"Kok gak tahu? 'Kan kamu ketuanya, pasti kamu tahu dong, kabar anggota-anggotanya," sangkal Shella.
"Tuh mulut bisa mingkem bentar gak? Lama-lama gue lakban tuh ke mulut lo, nyerocos mulu!" ujar Jidan kesal, karena Shella terus bertanya padanya.
"Iya-iya, bawel banget sih!" gerutu Shella. Ia kembali melanjutkan makannya.
Mata Jidan teralihkan saat melihat tangan Shella yang diperban, "Itu, tangan kenapa?"
"Gara-gara kamu!" celetuk Shella.
"Gara-gara gue? Emang gue ngapain?" tanya Jidan yang merasa aneh.
"Gara-gara aku kepikiran kamu, akhirnya aku gak konsen dan gak sengaja tumpahin air panas kesini, dan melepuh," jelas Shella.
"Padahal lo gak usah segitunya, gue juga gak ada lo biasa aja," ujar Jidan berbohong, nyatanya ia jarang makan karena Shella tak ada disisinya.
"Kayaknya aku terlalu kangen sama kamu, sampe-sampe aku luka kayak gini."
"Aku mulu yang kangen sama kamu, gantian dong!" tuntut Shella.
"Gue juga kangen sama lo," balas Jidan.
"Gue sampe gak mau makan, karena lo gak ada disisi gue."
"Jadi... lo pulang ya, gue butuh lo. Cuman lo yang bisa kasih gue kekuatan disaat gue terluka," bujuk Jidan, tangannya perlahan meraih tangan Shella yang terbalut perban itu.
"Jadi, kamu anggap aku ini sebagai obat, disaat kamu terluka, gitu?"
"Terus, abis kamu sembuh, kamu balik lagi sama Anna dan abain aku," tutur Shella, perempuan itu melepas tangan Jidan.
"Aku gak mau pulang, kalo kamu masih berhubungan sama dia. Aku lebih rela, tahan rasa kangen aku sama kamu, daripada disana aku liat kamu mesra-mesraan sama Anna, aku gak mau, Jidan."
"Gue sama Anna udah bener-bener berakhir sekarang, hubungan kita selesai."
"Please, lo mau ya, gue gak bisa jauh dari lo..." ucap Jidan dengan wajah memelas membuat Shella tak tega untuk menolaknya.
Shella dibuat bimbang, ia bingung harus bagaimana. Memilih pulang atau tetap disini, bagaiman jika ia pulang Jidan akan melakukan kesalahan yang sama lagi, dan menyakitinya lagi?
"Oke, fine, fine! Tapi, aku mau es krim yang kamu bawa itu," jawab Shella mengkode pada es krim yang berada disampingnya Jidan.
"Nih!" Jidan dengan cepat memberikan es krim itu padanya.
Shella tersenyum antusias saat membuka es krim itu, dan langsung melahapnya, padahal ia belum menyelesaikan makannya.
"Lo suka banget sama es krim?" tanya Jidan.
"Iya, kenapa, mau?" Shella menawarkan es krim itu pada Jidan.
"Gue bukan anak kecil yang suka makan es krim kayak lo," ledek Jidan tersenyum tipis.
"Aku kayaknya rela deh, kalo jadi anak kecil. Asal dibeliin es krim tiap hari sama kamu," ujar Shella melempar senyum.
"Gak usah senyum, nanti gue jatuh cinta," kata Jidan bangkit pergi dari sana.
Shella dibuat melongo dengan kata-katanya itu, ia segera berlari menyusul Jidan yang keluar rumah.
"Hah!" Naufal membuang napas panjang.
"Kenapa lo?" tanya Rija melihat temannya itu seperti sedang lesu.
"Gue kangen sama Jidan, udah lama banget kita gak kumpul-kumpul bareng dia lagi," jelas Naufal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]
Ficção AdolescenteFOLLOW SEBELUM BACA, KALO UDAH BACA, JANGAN LUPA VOTE, ANGGAP AJA SEBAGAI PENGHARGAAN BUAT HASIL MIKIR, MAKASIH! Shella, seorang gadis yang pintar, mandiri, jauh dari pergaulan bebas. Tiba-tiba saja, ia dijodohkan oleh Ibunya dengan lelaki yang suka...