Part 13

2.8K 79 0
                                    

Plak!

"Murahan banget sih lo jadi cewek!" hardik Anna.

"Inikan pacarnya Jidan, haduhh pasti dia salah paham sama aku," batin Shella.

"Mbak, ini gak seperti yang Mbak liat, saya sama–"

"Lo mau ngomong apa lagi, hah?! Udah jelas-jelas gue liat semuanya kok."

"Dasar murahan!" Anna hendak menampar Shella lagi, Shella langsung memejamkan matanya.

Tapi tamparan itu tak kunjung terjadi, Shella membuka kembali matanya. Tangan Jidan mencekal tangan Anna yang hendak menamparnya.

"Jidan, lepas!" berontak Anna karena Jidan mencekalnya begitu kuat, membuat dirinya kesakitan.

"Kamu kenapa cekal tangan aku sih?! Sakit tau." Anna mengelus pergelangan tangannya saat sudah lepas dari Jidan.

"Berani lo sakitin dia lagi?" tanya Jidan.

"Jidan, aku bisa jelasin ke kamu apa yang sebenarnya tadi." Anna meraih tangan Jidan, namun ditepis kembali.

"Jauhin tangan kotor lo dari gue. Gue gak sudi tangan gue dinodain sama tangan lo."

"Lebih baik sekarang, lo balik sama om-om lo itu! Hubungan kita udah end, jangan ganggu gue lagi!" tegas Jidan.

"Aku gak mau putus sama kamu, Jidan!" bantah Anna .

"Tapi gue mau," timpal Jidan .

"Jidan!"

"Masa kamu tega sih sama aku?" Anna mengemis-ngemis pada Jidan.

"Satu lagi, lo lebih murahan daripada dia!"

Jidan pergi, ia menarik tangan Shella membawanya jauh-jauh dari wanita jadi-jadian itu.

"Jidan! Awas kamu, kamu bakalan nyesel udah putusin aku!"

"Jidan!" teriak Anna lantang, namun semuanya sia-sia, Jidan sama sekali tak menggubrisnya.

***

"Tadi... kamu beneran putus sama pacar kamu itu?" tanya Shella.

"Lo bisa gak sih jangan bahas dia? Gue lagi kesel!" marah Jidan.

"Maaf."

"Gimana caranya ya, supaya dia gak sedih lagi? Aku harus cari cara, gimana pun juga, dia tadi udah nolongin aku, aku harus bales kebaikannya," batin Shella.

Tepat sekali, ada seorang kakek-kakek yang berjualan balon. Shella berlari menghampirinya dan berniat membeli semua balon-balon itu.

"Kek, balonnya berapaan ya?" tanya Shella.

"Lima ribu satu biji," jawabnya.

"Saya beli semuanya," ucap Shella.

"Beneran nih, Neng?" Kakek itu antusias saat tahu Shella akan memborong nya.

Shella mengangguk.

"Tuh cewek mau ngapain sih beli balon segala?" tanya Jidan mulai geram.

"Ini balonnya." Kakek itu memberikan begitu banyak balon pada Shella.

"Jadi berapa?" tanya Shella sembari menerima balon-balon itu.

"Dua ratus lima puluh ribu," jawab kakek itu karena balonnya berjumlah lima puluh biji.

"Bentar, Kek." Shella membuka tasnya hendak mengambil uang. Shella menghitung uangnya terlebih dahulu sebelum diberikan pada si Kakek, uang itu recehan menyulitkan dirinya untuk membayar.

Jidan yang geram melihatnya terus menghitung uang, langsung saja memberikan uang pada si Kakek tiga ratus ribu.

"Nih, Kek uangnya."

"Jidan, gak perlu, aku bisa bayar sendiri kok," sahut Shella

"Ini kembaliannya, Nak." Kakek itu memberikan Jidan uang lima puluh ribu.

"Gak usah, kembaliannya ambil aja," tolak Jidan

"Terimakasih ya."

"Sama-sama."

Kakek itu meraih tangan Shella dan menumpuknya diatas tangan Jidan, mereka berdua saling toleh-menoleh.

"Kakek doain, semoga kalian panjang umur, sehat selalu, banyak rezekinya, punya anak yang banyak," ucap kakek itu.

Lalu kakek itu pergi setelah balonnya diborong.

"Lucu ya," ujar Shella tersenyum melihat kepergian kakek itu.

"Gak juga," balas Jidan dingin.

"Hih, padahal tadi nangis-nangis meluk aku, sekarang jutek lagi," kesal Shella mengumpat dalam hati.

"Balonnya mau diapain?" tanya Jidan.

Tinggalkan jejak, makasih!
Note: Buat apa tuh balonnya kira-kira?

Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang