Part 46

2.2K 53 0
                                    

Saat Shella sedang dalam perjalanan pulang, Fauzan datang yang kebetulan lewat. Lelaki itu segera mematikan mesin motornya, dan memberhentikan motornya di depan gadis itu.

"Hey!" sapa Fauzan riang.

"Kamu? Kok kamu bisa ada di sini?" tanya Shella ramah ketika ia bertemu dengan Fauzan.

"Gue lagi jalan-jalan aja. Lo sendiri?" timpal Fauzan.

"Sama juga, hehe."

Handphone Fauzan tiba-tiba bergetar.

"Bentar, ada yang telpon gue." Fauzan merogoh sakunya mengambil handphonenya.

"Iya, angkat aja."

"Halo, Bi?"

Panggilan telpon itu ialah dari asisten rumah tangganya Fauzan.

***

"Maaf ya, lama. Pembantu gue yang barusan telpon," ucap Fauzan tak enak hati.

"Gak papa, santai aja," balas Shella.

Fauzan melirik Shella sekilas, terbesit sesuatu dalam benaknya kala melihat wajah Shella.

"Shella, gue minta tolong sama lo, bisa?" tanya Fauzan basa-basi.

"Minta tolong apa? Kalo aku sanggup, aku bakal bantuin kamu."

"Adek gue lagi sakit, dia gak mau makan. Pembantu gue gak bisa bujuk dia buat makan, lo bisa bantuin nggak?" pinta Fauzan.

"Please, demi adek gue."

"Kasihan juga adiknya Fauzan kalo gak aku bantuin, dia bisa tambah sakit kalo gak mau makan. Lagi pula, Fauzan juga udah pernah bantuin aku, sekarang giliran aku bantuin dia," pikir Shella dalam hati.

"Iya, aku mau bantuin kamu. Aku lakuin ini karena kamu pernah bantuin aku waktu itu sama preman-preman. Aku mau balas budi."

"Makasih ya."

Fauzan dengan antusias memberikan helm pada Shella, dan membantu memakaikannya pada Shella.

Shella yang mendapat perlakuan itu langsung tak enak hati dengan Jidan.

Tanpa butuh waktu lama. Akhirnya mereka sampai di rumah besar milik Fauzan. Rumah itu begitu indah, membuat Shella terkagum-kagum.

"Rumah kamu besar banget," kagum Shella.

"Iya. Ini peninggalan dari nyokap gue," balas Fauzan.

"Yuk, masuk." Fauzan menggandeng tangan Shella dan masuk ke dalam.

"Kak Fauzan!" pekik seorang gadis kecil yang bernama Zena, adik Fauzan.

"Zena!" Fauzan jongkok dan membuka kedua tangannya lebar-lebar, gadis itu langsung memeluk Fauzan dengan riang gembira.

"Kakak dari mana? Zena kangen tahu," rajuk Zena.

"Kakak abis dari luar," balas Fauzan.

"Tuan, dari tadi Zena gak mau makan karena Tuan belum pulang," adu Bi Meli, ART di rumah Fauzan.

"Jadi, kamu belum makan dari tadi?" Zena mengangguk.

"Udah tahu sakit juga, kenapa susah banget buat makannya? Katanya mau jalan-jalan, kalo kamu sakit gimana kita mau jalan-jalannya?" Fauzan menyentuh hidung kecil Zena.

"Hehe."

Mata Zena teralihkan saat melihat seorang wanita muda berdiri di samping Fauzan.

"Kak, Kakak cantik ini siapa? Pacar Kakak?" ceplos Zena.

"Pacar... pacar, bukan! Dia bukan pacarnya Kakak."

"Nama kamu siapa?" tanya Shella menatap Zena dengan senyum manisnya.

Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang