Part 32

3K 66 0
                                    

"Yaudah, gue cabut dulu." Saat lelaki itu hendak pergi, Rachel secara spontan menarik lengan Jidan membuatnya mendekat pada Rachel.

Rachel tersenyum saat melihat wajah tampan Jidan itu begitu dekat dengannya, bukan begitu dekat sih, tapi... lumayan dekat lah, karena tinggi Rachel itu sedagu dengan Jidan.

Cup!

Rachel secara lancang mencium pipi kanan Jidan saat mereka dekat. Jidan segera mendorong tubuh Rachel menjauh darinya.

"Lo apa-apaan sih?" Jidan mengusap pipi bekas ciuman singkat Rachel itu.

Rachel berjalan perlahan padanya, namun Jidan melarang gadis itu.

"Stop! Jangan deket-deket gue lagi!"

***

Ohok-ohok!

Shella batuk-batuk setelah hampir menghabiskan satu botol alkohol yang ada didepannya itu.

Pandangannya menjadi kabur, kepalanya pusing, ia juga merasa mual-mual, perutnya sakit.

Dengan keadaan seperti itu, ia terus mencoba berjalan hendak pulang, jalannya sempoyongan tak bisa fokus melihat kedepan.

"Jidan!" gumamnya dengan suara lemah.

Saat tubuhnya hampir terjatuh, Jidan segera datang dan menahan tubuhnya.

Bruk!

Suara tubuh Shella ketika bertabrakan dengan tubuh Jidan.

"Lo gak papa?" tanya Jidan melihat kondisi Shella yang jalan sempoyongan.

Aroma alkohol itu menyeruak sampai ke indera penciuman milik Jidan, ia mengendus-endus kepala Shella yang berada dalam dekapannya.

"Lo mabuk?" Jidan melepas pelukannya itu, dan melihat kondisi Shella sudah tak sadarkan diri.

"Gila nih cewek, mabuk segala. Gue kira dia ini cuman cewek polos yang gak tahu apa-apa, ternyata dia juga suka minum alkohol."

Blugh!

Jidan menendang keras pintu kamarnya, karena tangannya begitu penuh dengan tubuh Shella yang sedang ia gendong.

Ia menidurkan Shella diatas kasurnya, "Pegel banget tangan gue, bawa dia dari tadi."

Jidan melepas jaketnya, menggantungkannya pada gantungan yang ada dibelakang pintu kamarnya, dan menyisakan kaos putih oblongnya.

Baru saja, lelaki itu hendak beristirahat, dari luar, ada suara bel ditekan.

"Siapa yang malem-malem ke rumah, apa Mama sama Bang Mahen?" Jidan membuka pintu kamarnya, lalu pergi untuk memeriksa siapa yang datang itu.

Saat pintu itu sudah dibuka, ada seorang wanita paruh baya berdiri dengan tas ditangannya yang lumayan besar.

"Cari siapa?" tanya Jidan datar.

"Ini rumahnya Ibu Dania, bukan?" tanyanya.

"Ya... saya anaknya. Ibu kok bisa kenal sama Mama saya?"

Wanita itu tersenyum, "Saya Surti. Ibu Dania dan Mas Mahen suruh saya untuk kerja dirumah ini, menjadi asisten rumah tangga, sekalian jagain Masnya juga."

Jidan ragu untuk mempercayai wanita bernama Surti itu, lalu ia menelpon Ibunya. Namun, saat hendak ia tekan nomornya, Dania sudah mengirimkan pesan padanya, "Mama suruh Bi Surti buat jagain kamu sama Shella di rumah, selama Mama sama kakak kamu disini."

"Oke, masuk, Bi." Jidan mempersilahkan Bi Surti masuk.

***

"Bi, ini kamar Bibi, kalo ada apa-apa, panggil Jidan aja, oke?" Bi Surti mengangguk.

Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang