitu gemas. Fadhil tersenyum lembut sambil mengusap puncak kepala gadis kecil di gendongannya. "Tanya Bunda kamu, mau apa tidak menikah dengan Yayah kamu ini?" Nayara yang berdiri tak...