Part 31

3.2K 64 2
                                    

Jidan memutar bola matanya malas, gadis itu membuat masalah apa lagi?

"Kenapa lo?" tanya Jidan datar.

"Gigi aku sakit..." rintih Shella dengan memegang rahangnya.

"Lo makan berapa cup?" tanya Jidan.

"Sepuluh," jawab Shella polos.

"Gila lo, yak?" hardik Jidan membuat Shella terkejut.

"Lo gak ngotak apa, ngabisin es krim sebanyak itu?"

"Bukannya cari solusi, malah marah-marah!" Shella ngambek, memalingkan wajahnya kesal.

"Sini-sini, gue liat," pinta Jidan, lelaki itu menarik pelan rahang Shella menghadap padanya.

Gadis itu pun membuka mulutnya, Jidan menyalakan flash dari handphonenya, lalu mengarahkannya pada dalam mulut Shella.

Terlihat, lelaki itu begitu teliti mencari sumber rasa sakit yang dirasa Shella saat ini.

Tak lama, ia menemukan sumber rasa sakit itu. Rupanya, gusinya bengkak, sepertinya itu akibat karena memakan es krim terlalu banyak.

Jidan mematikan flash nya, "Gusi lo bengkak."

Mendengar itu, mata Shella melotot seketika, "Terus gimana dong?"

"Ya... gue gak tahu. Makanya, jangan kebanyakan makan es, jadi bengkak 'kan tuh gusi?" nasehat Jidan.

"Gak cinta katanya, nyatanya dia secare itu sama Shella, dasar aneh," ujar  Naufal melihat perlakuan kecil Jidan pada Shella.

"Rada tolol sih, itu si Jidan," timpal Marvel.

Lebih baik sakit gigi, daripada sakit hati, siapa yang mengatakan itu? Buktinya, rasa sakit yang derita Shella saat ini lebih sakit daripada sakit hatinya, huhu yang sabar, Shella.

Jidan tak tega melihat Shella yang terlihat sedang menahan rasa sakit itu, hingga membuat kedua matanya berkaca-kaca. Akhirnya, ia pun masuk kedalam basecamp dan mengambil kotak P3K. Ia mengeluarkan kompresan air es dari sana.

"Udah, gak usah nangis, sakitnya gak bakalan lama kok," kata Jidan sambil mengompres rahang Shella agar rasa sakitnya itu sedikit terkurangi.

"Gak usah nangis... sakit tahu!" sungut Shella.

"Kalo lo ngoceh terus, gue jamin, sakitnya gak bakalan ilang-ilang, suer!" timpal Jidan.

"Ya, jangan dong!"

"Yaudah, diem makanya."

Perhatian kecil ini berhasil membuat Shella senang, meskipun Jidan tak sadar dengan apa yang ia lakukan sekarang, tapi... ini akan menjadi awal yang baik bagi hubungannya dengan Jidan.

Shella tersenyum, saat wajah tampan itu begitu dekat dengannya, rasanya damai sekali, bahkan rasa sakitnya pun berkurang.

Sadar jika ia terus ditatap, dengan cepat Jidan menghentikan aktivitasnya.

"Lo bisa kompres sendiri," katanya.

"Tangan aku sakit," ujar Shella meminta belas kasihan dari Jidan.

"Gak usah manja, ya, lo!" tegas Jidan.

"Iya!" Shella merebut kompresan itu, dan mengompresnya sendiri.

"Gak bisa apa, bikin orang seneng dikit? Nyebelin," umpat Shella pelan.

"Apa lo bilang?"

"Enggak! Bukan apa-apa kok," jawab Shella cepat, ia takut jika Jidan akan memarahinya lagi.

"Jidan!" pekik Rachel membuat kedua orang itu menoleh padanya.

"Rachel?" Jidan terkejut melihat kedatangannya itu, mengapa Rachel bisa ada disini, apakah dia juga diundang dalam acara ini?

Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang