Part 35

2.3K 41 0
                                    

***

"Kamu bener." Shella tersenyum kecut.

"Aku terlalu bodoh, bodoh banget. Seharusnya aku memperlakukan dia itu sama seperti dia memperlakukan aku."

"Bokap gue pernah bilang, terkadang kita itu harus jahat dikit, biar mereka yang anggap kita lemah enggak seenaknya memperlakukan kita," ujar Jidan kembali mengingat kata-kata yang pernah mendiang ayahnya itu katakan padanya.

"Tapi, menurut Aa, Ashell gak bodoh."

Shella mengulum senyum, ia salah tingkah mendengar nama panggilan itu. Jidan tersenyum puas melihat Shella yang sedang salah tingkah.

"Oh iya, Mama sama Kak Mahen, kapan pulang?" tanya Shella mencoba menghilangkan rasa salah tingkahnya itu.

"Aa, juga gak tahu. Aa, belum dapet kabar dari mereka," jawab Jidan tersenyum tipis.

"Aku udah kangen banget sama mereka padahal..." timpal Shella.

Setelah merasa lega dan tenang, Shella buru-buru bangkit. Ia sudah tidak tahan dengan kata-kata Jidan. Kata-katanya itu terus saja membuat dirinya salah tingkah.

"Mau ke mana sih? Enak-enak di sini duduk berdua, nyantai. Malah mau minggat," tanya Jidan melihat Shella sudah berdiri.

"Aku mau pergi. Aku capek dibuat salting terus sama kamu, jadi... aku lebih baik minggat aja dari kamu," jawab Shella tanpa mengalihkan pandangannya.

Jidan bangun dan merangkulnya, "Ya udah deh, Aa gak bakal bikin Ashell salting lagi. Tapi, Aa nggak janji."

Rachel melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya.

"Makasih, Yan. Gue minta maaf sama lo, ya, gue tadi udah bentak lo," ucap Rachel.

"Iya. Gue juga minta maaf sama lo, gue sempet kasar juga sama lo," timpal Zayyan dengan melempar senyum tipis.

Zayyan mengelus lembut rambut Rachel, Rachel yang mendapat perlakuan itu merasa nyaman.

"Lebih baik kita pulang sekarang, lo keliatan capek banget," usul Zayyan.

"Nggak mau, gue gak mau pulang, Yan..." tolak Rachel.

"Kenapa?"

"Gue gak mau..."

"Oke, kalo gitu kita jangan pulang."

Jidan dan Shella kembali ke rumah. Saat mereka sudah memasuki rumah, mereka dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang sedang mengobrol dengan Dania dan Mahen.

"Mama?" Mendengar panggilan itu, Dania segera mengalihkan pandangannya.

"Shella!" Shella langsung berlari dan memeluk ibu mertuanya.

"Mama kapan pulang? Aku kangen banget sama, Mama!" kata Shella, ia begitu bahagia melihat ibu mertuanya sudah kembali.

"Mama juga kangen banget sama kamu, Sayang." Dania melepaskan pelukannya.

"Ma." Sekarang giliran Jidan memeluk ibunya, ia juga merasakan hal yang sama seperti Shella, ia begitu merindukan ibunya. Meskipun ibunya itu sering memarahinya, tetapi jika ia tak ada, ia akan rindu.

"Jidan, kabar kamu gimana di sini? Baik-baik aja 'kan?" tanya Dania.

"Kabar aku baik," jawab Jidan.

"Lo gak kangen gitu sama gue?" sahut Mahen. Jidan tersenyum melihat kakaknya itu berdiri di hadapannya.

"Gue juga kangen sama lo, tapi nggak sekangen sama, Mama," balas Jidan. Mereka yang ada di sana tertawa.

"Ini siapa?" tanya Jidan melihat seorang gadis di samping kakaknya.

Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang