Part 40

3.2K 53 1
                                    

Jidan mengulum senyum mendengar pujian dari istrinya. Jidan pun menyuapi Shella, karena gadis itu telah memuji hebat dirinya, membuatnya serasa ingin terbang.

"Lo laper apa doyan?" komentar Jidan melihat Shella yang begitu lahap memakan buah durian itu.

"Suka aja. Enak tahu! Mau rasa?" Shella menawarkan satu biji pada Jidan. Susah payah ia menahan bau itu, dan Shella malah dengan sengaja mendekatkannya.

"Shella, jauhin... bau banget!" pinta Jidan.

"Coba dikit aja..." timpal Shella.

Shella terus menyodorkan buah durian itu pada Jidan.

"Ashell aja ya, yang makan. Aa gak mau," tolak Jidan baik-baik berharap Shella bisa luluh dengan itu.

"Oke." Shella kembali duduk di tempatnya.

"Huh, selamat gue." Akhirnya Jidan kini bisa bernapas dengan lega.

"Nih!" Tiba-tiba saja Shella menyodorkan buah itu pada Jidan, sontak ia kaget dan langsung terjatuh dari kursinya.

Bruk!

Punggung Jidan terbentur pada lantai. Shella ikut terkejut, karena ia juga ikut terjatuh. Mereka berdua saling tatap.

Ceklek!

BI Surti baru datang belanja dan sudah disuguhkan dengan pemandangan seperti itu.

Mereka berdua menoleh pada Bi Surti, dengan cepat Shella bangun dan merapikan kembali pakaian dan rambutnya.

"Maaf, Bibi gak tahu," ucap Bi Surti.

"Bibi jangan berpikiran macem-macem, kita berdua itu barusan–"

"Bibi ngerti kok," potong Bi Surti.

"Ngerti apa maksudnya?" beo Shella.

Jidan bangun, punggungnya terasa sakit sekali. Tetapi, rasa sakit ini tak sebanding dengan rasa malu yang baru saja ia alami barusan.

"Punggung gue sakit banget," keluh Jidan sambil memegangi pinggangnya berusaha untuk berdiri.

"Sakit banget ya?" tanya Shella.

"Pake nanya, ya sakit lah! Gue rasa gue udah gak kuat lagi buat hidup, gue mau–"

"Lebay banget. Cuman jatuh doang juga," ledek Shella.

"Lebay?" beo Jidan.

"Iya."

"Awas lo, gak bakalan gue beliin es krim lagi," ancam Jidan.

"Oh... kamu ngancem aku? Oke kalo gitu, aku juga bakalan pergi ke rumah Mama." Shella mengancam Jidan balik.

"Jangan-jangan!"

Niat mengancam malah jadi terancam, Jidan... Jidan.

"Tahu takut?" Shella membereskan bekasnya memakan buah durian dan membuangnya, lalu ia pergi ke kamar dan beristirahat.

Keesokan harinya...

"Kenapa lo, Dan? Encok lo?" tanya Naufal dengan nada meledek karena Jidan terus memegangi pinggangnya.

"Encok, encok... sembarangan lo ngomong!" sungut Jidan.

"Ya, abisnya... lo ngapain dari tadi pegangin pinggang lo? Gue kira 'kan lo encok," timpal Naufal.

"Gue jatuh dari kursi semalem, sakit banget pinggang sama punggung gue," ujar Jidan.

"Semalem Shella nawarin gue buah durian, tapi gue tolak. Dan dia terus maksa-maksa, gue berontak dan akhirnya gue jatuh dari kursi."

Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang