Part 57

2.3K 48 0
                                    

Ini semua salahnya, Shella begini karena ulahnya. Lelaki itu memindahkan Shella ke atas kasur, dan menidurkannya.

"Please bangun, Shell. Aku gak ada maksud apa-apa sama kamu. Ayo bangun!" pinta Devan.

Shella tak kunjung bangun juga. Devan langsung khawatir, lelaki itu dengan lancang mencium kening Shella.

"Bajingan lo!" Tangan Devan langsung ditarik tiba-tiba membuatnya terjatuh dari atas ranjang.

"Ngapain lo sama istri gue, hah?!" Amarah Jidan meledak melihat Devan melakukan hal yang tak senonoh pada istrinya.

Devan bangun, "Ini gak seperti yang lo liat, tadi Shella–"

"Pergi lo! Pergi!" usir Jidan dengan kasar.

Daripada memperpanjang masalah, Devan lebih baik pergi dari sana. Lain kali ia akan menjenguk dan meminta maaf pada Shella.

Jidan segera naik ke atas ranjang, dan meletakkan kepala Shella di atas pahanya.

"Shell, bangun, Shell. Ini gue, Jidan." Jidan terus menepuk-nepuk pipinya, agar gadis itu terbangun. Tetapi, gadis itu tak kunjung bangun.

Ia meletakkan kepalanya di atas tubuh Shella, memeriksa detak jantungnya.

"Dia masih hidup," katanya.

Mata Shella mulai terbuka perlahan, saat ia buka matanya. Orang yang pertama ia lihat ialah Jidan, ia pun merasa tenang.

"Akhirnya lo sadar juga, gue khawatir banget tadi," ujar Jidan.

Shella bangun, "Kepala aku sakit banget."

***

Karena Shella sedang sakit, jadi Jidan lah yang saat ini mengerjakan pekerjaan rumah.

Jika ia bisa merapikan dan membersihkan di tempat kerjanya, mengapa di rumahnya sendiri ia tidak bisa?

Jidan akan berusaha berubah, agar ia menjadi orang yang lebih baik dan bisa diandalkan.

"Emm, jam berapa ini?" usik Shella. Ia melihat ke arah layar handphonenya, matanya langsung membulat melihat jam berapa sekarang.

"Astaga, aku tidur kek orang meninggal aja. Aku sampe lupa waktu." Shella turun dari kamarnya saat mengetahui hari sudah malam. Ia tertidur begitu pulas, hingga lupa waktu.

Ia buru-buru turun hendak memasak makanan untuk Jidan makan. Tetapi, saat ia sudah sampai dapur, Jidan sedang menghidangkan makanan di atas meja makan.

"Udah bangun?" tanyanya melihat Shella yang berdiri di depan meja makan.

"Iya."

"Gue tahu, lo pasti laper banget abis tidur panjang. Karena, di mimpi lo itu gue yakin, gak ada makanan." Jidan memegang kedua bahunya, dan mempersilahkannya untuk duduk.

"Kamu yang masak semua ini?" tanya Shella tak percaya jika Jidan bisa memasak.

"Iyalah, siapa lagi?"

"Mustahil," gumam Shella pelan.

"Apa lo bilang?"

"Enggak-enggak kok," elak Shella mengulum senyum.

"Lo jangan remehin gue ya. Gue gini-gini juga bisa masak, gue udah belajar. Karena, gue tahu, suatu saat ini, disaat istri gue hamil, dan ngidam pengen makan masakan gue, gue bisa masakin buat dia," papar Jidan.

"Terus, kenapa lo gak pernah masakin aku? Padahal aku mau banget lho, dimasakin sama kamu," sahut Shella.

"Emang lo hamil?"

Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang