Shella keluar dari kamar mandi. Gadis itu baru selesai membersihkan dirinya, segera ia duduk dikursi meja rias. Ia sesekali memandangi wajahnya di depan cermin.
Terbesit dalam benaknya, semalam Jidan tak sengaja mencium keningnya, ia langsung mengulum senyum memikirkan kejadian tadi malam.
"Huh! Andai aja, Jidan nggak anterin Rachel, aku pasti bisa lama-lama bareng dia," keluh Shella.
Ia mengambil benda kecil bundar yang terletak di atas meja, yang tak lain adalah bedak. Ia buka bedak itu, dan langsung ia adaptasikan dengan wajahnya.
Setelah selesai, ia mengambil lipstik dan memoles bibirnya dengan benda kecil itu.
"Lo mau ke kondangan, pake make-up segala?" ejek Jidan yang datang ke kamar untuk mengambil jaket dan handphonenya, karena ia hendak pergi.
"Emang siapa yang mau ke kondangan? Orang pake bedak sama lipstik tipis doang," balas Shella.
"Tipis apaan? Tuh bibir merah banget!" komentar Jidan.
Shella kesal dengan Jidan, ia bangun dan menghampirinya.
"Mana merah, ini tuh gak merah sama sekali!" tegas Shella memperlihatkan bibirnya.
"Sama aja."
"Lagian, buat apa coba pake make-up? Cewek itu lebih cantik kalo natural," ucap Jidan.
"Emang iya?" Jidan mengangguk.
"Kamu suka kalo aku natural tanpa make-up?" Jidan mengangguk lagi, tetapi segera ia tersadar.
"Eh?"
"Bukan gitu juga. Maksud gue... menurut pendapat gue itu, cewek lebih cantik kalo tanpa make-up. Jadi, keliatan alami gitu mukanya," jelas Jidan.
"Ini juga, apa coba alis ke cerulit gini?" Jidan menyentuh alis Shella yang memakai alis.
"Cerulit... sembarangan aja!" Shella menepuk pelan lengan Jidan.
"Lah, emang iya kok. Melengkung kek cerulit gini. Inimah sih bukan alis, cerulit," timpal Jidan.
"Ini itu aku baru pertama kali bikin alis. Kemarin-kemarin aku beli di toko online, mumpung ada promosi, ya... aku beli aja. Beli dua, gratis satu tahu!" celoteh Shella.
"Gak bagus, kek cerulit," ejek Jidan lagi.
"Si Rachel tuh yang kek cerulit!" Shella ngambek dan pergi. Tetapi, tangannya ditarik tiba-tiba oleh Jidan, membuat dirinya jatuh kedekapan lelaki itu.
"Lo cemburu sama Rachel, iya?" tanya Jidan dengan menatap matanya.
"Banget!"
"Asal kamu tahu aja, aku tuh kesel banget sama kamu! Kamu ingkar janji sama aku, kamu bilang gak bakal berhubungan lagi sama Rachel, buktinya? Kamu malah ninggalin aku yang lagi sakit gigi dan anterin Rachel pulang," papar Shella meluapkan segalanya yang ada di hati.
Jidan menopang punggung Shella dengan telapak tangannya, "Oh... jadi Ashell itu ngambek sama Aa?"
Shella terkejut dengan sebutan nama itu. Ashell? Apakah itu panggilan sayang dari Jidan?
"Nama aku Shella, bukan Ashell! Apa coba Ashell?" balas Shella kesal, karena Jidan memanggil namanya dengan salah, tetapi dalam hati kecilnya, ia begitu berbunga-bunga kala Jidan memanggil dirinya dengan sebutan itu.
"Shella itu udah pasaran 'kan namanya. Jadi, gue panggil Ashell aja. Biar nanti, kalo lo ngilang, gue bakal panggil lo dengan sebutan itu," jelas Jidan.
Sialan, bisa-bisanya ia membuat Shella salah tingkah pagi-pagi begini? Padahal ceritanya, gadis itu sedang kesal dan marah padanya, tetapi dengan liciknya ia memakai jurus ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]
Roman pour AdolescentsFOLLOW SEBELUM BACA, KALO UDAH BACA, JANGAN LUPA VOTE, ANGGAP AJA SEBAGAI PENGHARGAAN BUAT HASIL MIKIR, MAKASIH! Shella, seorang gadis yang pintar, mandiri, jauh dari pergaulan bebas. Tiba-tiba saja, ia dijodohkan oleh Ibunya dengan lelaki yang suka...