Part 36

2.8K 67 5
                                    

Jidan sudah tidak waras, mana bisa Shella menghidupkan orang yang sudah meninggal? Memangnya dia Tuhan?

Seseorang menarik tangan Jidan dengan paksa, "Lo ngapain bentak-bentak dia kayak gitu?"

"Bang Mahen?"

Mahen juga diberi tahu oleh Shella, setelah Dania dibawa ke rumah sakit.

"Bang, dia udah bikin Mama meninggal!" adu Jidan. Hati Shella begitu sakit mendengar tuduhan itu.

"Lo budeg? Mama meninggal bukan karena dia, tapi karena anak motor, lo gak denger dia ngomong apa tadi?" ucap Mahen.

"Mahen, lebih baik kamu ajak Jidan keluar. Kamu ngomong baik-baik di sana, gak enak kalo didenger sama pasien lain, mereka bakal keganggu," usul Mina.

Mahen menurut, ia mengajak Jidan keluar dari rumah sakit, meninggal Shella dan Mina di sana.

"Kak..." Shella menangis, Mina langsung memeluknya dan mencoba menenangkan adik iparnya.

"Aku beneran nggak sengaja ninggalin Mama tadi, aku cuman beli buah buat Mama aku, itu aja," adu Shella.

"Bukan kamu yang salah, tapi ini udah takdir. Mungkin Tuhan ambil Mama, karena Papa di atas sana pengen ketemu," hibur Mina.

Mina melepaskan pelukannya, ia menghapus air mata Shella, "Sekarang, kamu tenang. Biar Mahen yang urus Jidan, masalah bakalan selesai kok."

"Bang, lo apa-apaan sih?!"

"Lo yang apa-apaan! Lo ngapain bentak istri lo kayak tadi?!" marah Mahen.

"Karena dia salah!" timpal Jidan.

"Lo pikir lo bener gitu? Kenapa lo gak ada di samping Mama saat itu, kenapa cuman Shella doang? Lo kemana?" sergah Mahen.

"Gue..."

"Nongkrong di basecamp lo itu, iya?" tebak Mahen.

Mahen berkacak pinggang, "Disini, yang salah itu bukan Shella doang, tapi lo juga. Lo gak ada di sana."

"Gue gak ada di sana, karena gue ada urusan," balas Jidan.

"Urusan apaan? Balapan liar lagi?"

"Jidan, Mama bisa kayak gini itu karena lo. Kalo aja lo gak motor-motoran gak jelas kayak gini, mungkin Mama gak akan kayak gini," ujar Mahen.

"Kok lo cuman salahin gue doang?" Jidan merasa tak adil, mengapa hanya dirinya yang disalahkan?

"Gue tahu, lo pasti punya musuh. Dan gue yakin, musuh lo itu sengaja celakain Mama, karena pengen balas dendam sama lo," jelas Mahen.

Jidan terdiam. Yang dikatakan Mahen benar juga, ini pasti ulah musuhnya dengan geng motor lain. Mereka pasti tak suka atau iri dengannya, hingga dengan tega mencelakai ibunya.

"Lo punya musuh?" tanya Mahen.

"Musuh gue banyak, dimana-mana," jawab Jidan.

"Musuh lo yang paling gak suka sama lo. Gue yakin, dia pelakunya."

"Apa Zayyan yang udah tega celakain, Mama? Secara 'kan dia suka sama Shella, dia pasti iri karena gak bisa dapetin Shella. Makanya dia nekat celakain, Mama," monolog Jidan.

"Jadi, terbukti 'kan? Bukan Shella doang yang salah di sini, tapi lo juga," kata Mahen.

"Gue terlalu emosi, gue sampe gak bisa kontrol emosi gue, gue minta maaf," ucap Jidan merasa menyesal.

"Minta maafnya bukan ke gue, tapi ke istri lo sendiri!" timpal Mahen.

Jidan dan Mahen kembali ke dalam, terlihat Shella sedang duduk sambil menyandarkan kepalanya pada Mina. Dari raut wajahnya terlihat sekali, jika ia saat ini merasa sedih dan bersalah.

Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang