Part 48

2.2K 57 0
                                    

Sadar jika Shella sedang ketakutan saat ini. Jidan pun merubah tatapannya menjadi tatapan yang normal.

"Gue gak bakal marah, asal lo jujur," kata Jidan membuat Shella kini berani menatapnya.

"Serius?"

"Iya... asal lo jujur aja sama gue," balas Jidan melempar senyum tipis.

"Fauzan itu temen baru aku, dia minta aku buat pergi jalan-jalan sama adiknya, karena adiknya mau jalan-jalan, ngerengek sama dia," jawab Shella.

Jidan menggenggam erat handphone Shella, menahan emosinya. Mengapa bisa, lelaki asing dengan lancang mengajak istri orang lain pergi bersamanya? Dengan alasan karena adiknya.

"Aku jujur kok, dia itu temen aku. Kita gak ada hubungan apa-apa, dan aku lakuin itu karena mau balas budi aja, karena dia udah bantuin aku." Tangan Shella meraih tangan Jidan, tetapi lelaki itu menghindarinya.

"Ini handphone lo." Jidan mengembalikan lagi handphonenya.

"Kamu gak percaya sama aku? Fauzan itu cuman temen aku, sumpah!" tanya Shella lagi.

"Terserah lo," dingin Jidan lalu pergi.

Blugh!

Jidan membanting pintu kamarnya dengan keras.

Bugh! Bugh! Bugh!

Ia memukul-mukul dinding dengan kepalan tangannya dengan keras, ia luapkan amarahnya ke sana. Ia tak ingin lagi meledak di depan Shella, karena jika Shella melihat itu, ia akan ketakutan.

"Fauzan goblok, tolol!" maki Jidan dengan lantang.

Shella membuka pintunya memeriksa Jidan di sana.

"Jidan, aku beneran gak ada hubungan apa-apa sama dia, aku berani sumpah," kata Shella menyakinkan Jidan.

"Terserah lo. Mau lo ada hubungan sekalipun gue gak peduli," balas Jidan.

"Oke, kalo itu mau kamu, aku bakal turutin kemauan kamu." Shella menghapus air matanya yang tadi menetes.

Tunggu, apa yang ia maksud dengan menuruti kemauannya?

Shella mengambil koper besar dari atas lemari dengan menggunakan kursi meja riasnya.

"Lo mau ngapain?" tanya Jidan melihat Shella yang mulai mengemasi barang-barangnya.

"Kamu bilang kamu gak peduli lagi sama aku. Ya udah, aku turutin kemauan kamu," balas Shella mengambil semua pakaiannya yang ada di dalam lemari.

Jidan menghentikan tangan Shella yang sedang berkemas, "Maksud lo apa? Lo mau pergi gitu dari sini?"

"Iya."

"Gak bisa." Jidan mengambil pakaian Shella dari koper dan mengembalikannya ke dalam lemari.

"Lo gak bisa pergi dari sini, gue gak mau ditinggalin lo lagi."

"Terus? Aku harus gimana?" tanya Shella.

"Pokoknya lo gak boleh kemana-mana, titik!" tegas Jidan.

"Lo boleh marah sama gue, kesel sama gue, apapun itu, tapi jangan sampe lo tinggalin gue. Gue gak bisa hidup tanpa lo sekarang."

"Buat apa aku di sini? Kamu sendiri aja gak bisa percaya sama aku," timpal Shella.

Gadis itu langsung mengambil kembali pakaiannya yang sudah disimpan oleh Jidan tadi dan memasukannya lagi ke dalam koper.

"Shella, gue mohon sama lo, lo jangan tinggalin gue."

"Oke, fine! Gue percaya sama lo, kalo lo itu gak ada hubungan sama si Fauzan-Fauzan itu kalian cuman temen." Shella menyunggingkan senyumnya.

Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang