"Nah, 'kan? Jadi, lebih baik lo pergi sekarang, dan selesain masalah lo," titah Asep.
"Oke, makasih banyak, Sep. Lo emang temen gue yang the best!" Jidan begitu kegirangan hingga memeluk Asep. Asep yang dipeluk merasa sesak karena dipeluk Jidan dengan erat.
Lalu, Jidan pun segera pergi pulang untuk meminta maaf pada Shella. Jika tidak, akan sulit sekali untuk membujuk gadis itu. Seperti yang terjadi terakhir kali.
"Lo tunggu di sini, dan jangan coba-coba buat kabur. Gue bakalan balik lagi," ucap Devan membawa Shella pergi masuk ke basecampnya dan meninggalkan dirinya sendiri.
Shella begitu ketakutan, bagaimana jika ia benar-benar menikah dengan Devan. Mungkin, jika ia masih cinta tidak papa, tetapi sekarang ia sudah tak cinta lagi dengan Devan. Ia sudah mencintai Jidan sekarang.
"Pokoknya, aku harus cari cara buat kabur dari sini." Shella mengintip ke luar jendela. Teman-temannya Devan sedang berkumpul di sana, jika ia nekat keluar. Ia akan mudah untuk ditangkap. "Duhh, gimana sekarang?"
Untung saja, handphonenya tak diambil oleh Devan. Ia akan mencoba menghubungi nomor Jidan dan meminta bantuan padanya.
Belum sempat Jidan membuka pintu, handphonenya sudah berdering. Segera ia mengambil benda pipih tersebut, terdapat panggilan masuk dari Shella.
"Halo."
"Jidan, cepetan bantuin aku!" Suara Shella terdengar panik dari sana.
"Lo kenapa?" Jidan jadi ikutan panik.
"Kamu harus pergi ke basecampnya Devan, aku dikurung di sini sama dia."
"Kenapa lo bisa ada di sana?"
"Pokoknya buruan ke sini. Kalo kamu enggak ke sini juga, hubungan kita udah selesai," ucap Shella lalu mematikan telponnya.
Jidan langsung merasa khawatir dan gelisah. Mengapa Shella bisa dikurung di sana, ia segera memberi tahu anak-anak Orion dan memerintahkan mereka untuk mencari basecamp geng-nya Devan.
"Ayo dong, buruan dateng!" Shella terus khawatir.
Tak lama, salah satu dari anggota Orion memberi tahu di mana alamat basecamp Ghost Riders. Mereka langsung pergi ke alamat tersebut.
"Gue gak sangka deh, ternyata ketua kita bakalan nikah hari ini," ujar Robi merasa sangat senang dan bahagia.
"Gak bakalan ada yang nikah hari ini," ucap Jidan dengan lantang, membuat anggota Ghost Riders berdiri dan menatapnya tajam.
"Lo lagi, lo lagi. Bosen gue liat lo," kata Bagas.
"Lo pikir, kita semua gak bosen apa liat muka lo, itu?" sahut Naufal.
"Heh, kalian gak bosen apa, ganggu hidupnya Jidan terus?" tanya Malik.
"Teuing, si anying!" maki Rija.
"Sekarang, balikin istri gue," pinta Jidan dengan tegas.
"Dia bukan istri lo lagi. Sebentar lagi, dia bakal jadi istri gue, dan lo... gak akan ada hak lagi buat dia," sahut Devan yang entah datang dari mana.
"Kurang ajar lo!" Jidan mengamuk dan tak segan-segan menghajar Devan. Disusul oleh geng mereka masing-masing. Kini, di sana terjadi pertarungan yang amat hebat.
"Jidan berantem sama Devan, gimana kalo Jidan kenapa-kenapa? Aku harus keluar dan bantu dia." Shella membulatkan tekadnya dan langsung keluar dari sana, membantu Jidan.
"Jidan!" pekik Shella. Pandangan Jidan secara langsung teralihkan pada sumber suara tersebut. Ia langsung berlari menghampirinya.
"Lo gak papa, lo gak diapa-apain 'kan sama Devan? Lo luka nggak?" Pertanyaan yang begitu banyak terlontar dari mulut Jidan.
"Aku nggak papa," jawab Shella melempar senyum.
Jidan dengan cepat memeluknya sambil menangis, ia sudah sangat khawatir dengan istrinya itu, "Gue khawatir banget. Maafin gue, maafin gue..."
Devan marah melihat pasangan itu saling berpelukan, tak segan-segan ia mengambil pisau yang ada di sekitarnya dan membawanya ke arah Jidan dan Shella.
"Gue gak mau kehilangan, Shella. Gue gak bisa, gue harus bales cintanya sekarang juga, gak ada waktu lagi," batin Jidan menatap dalam Shella, "Shella, gue-"
"Jidan, awas!"
Srek!
Pisau itu berhasil melukai perut Shella kembali. Kini, ada luka baru dalam perutnya. Devan segera melepaskan pisau itu, ketika tahu pisau itu menancap pada perut Shella dan bukan pada tubuh Jidan.
Darah segar keluar dari sana. Shella memegangi perutnya, dan melihat darah di tangannya, "Jidan..."
Sebelum ia tumbang, Jidan segera menangkap tubuhnya yang hampir jatuh.
"Shella..."
"Jidan, maafin aku. Aku banyak salah sama kamu, aku beneran berani sumpah, aku sama Devan gak ada hubungan apa-apa lagi. Aku cuman cintanya sama kamu, bukan sama Devan," lirih Shella.
"Iya, gue percaya, gue percaya..." Jidan tak kuasa menahan air mata yang terus jatuh membasahi pipinya.
"Ada satu hal lagi, yang harus kamu tahu," ujar Shella dengan suara lemah.
"Apa?"
"Yang bunuh Mama bukan Zayyan, tapi Devan. Dia yang bilang sendiri sama aku, dia harus tanggung jawab atas semua perbuatannya ke Mama," ucap Shella.
Jidan melirik Devan dengan tatapan tajam, lalu kembali menoleh ke arah Shella, "Iya, gue bakalan bikin perhitungan sama dia, gue janji."
"Aku cinta sama kamu, Jidan." Belum sempat Jidan mengatakan apapun, Shella sudah lebih dahulu menutup matanya dan tak sadarkan diri.
"Shella! Shella!" Jidan mencoba memanggil istrinya, saat tangannya sudah tak berdaya lagi. Ia periksa, nadinya dan sudah tak berdetak lagi.
"Ashell, jangan ninggalin, Aa. Ashell janji kalo kamu bakalan temenin, Aa. Sekarang, Aa tagih janjinya, Ashell!" Jidan terus memanggil-manggil Shella, tetapi semua itu sia-sia. Shella sudah pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.
Devan langsung tak berdaya, mengetahui Shella sudah tiada. Lututnya seketika menjadi tak berdaya dan ambruk ke tanah.
"Shella, maafin aku. Aku bener-bener gak ada maksud sama kamu," sesal Devan, menangisi kepergian Shella.
"Semua ini salah lo! Lo yang udah bikin nyokap sama istri gue meninggal! Lo harus tanggung jawab!" hardik Jidan.
"Jidan, gue bener gak ada maksud apapun, gue-"
"Pergi gak lo? Atau mau gue usir lo dari sini?" sela Jidan.
"Lo harus tanggung jawab, dan lo harus tanggung jawab." Naufal dan Malik membawa Devan pergi dari sana.
Jidan terus menangis di depan wajah Shella, ia sungguh menyesal karena telah menunda perasaanya ini. Ia tak pernah menyangka, jika Shella akan meninggalkan dirinya begitu cepat.
"Ashell, Aa cinta sama kamu. Ayo, bangun... sekarang aku udah bales perasaan kamu. Ayo bangun, kita mulai hidup baru kita," kata Jidan dengan tangisnya yang pecah.
Penyesalan selalu datang terakhir, dan itu semua terjadi pada Jidan.
Shella berhasil merubahnya menjadi lebih baik. Karenanya, ia tahu arti kehilangan dan pengorbanan dan cinta.
"Penyesalan terbesarku adalah, tidak membalas pernyataan cinta darimu." Jidan.
End
Makasih buat semuanya yang udah baca cb-ku. Maaf kalo cerita gak jelas atau apalah. Ini cuman hiburan semata, see you semuanya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA, KALO UDAH BACA, JANGAN LUPA VOTE, ANGGAP AJA SEBAGAI PENGHARGAAN BUAT HASIL MIKIR, MAKASIH! Shella, seorang gadis yang pintar, mandiri, jauh dari pergaulan bebas. Tiba-tiba saja, ia dijodohkan oleh Ibunya dengan lelaki yang suka...