Part 28

3.3K 78 0
                                    

"Yaudah, aku ke kamar, capek, mau istirahat," pamit Jidan. Jidan pergi menaiki tangga menuju kamarnya.

Jidan membuka jaketnya dan meletakkan jaket itu disampingnya. Ia merogoh saku celananya, dan mengambil handphone.

Ia buka aplikasi obrolan dalam benda itu, lalu mengirimi Shella pesan.

"Lo dimana?"

"Aku dirumah Mama, aku mau nginep disini." Shella membalas pesan dari Jidan.

"Kapan pulang?"

Tak ada balasan darinya, akhirnya ia memilih untuk merebahkan tubuhnya sembari menunggu balasan dari Shella.

"Shella, kamu tolong bentuk adonannya ya, Mama mau masak air dulu," suruh Sasha.

"Iya, Ma." Shella meletakan handphonenya dimeja, dan segera melakukan apa yang disuruh oleh ibunya, dan tak sempat juga ia membalas pesan dari Jidan.

Sudah berjam-jam, tetapi Shella tak kunjung membalas pesannya.

"Kok dia lama banget sih balesnya?" tanya Jidan mulai kesal.

Sekarang ia tahu rasanya, disaat Shella tak ada disampingnya, ia tahu rasanya kehilangan.

Sudah beberapa hari, Shella tak pulang-pulang, bahkan chat nya yang dulu pun belum dibalas olehnya.

Sekarang ia tinggal sendirian di rumah, Mahen dan Dania pergi ke luar negeri untuk urusan pekerjaan, dan basecampnya sekarang sepi, anak-anak Orion sudah tak ada kabar lagi dan tak pernah lagi nongkrong disana membuatnya kesepian.

"Sekarang gue tahu, rasanya kehilangan, ternyata kehilangan seseorang yang selalu ada itu gak enak." Jidan.

Setiap malam, Jidan hanya menonton TV dan tidur, hanya itu saja yang bisa ia lakukan, dan untuk makan, ia memesan lewat online.

Kini, lelaki itu merindukan sosok perempuan yang selalu ada bersamanya dan selalu ia abaikan, dan sekarang ia tahu rasanya bagaimana.

Begitupun sebaliknya, Shella rindu akan rumahnya, dan disini pun ia merasa tak tenang karena terus memikirkan Jidan.

"Kira-kira Jidan lagi ngapain ya, sekarang? Jadi kepikiran, udah makan belum ya?" gumam Shella.

Tiba-tiba saat ia hendak menambahkan air panas pada adonan tepung yang ada didalam mangkuk, airnya tak sengaja tumpah mengenai tangan Shella.

Breng!

Teko berbahan aluminium itu jatuh ke lantai dan mengeluarkan bunyi nyaring didalam dapur.

"Aww!" rintih Shella saat air panas itu sudah menyiram tangannya.

Sasha yang sedang memasak, langsung teralihkan dengan suara itu.

"Kamu kenapa, Nak?" tanya Sasha, lalu mematikan kompornya.

"Aku tadi gak sengaja jatuhin air panas dari teko dan kena tangan aku," jawab Shella.

"Astaga, hati-hati dong, jadinya tangan kamu melepuh gini," ucap Sasha dengan meraih tangan putrinya itu.

"Udah, ayo kita obatin dulu." Mereka berdua pergi keruang tamu, Sasha mengambil kotak P3K di rumahnya dan mengoleskan salep pada punggung tangan Shella.

"Kamu ngelamun tadi? Mana banyak lagi yang kenanya," tanya Sasha sambil mengoleskan salep pada punggung tangan Shella.

"Enggak, aku gak ngelamun," sangkal Shella dengan menggelengkan kepalanya.

"Terus? Kenapa bisa gini?"

"Kenapa... kamu kepikiran sama Jidan, iya?" tebak Sasha.

"Iya, Ma. Aku kepikiran," jawab Shella.

Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang