Part 11

4.4K 98 2
                                    

"Aku pergi sendiri," jawab Shella.

"Jidan, anterin," titah Mahen.

"Apaan sih? Gak, gak! Gue sibuk," tolak Jidan, ia segera memainkan handphonenya.

"Anterin nggak?!"

"Lo aja sendiri yang anterin dia, gue sibuk!" Jidan tetap menolak.

"Atau, lo mau gue suruh Mama jual si Greeny lo itu?" ancam Mahen.

Jika sudah menyangkut tentang Greeny, Jidan tak bisa menolak.

"Lo ngancem gue mulu, perasaan!" Jidan meletakkan handphonenya dimeja.

"Yaudah, gue tinggal bilang ke Mama, dan minta buat jual si Greeny."

Akhirnya, Jidan pasrah dan mau mengantarkan Shella pergi mengunjungi rumah Sasha.

Mereka pergi dengan berjalan kaki, karena jaraknya juga lumayan dekat dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

"Greeny itu siapa?" tanya Shella.

"Bukan urusan lo!" jawab Jidan dingin.

"Motor kamu yang warna ijo itu, ya?" tebak Shella.

"Lo budeg apa gimana? Gue bilang bukan urusan lo!" tegas Jidan.

"Dia tempramen banget sih! Orang nanya baik-baik juga," umpat Shella.

Tali sepatu Shella lepas, wanita itu tak menyadarinya, ia terus saja berjalan ke depan hingga tak sengaja menginjak talinya membuat dirinya hampir jatuh.

Hep!

Jidan dengan cepat menarik lengannya, agar ia tak tersungkur pada aspal.

"Hati-hati kalo jalan. Makanya, jalan tuh pake mata. Sia-sia tuh mata dua, gak dipake!" marah Jidan .

"Ya maaf, aku 'kan gak tahu kalo talinya lepas," timpal Shella.

Jidan jongkok, lelaki itu kemudian mengikat kembali tali sepatu yang terlepas tadi.

"Diliat-liat, dia baik juga ya, walaupun badung dikit," batin Shella dengan mengulum senyum.

Setelah perjalanan yang lumayan lama, kini mereka sudah sampai dirumah Sasha, mertua Jidan.

Tok! Tok! Tok!

Shella mengetuk pintunya lembut.

"Ma, Mama!" panggil Shella.

Ceklek!

Sasha keluar. Shella terkejut dengan penampilan ibunya sekarang, sekarang Sasha dipenuhi dengan perhiasan emas, padahal dulu ia cukup sederhana.

"Ma, kok Mama pake perhiasannya banyak banget sih?" bisik Shella, ia merasa tak enak dengan Jidan.

"Udah."

"Ayo masuk." Sasha mempersilahkan anak dan menantunya itu masuk.

"Ma, aku ijin ke kamar mandi, bentar," ucap Jidan setelah masuk kedalam rumah.

"Oh iya, kamar mandinya sebelah kiri dapur," timpal Sasha dengan mengarahkan tangannya kearah dapur.

Jidan pun pergi.

"Ma, Mama beli semua perhiasan ini?" tanya Shella.

"Memang kenapa sih, Shella?" tanya Sasha.

"Aku tuh malu tahu nggak sama Jidan? Aku gak mau, karena dia liat Mama pake perhiasan banyak kayak gini, kita dicap matre. Aku gak mau," tutur Shella.

"Shella, Mama nikahin kamu sama keluarga Dania itu karena mereka kaya," jawab Sasha .

"Mama udah bosen hidup miskin terus Shella!"

Ternyata perkataan itu tak sengaja didengar oleh Jidan yang baru saja kembali dari kamar mandi.

"Jadi, mereka minta keluarga gue buat nikahin anaknya itu karena mereka mau duit gue doang? Dasar matre!" batin Jidan.

"Udah Shella, kita lupain aja, lagipula dia juga gak papa kok tadi," ucap Sasha .

Tetap saja, hati Shella masih tak enak. Ia khawatir jika keluarganya nanti akan dicap matre oleh keluarga Jidan.

"Ini kamu bawa apa?" tanya Sasha melirik kearah rantang yang tersimpan dimeja.

"Oh ini, ini makanan buat Mama. Tadi, aku masak ini dirumah," jawab Shella.

Perempuan itu membuka tutup rantangnya dan menyiapkan nasinya untuk Sasha makan.

Jidan kembali dari kamar mandi, dan duduk bergabung dengan yang lainnya.

"Kamu mau makan lagi gak? Kalo mau, aku ambil piring buat kamu," tawar Shella.

"Gak perlu." Jidan langsung sibuk dengan handphonenya.

"Gue kira dia baik dan beda dari cewek lain, ternyata sama aja. Sama-sama mau morotin harta gue doang."

Tinggalkan jejak, makasih!

Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang