Part 6

5.4K 113 0
                                    

"Anna, aku bisa jelasin semua ini. Sebenernya aku..."

"Kita udah pacaran tiga tahun lho, kenapa kamu tega ninggalin aku gitu aja?" ucap Anna dengan menahan tangisnya.

"Anna, maafin aku!" Jidan memeluk Anna. Saat dalam dekapan Jidan, Anna menangis sekencang-kencangnya.

"Anna, kamu harus tahu. Mau aku nikah sama cewek mana pun, hati aku tetep milik kamu," ucap Jidan.

"Bener?" Jidan mengangguk.

Tok! Tok! Tok!

"Jidan, Shella. Mama masuk, ya!" Suara Dania dari luar pintu.

Shella yang sedang membaca buku pun menutup bukunya dan bangkit membuka pintunya.

"Ada apa, Ma?" tanya Shella.

"Mama gak ganggu kalian 'kan?" tanya Dania.

"Enggak sama sekali kok," jawab Shella.

Dania melirik kedalam kamar, tak ada orang lagi. Apa Shella hanya sendiri saat ini, kemana Jidan?

"Kamu sendiri di sini? Jidan mana?" tanya Dania.

"Dia tadi pergi, gak tahu kemana. Mama mau bicara sama dia? Mama sampein aja ke aku, nanti aku bilangin sama dia kalo dia udah pulang," ucap Shella.

"Jidan pergi? Dia pergi kemana dimalam pernikahannya? Apa jangan-jangan dia pergi ketemuan sama pacarnya itu?" batin Dania.

"Ma, hello!" Shella membuyarkan lamunan Dania.

"Mama gak papa 'kan? Ada masalah?"

"Mama pergi dulu." Dania cepat pergi dari sana.

"Aneh banget. Tapi bodo lah, gak penting juga buat aku." Shella menutup pintunya lagi.

***

"Besok kita jalan lagi, ya. Aku harus pulang, kalo enggak, Mama bakal curiga kalo aku ninggalin Shella sendiri," ucap Jidan.

"Hati-hati ya, makasih buat hari ini. Aku happy!" timpal Anna.

"Sama-sama."

Jidan pergi mengendarai motor balapnya. Setelah Jidan pergi, lalu datang mobil hitam berhenti didepan rumah Anna.

"Om?"

Jidan mengendap-endap masuk ke rumah, agar ibunya itu tak mengetahui jika dia baru saja pergi.

Prok! Prok!

"Bagus, dari mana aja kamu?" tanya Dania.

"Mampus gue!" Jidan membalikan tubuhnya menghadap ibunya.

"Dari mana?" tanya Dania.

"Abis cari angin," jawab Jidan berbohong.

"Cari angin ya?" Dania mendekat dan mengendus-endus pakaian Jidan.

"Anginnya perempuan ya? Baju kamu soalnya bau parfumnya perempuan," tebak Dania.

"Haduhh, mati gue." Jidan panik, keringat dingin terus bercucuran di dahinya.

Sudah tak ada cara lain selain jujur, jika ia berbohong semuanya akan sia-sia. Karena, Dania juga pastinya sudah tahu.

"Aku ketemu sama Anna, karena sebelum aku nikah, aku belum sempet putusin dia," tutur Jidan.

"Terus, sekarang udah diputusin?" tanya Dania.

***

"Om, mau apa kenapa kesini?"

"Kan aku bisa ke tempat, Om langsung."

"Saya sudah tak bisa menahan rindu sama kamu."

Seorang lelaki berusia tiga puluh delapan tahun itu memeluk Anna.

"Emm, Om... aku juga kangen banget," kata Anna.

Ceklek!

Jidan kembali ke kamarnya, dan Shella masih setia dengan bukunya.

Shella mengalihkan pandangannya ke arah Jidan, "Tadi, Mama kesini. Dia nyariin kamu."

"Oh... jadi, lo." Shella mengernyitkan keningnya.

"Lo yang aduin ke Mama kalo gue ninggalin lo, iya?!"

Shella bangkit dan menyimpan bukunya itu dimeja disampingnya, dan berjalan menghampiri Jidan.

"Aku gak ngadu ya, buat apa aku ngadu?" sangkal Shella.

"Ah! Boong!"

"Gue tahu, lo pasti mau balas dendam 'kan sama gue? Makanya lo ngadu ke Mama kalo gue pergi tadi, lo mau bikin gue dimarahin abis-abisan 'kan? Ngaku deh, lo!" Jidan meluapkan semua emosinya itu.

Plak!

Shella menamparnya dengan keras.

"Aku bilang aku gak ngadu. Kalo pun kamu mau pergi, ya pergi aja. Aku gak masalah kok tinggal sendiri!"

"Aku cuman ngasih tahu kamu, kalo tadi Mama nyariin kamu pas kamu pergi, dan aku jawab seadanya. Kamu tadi pergi, gak tahu kemana," ungkap Shella.

"Ya, tapi seharusnya lo gak kasih tahu, kalo gue pergi ninggalin lo!" sangkal Jidan.

"Terus?"

"Udah-udah, yang jelas aku gak salah," final Shella, ia beranjak pergi ke kasur dan pergi tidur.

"Lagian, siapa suruh badung, Mama jadi gak percaya 'kan sama kamu?" seru Shella, lalu tidur.

"Apa lo bilang, badung? Gue badung?"

"Iya!" jawab Shella sambil memejamkan matanya.

"Nih cewek nyebelin banget!" umpat Jidan menatap kesal Shella yang sedang tidur itu.

Tinggalkan jejak, makasih!

Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang