Ia bangun, dan tangannya terasa sakit akibat terlempar dari motor tadi.
"Aww," ringis Jidan dengan memegangi lengannya.
"Mana yang sakit?" tanya Shella panik.
"Jidan..." Rachel mendekat ke arah Jidan yang sedang duduk itu.
"Jauh-jauh lo dari ketua kita!" tegas Ezra.
"Hel, lebih baik kita pergi aja sekarang," ucap Dinda.
"Tapi, Jidan..."
"Dia ada yang urus," sela Amel.
"Lo disini itu cuman di salah-salahin terus sama mereka," sahut Zelin.
Akhirnya Rachel setuju, dan mereka pun pergi.
"Dia sekhawatir ini sama gue, apa dia beneran tulus sama cintanya itu?" batin Jidan sambil memandangi wajah Shella.
"Biar aku liat ya, tangan kamu, aku periksa takutnya ada luka luar," ucap Shella.
"Iya." Shella membuka jaket kulitnya Jidan, kini terlihat luka memar di lengannya.
"Tangan lo memar, Dan," ucap Radit.
"Sakit gak?" celetuk Rija.
"Ya sakitlah!"
"Kita pulang ya, aku kompres luka kamu di rumah," bujuk Shella.
"Gak perlu," tolak Jidan datar.
"Fal, bantu gue berdiri."
"Istri ada, ngapain lo suruh gue?" bantah Naufal.
"Lo bantah gue?"
"Gak, gak!" Dengan cepat Naufal membantu Jidan untuk berdiri dan memapahnya kembali ke basecamp bersama yang lainnya.
"Bahkan, dalam keadaan luka kayak gini, dia tetep bersikap dingin sama aku. Apa dia bener-bener gak ada rasa sedikitpun sama aku?" lontar Shella.
Shella memungut jaket Jidan dan pergi menyusul yang lain.
"Hel, lo gak papa 'kan?" tanya Amel.
"Gak, gue gak kenapa-kenapa," jawab Rachel.
"Kok bisa sih Jidan kecelakaan kayak gitu?" tanya Zelin.
"Tadi waktu balapan, dia sempet lirik gue, terus gue teriak ada motor didepan, dia banting setir dan akhirnya jatuh," jelas Rachel.
"Anak-anak Orion itu kebangetan deh sama lo, Hel. Dia sampe tuduh-tuduh lo segala," ujar Dinda.
"Jadi... tantangan lo gagal dong?" tanya Amel.
"Gue bakal coba lain kali. Dan gue bakal coba cari info tentang istrinya itu," jawab Rachel.
"Mau ngapain?"
***
"Yan, gue kesel banget!" Rachel tiba-tiba marah-marah pada Zayyan.
Rachel adalah sepupu Zayyan, yang baru saja pulang dari Bandung menyelesaikan sekolahnya.
"Lo kenapa sih, dateng-dateng, gak ngetok dulu, marah-marah lagi sama gue," cibir Zayyan.
"Gue kesel banget!" Rachel duduk disamping Zayyan.
"Lo kesel kenapa?" tanya Zayyan.
"Gue dituduh yang enggak-enggak sama geng Orion Universe," jawab Rachel.
"Lo dituduh apaan sama mereka?" Zayyan bertanya serius pada Rachel.
"Lo tahu gak sih? Tadi gue dituduh udah rencanain Jidan buat celaka pas gue balapan sama dia," adu Rachel.
"Lo balapan sama dia?"
Rachel mengangguk, "Iya, emangnya kenapa?"
"Lo nyadar gak sih? Geng lo itu masih anak bawang buat lawan geng mereka. Apalagi, lawan ketuanya, si Jidan," tutur Zayyan.
"Sembarangan!" sungut Rachel tak terima.
"Bener kok, kalian tuh baru aja lulus SMA, bisa apa coba kalian?" remeh Zayyan.
"Lo bisa gak sih, bantu gue bukannya hina-hina geng gue?" kesal Rachel.
"Oke-oke. Lo mau dibantu apa?" tanya Zayyan.
"Lo tahu gak istrinya Jidan itu siapa?" tanya Rachel.
"Ngapain lo tanyain dia?"
"Lo suka ya sama Jidan?" tebak Zayyan.
"Gue cuman penasaran aja sama dia," jawab Rachel.
"Namanya Shella."
Shella mengusap air matanya yang sedari tadi terus menetes.
"Padahal aku udah tahan perasaan ini, tapi kenapa selalu gak ke kontrol?" gumam Shella.
Radit kembali ke basecamp.
"Gimana, dia mau lo anterin?" tanya Naufal.
"Dia nolak, dan dia lebih milih pulang sendiri, jalan kaki," jawab Radit.
"Dan, susul!" titah Ezra.
"Tangan gue sakit, lo budeg?" cibir Jidan.
"Kaki lo enggak 'kan?" timpal Ezra.
"Nyokap lo bakalan marah kalo tahu dia pulang sendiri, yang ada di Greeny lo itu dijual," ucap Rija menakut-nakuti Jidan.
Jidan pasrah dan mengikuti kata-kata teman-temannya itu untuk menyusul Shella.
"Jadi, mereka nikah itu karena di jodohin, bukan karena sama-sama cinta?" tanya Rachel.
"Ya, iyalah. Modelan cewek kayak Shella, mana mungkin mau sama anak motor kayak Jidan gitu?" jawab Zayyan.
"Jadi gue masih ada harapan," gumam Rachel.
"Harapan apaan?" tanya Zayyan.
"Bikin mereka pisah," jawab Rachel santai.
***
"Lebih baik aku pulang dan istirahat, semoga aja pikiran aku bisa tenang setelah tidur bentar nanti," batin Shella.
"Taxi!" Shella mencegat taxi yang sedang lewat.
Mobil taxi itu berhenti didepan Shella, ia hendak membuka pintu mobil taxi itu tiba-tiba...
"Gak jadi, Pak!" Supir taxi itu mengangguk dan langsung pergi.
"Jidan?"
Jidan menaikan satu alisnya, "Hmm?"
"Kok kamu suruh taxi-nya pergi sih? 'Kan aku mau pulang!" rengek Shella.
"Shella, lo gak mikir apa, resiko lo pulang tanpa gue nanti?" bentak Jidan.
"Resiko?"
"Iya. Lo kesini bareng gue, dan nanti kalo lo pulang ke rumah tanpa gue, Mama bisa marah lagi sama gue," papar Jidan.
"Terus, aku harus diem gitu di basecamp kamu gitu aja, kalo gak pulang?" timpal Shella.
"Ya..." jawab Jidan menggantung.
"Gak bisa jawab 'kan? Yaudah lebih baik aku pulang." Shella minggat dari sana, tapi lagi-lagi Jidan mencegahnya, lelaki itu menarik tangannya.
"Duh, nih cewek ngeyel banget sih mau pulang. Kalo dia pulang, berarti gue juga harus pulang dong!"
"Gue gak mau lama-lama sama nih cewek dirumah," batin Jidan.
"Apa sih?!" risih Shella melepas tangan Jidan.
"Oke-oke. Gini aja, lo ikut gue jalan-jalan sekarang," final Jidan.
"Jalan-jalan?"
"Iya, jalan-jalan. Tapi gantinya, lo jangan dulu pulang," jawab Jidan dengan wajah memelas.
"Apa sih dia, melas-melas kayak gini?" hardik Shella dalam hati.
Tinggalkan jejak, makasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA, KALO UDAH BACA, JANGAN LUPA VOTE, ANGGAP AJA SEBAGAI PENGHARGAAN BUAT HASIL MIKIR, MAKASIH! Shella, seorang gadis yang pintar, mandiri, jauh dari pergaulan bebas. Tiba-tiba saja, ia dijodohkan oleh Ibunya dengan lelaki yang suka...