Karena gadis itu terus saja banyak bertanya, dan terus mencegahnya untuk pergi bekerja.
"Kamu kenapa sih dari semalem? Ada masalah?" tanya Shella lagi.
"Iya, gue ada masalah!" jawab Jidan dengan tegas.
"Apa masalahnya, kenapa kamu malah kayak marah sama aku?"
"Lo masalahnya!" bentak Jidan membuat tubuh Shella bergetar.
"Gue cemburu liat lo dicium-cium sama si Devan, gue gak suka!" lanjut Jidan, lalu ia pergi dengan kesal.
"Dicium-cium sama Devan?" gumam Shella tak mengerti. Kapan ia dicium-cium oleh lelaki itu? Apa jangan-jangan...
"Aku harus ketemu sama Devan, dan lurusin semua ini. Aku gak mau, Jidan terus-terusan marah dan cuekin aku."
Saat itu juga, Shella langsung pergi untuk menemui Devan. Apa yang sudah ia lakukan padanya, hingga membuat Jidan berkata seperti tadi.
Ia pergi ke basecamp Ghost Riders untuk menemui Devan. Terlihat, lelaki itu sedang tertawa lepas bersama teman-temannya yang lain, seperti tak ada dosa sama sekali.
"Devan," panggil Shella.
Devan yang tak asing dengan suara tersebut, dengan cepat menoleh ke arah suara tersebut.
Matanya langsung berbinar, melihat seseorang yang sangat ingin ia miliki itu mendatanginya. Ia bangun dan menyapanya.
"Selamat datang di basecamp Ghost Riders," ucap Devan ramah.
"Devan, aku gak mau basa-basi sama kamu," lontar Shella membuat senyum Devan yang tadi terukir kini sirna.
"Kayaknya serius banget," ujar Devan mulai serius.
"Emang, serius banget!"
"Selama aku pingsan, kamu ngapain? Kamu ngapain aku?" tanya Shella.
"Maksudnya?"
"Kamu gak perlu sok polos deh, aku udah kenal kamu lama, kamu gak bisa bohong sama aku," sangkal Shella, ia tahu jika Devan saat ini pura-pura tidak tahu.
"Ya, gue lakuin apa sama lo?"
"Kamu cium-cium aku, ayo ngaku!" desak Shella.
"Hahhaha!" Devan tertawa renyah.
"Kenapa ketawa, ada yang lucu?" tanya Shella heran.
"Gue, cium-cium lo? Hahaha!" Devan tertawa kembali.
"Aku bener-bener gak mau bercanda ya, sama kamu Devan. Kamu jujur sama aku, karena gara-gara kamu, Jidan cuekin aku!" kesal Shella.
"Oke-oke, gue ngaku. Iya, waktu lo pingsan, gue cium dahi lo, dan pada saat itu, pacar lo dateng dan seret gue pergi," jelas Devan.
"Astaga... kok kamu bisa selancang itu sih, sama aku? Emang kamu siapa?" tanya Shella.
"Mantan gue. Gak mungkin dong, mantan gak dapet apa-apa?" balas Devan.
"Keterlaluan kamu!" hardik Shella dengan menunjuk wajah Devan.
"Emang, lo baru tahu?"
"Lo mau tahu, seketerlaluan apa gue?" ucap Devan.
"Apa lagi yang udah kamu lakuin?" tanya Shella.
"Gue yang udah bunuh nyokapnya pacar lo," jawab Devan membuat mata Shella membulat. Ia sangat terkejut dengan penuturan dari Devan itu.
"J-jadi, kamu yang udah bikin Mamanya Jidan meninggal?" Devan mengangguk dengan percaya diri.
"Astaga." Shella begitu terkejut hingga menutup mulut dengan tangannya.
"Kenapa, lo kaget?" tanya Devan memasang wajah seperti tanpa dosa.
"Kamu harus bayar perbuatan kamu! Kamu udah hilangin nyawa Ibu mertua aku," balas Shella.
"Mertua?" beo Devan.
"Iya, kamu udah tega bunuh mertua aku!"
"Jadi, selama ini si Jidan itu suami kamu, Shell?" tanya Devan.
"Iyalah, kamu pikir aku deket sama dia itu gara-gara apa? Aku gak mungkin suka sama anak modelan kayak dia, kalo dia bukan suami aku," papar Shella.
Dada Devan kini tiba-tiba menjadi sesak. Ia tak bisa lagi, mengatur napasnya dengan benar.
"Sekarang, kamu harus ikut aku ke kantor polisi!" Shella menarik tangan Devan, berniat membawanya ke kantor polisi, untuk dipertanggung jawabkan perbuatannya.
"Gak, lo gak bisa bawa gue ke mana-mana. Karena, gue yang bakalan bawa lo, bukan lo bawa gue," ucap Devan melepas tangannya dengan kasar.
"Maksud kamu?"
Tanpa aba-aba, Devan langsung menarik tangan Shella secara paksa dan kasar membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Lepasin, Devan! Kamu mau bawa aku ke mana, hah?" berontak Shella.
"Pokoknya, lo harus ikut gue sekarang. Lo gak bisa lagi punya hubungan sama si Jidan, karena gue bakalan nikahin lo sekarang," papar Devan.
"Kamu udah gak waras? Aku nggak mau!" Shella terus berusaha mencoba melepas cengkraman tangan Devan, tetapi selalu gagal
"Gak bisa! Lo harus nikah sama gue, sekarang juga!"
Tenaga Shella tak cukup kuat melawan tenaga Devan. Ia hanya bisa pasrah saat ini, berharap keajaiban datang padanya seperti dalam film-film. Tetapi, sepertinya itu tak akan pernah terjadi padanya.
"Lo ngapain bawa dia, Dev?" tanya Robi melihat Devan yang membawa Shella secara paksa.
"Gue bakalan nikahin dia," jawab Devan dengan percaya diri.
"Nikahin dia? Wow!" Bagas begitu terkejut.
"Ya udah, ayo sikat sekarang!" timpal Fajar.
"Please, lepasin aku, Devan. Tangan aku sakit..." rintih Shella.
"Diem lo!"
Di tempat kerja Jidan. Jidan sedang melamun sambil mengelap kaca gedung perusahaannya.
Pikirannya terus saja terganggu oleh Shella dan Devan. Pikirannya terus membayangkan di mana, ia melihat Devan mencium kening Shella.
"Ah!" kesal Jidan.
"Lo kenapa sih, Dan. Bikin gue kaget aja, deh," tegur Asep.
"Gue kesel banget, rasanya pengen gue hancurin aja nih dunia," ceplos Jidan.
"Heh, lo ngomong apaan sih? Kalo lo hancurin dunia ini, lo bakalan tinggal di mana, Monyet?" tanya Asep.
"Gue gak peduli."
"Coba, lo cerita sama gue. Siapa tahu, gue nanti bisa bantuin lo, dan selesain masalah ini," ujar Asep ramah.
"Gue kesel sama istri gue, Sep," lontar Jidan dengan nada rendah.
"Kesel kenapa?"
"Kemaren, waktu gue pulang ke rumah. Gue liat dia pingsan, dan dia dicium dahinya sama mantan pacarnya. Gimana gak marah coba, gue?" jelas Jidan dengan meluapkan kekesalannya pada Asep.
"Istri lo 'kan pingsan, dia gak tau apa-apa. Kenapa lo marahnya sama dia, dan gak sama mantan pacarnya?" tanya Asep heran.
"Ya... gue gak tahu," jawab Jidan tak jelas.
"Lah? Gimana sih, lo?!" Asep merasa heran dengan pemikiran Jidan. "Gini aja, lo pulang dan minta maaf sama dia, dia gak salah. Tapi, yang salah tuh mantannya. Gak baik marahan sama istri lama-lama."
"Gengsi gue," kata Jidan membuat Asep memutar bola matanya malas.
"Kalo ngikutin gengsi, lo gak bakalan berhasil. Percaya deh, sama Asep," balas Asep. "Nanti gue atur buat ijin sama Bu Celine-nya."
"Lo bener juga, Sep. Gue gak boleh marahan lama-lama sama dia, dia dibujuknya susah banget dan bisa bikin gue stress gara-gara bujuknya," ujar Jidan mulai tersadar.
Tinggalkan jejak, makasih!
Jangan lupa vote dan follow juga, ya 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]
أدب المراهقينFOLLOW SEBELUM BACA, KALO UDAH BACA, JANGAN LUPA VOTE, ANGGAP AJA SEBAGAI PENGHARGAAN BUAT HASIL MIKIR, MAKASIH! Shella, seorang gadis yang pintar, mandiri, jauh dari pergaulan bebas. Tiba-tiba saja, ia dijodohkan oleh Ibunya dengan lelaki yang suka...