Part 55

2.4K 52 5
                                    

"Gak usah lebay."

"Siapa yang lebay? Ini beneran enak, Jidan. Kamunya aja yang gak bisa hargain sebuah rasa dari makanan," ledek Shella.

Tiba-tiba ia merasakan sakit di bagian perutnya, ia terlalu banyak bergerak menyebabkan luka jahitan itu tergesek-gesek.

"Ahh!"

"Kenapa?" panik Jidan.

"Tuh 'kan, udah gue bilang. Perut lo sakit lagi 'kan?"

"Enggak. Aku gak papa kok," elak Shella.

"Gak papa gimana? Buktinya tadi lo sampe–"

"Aku gak papa, Jidan. Kamu kenapa sekhawatir itu sih sama aku? Atau jangan-jangan kamu mulai cinta ya, sama aku?" goda Shella.

Jidan langsung teringat dengan khayalannya, saat Shella sedang ditangani oleh Dokter pada hari-hari sebelumnya.

"Hey! Kok malah diem sih?" tegur Shella.

"Iya, gue lagi belajar cinta sama lo. Makanya gue khawatir banget sama keadaan lo sekarang. Soalnya gue gak mau, disaat gue udah cinta sama lo, lo malah sakit-sakitan. Dan gak bisa ngabisin waktu sama gue, karena terus aja di rumah sakit," papar Jidan.

"I love you," kata Shella, membuat Jidan melongo.

"Apa yang i love you?" tanya Jidan tak mengerti.

"Coba kamu bilang itu sama aku, biar aku cepet sembuh," jawab Shella.

"Nanti aja di rumah, gue gak bisa. Lebih baik kita pulang sekarang," elak Jidan. Ia masih belum siap mengatakan kata-kata itu pada Shella. Ia bangkit, karena hendak pergi pulang.

"Ih, ayo..." bujuk Shella yang terus mengguncangkan lengan Jidan.

"Sekali aja... aku cuman pengen denger itu dari mulut kamu."

"Nanti kalo gue udah bener-bener cinta sama lo, gue bakalan ucapin kata itu tiap hari. Janji," ujar Jidan.

"Ya udah, aku gak mau pulang dari sini." Shella menyilangkan kedua tangannya, merajuk.

Jidan melihat ke sekelilingnya, memastikan tak ada yang memperhatikannya. Lalu ia mendekat pada telinga Shella.

"I love you," katanya.

Terukir senyum tulus di bibir Shella mendengar kata itu keluar dari mulut Jidan.

***

"Lo istirahat, ya." Jidan merapikan bantal untuk Shella menyandarkan kepalanya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Shella.

"Gak akan kemana-mana," jawab Jidan.

Jidan mengambil laptopnya, lalu pergi ke arah sofa. Ia letakkan laptop tersebut di atas meja, dan ia duduk di sofa. Ia mulai mengetik sesuatu pada benda tersebut.

"Kamu bikin apa sih?"

"Gue lagi bikin CV buat surat lamaran kerja, biar gue bisa cepet-cepet dapet kerja," jawab Jidan.

"Emang bisa?"

"Bisa lah, gini-gini juga gue pernah kuliah dan bisa bikin yang kek ginian," jawab Jidan dengan menyombongkan dirinya.

"Mana, aku pengen liat." Shella turun dari ranjang dan duduk di samping Jidan, melihat ke arah layar laptop.

Jantung Jidan tiba-tiba berdetak kencang, ia kini menjadi sangat gugup berada dekat dengan Shella. Padahal biasanya biasa-biasa saja.

"Aku doain, semoga kamu bisa keterima kerja, dan gajinya gak mengecewakan," ucap Shella mengangkat tangannya ke langit.

"Kalo gue berhasil keterima kerja di sana, lo mau kasih apa ke gue?" tanya Jidan.

Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang